Hubungan antar Stakeholder Karakteristik Stakeholder Pengguna Sumber Daya Waduk Cirata

85 Tabel 18 Sebaran persepsi petani ikan terhadap kondisi lingkungan Waduk Cirata Kondisi Lingkungan Waduk Cirata Sebaran Persepsi Jumlah Orang Persentase a. Pentingnya Keberadaan Waduk 1. Sangat tidak penting 2. Tidak penting 3. Cukup penting 4. Penting 5. Sangat penting 2 11 17 7 37 56 b. Kualitas Air Waduk 1. Sangat buruk 2. Buruk 3. Cukup baik 4. Baik 5. Sangat baik 2 25 3 7 83 10 c. Kondisi Sedimentasi Waduk 1. Sangat rendah 2. rendah 3. Sedang 4. Tinggi 5. Sangat tinggi 2 4 19 5 7 13 63 17 Sumber : Data primer diolah 2014 Berdasarkan hasil identifikasi persepsi petani ikan pada Tabel 18 diketahui bahwa sebesar 56 petani ikan menyatakan bahwa keberadaan waduk dirasakan sangat penting dan 37 menyatakan bahwa keberadaan waduk penting. Petani ikan yang menyatakan keberadaan waduk sangat penting dan penting rata-rata merupakan petani ikan yang memperoleh sumber mata pencarian utama sebagai pembudidaya ikan di KJA dan tidak memiliki pekerjaan sampingan. Sedangkan 7 petani ikan menyatakan keberadaan waduk cukup penting. Petani ikan yang merasa keberadaan waduk cukup penting karena mereka memiliki penghasilan selain dari memanfaatkan sumberdaya waduk, baik sebagai penghasilan utama maupun sampingan. Sebaran persepsi petani ikan menunjukkan bahwa 83 dari responden merasa bahwa kualitas air di Waduk Cirata buruk dan 7 responden mengatakan bahwa perairan Waduk Cirata sudah sangat buruk untuk kegiatan perikanan. Anggapan ini di dasarkan pada jumlah produksi perikanan mereka yang semakin menurun. Bahkan salah seorang responden yang telah lama berprofesi menjadi petani ikan menyatakan dulu air di Waduk Cirata dapat diminum secara langsung namun sekarang sudah tidak bisa lagi. Sedangkan, sebanyak 10 petani ikan menyatakan perairan Waduk Cirata masih cukup baik untuk kegiatan perikanan. 86 Sebaran persepsi petani ikan menunjukkan bahwa sebanyak 63 responden menyatakan bahwa kondisi sedimentasi yang terjadi di Waduk Cirata sedang dan 17 menyatakan tinggi. Sedangkan 13 petani ikan menyatakan kondisi sedimentasi rendah dan 7 menyatakan sangat rendah. Sedimentasi yang terjadi di Waduk Cirata berasal dari luar waduk dan dari dalam waduk itu sendiri. Sedimentasi yang berasal dari luar waduk adalah sedimentasi yang di bawa oleh sungai Citarum dan beberapa anak sungai lainnya yang mengalir ke dalam Waduk Cirata. Sedimentasi yang berasal dari dalam waduk sendiri yaitu dari aktifitas KJA akibat pemberian pakan dan feses ikan. Tabel 19 Sebaran persepsi pemerintah dan private BPWC terhadap kondisi lingkungan Waduk Cirata Kondisi Lingkungan Waduk Cirata Sebaran Persepsi Jumlah Orang Persentase a. Pentingnya Keberadaan Waduk 1. Sangat tidak penting 2. Tidak penting 3. Cukup penting 4. Penting 5. Sangat penting 8 100 b. Kualitas Air Waduk 1. Sangat buruk 2. Buruk 3. Cukup baik 4. Baik 5. Sangat baik 6 2 75 25 c. Kondisi Sedimentasi Waduk 1. Sangat rendah 2. Rendah 3. Sedang 4. Tinggi 5. Sangat tinggi 1 5 2 12 63 25 Sumber : Data primer diolah 2014 Berdasarkan hasil identifikasi persepsi pemerintah dan private pada Tabel 14 diketahui bahwa sebesar 100 kelompok pemerintah dan private menyatakan bahwa keberadaan Waduk Cirata dirasakan sangat penting. Bagi dinas perikanan, Waduk Cirata dapat menjadi penyedia sumberdaya ikan yang dibutuhkan oleh masyarakat serta menjadi penyedia lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Waduk Cirata juga merupakan penyedia pasokan listrik untuk wilayah Jawa dan Bali. 87 Sebanyak 75 kelompok pemerintah dan private menyatakan kondisi perairan Waduk Cirata buruk untuk kegiatan perikanan. Sedangkan 25 responden kelompok pemerintah dan private menyatakan kondisi perairan Waduk Cirata masih cukup baik untuk kegiatan perikanan. Pihak pemerintah dan BPWC mendasarkan persepsi mereka dari laporan kulitas air waduk yang diukur secara berkala. Selain buruk terhadap kegiatan perikanan, pihak BPWC menilai bahwa perairan Waduk Cirata yang tercemar juga menyebkan korosi pada turbin pembangkit listrik. Artinya perairan Waduk Cirata juga dinilai buruk bagi kegiatan pembangkitan listrik. Sebanyak 63 kelompok pemerintah dan private menyatakan bahwa kondisi sedimentasi yang terjadi di Waduk Cirata tinggi dan 25 menyatakan sangat tinggi. Sedangkan hanya 12 dari kelompok pemerintah dan private menyatakan kondisi sedimentasi yang terjadi di Waduk Cirata rendah.

7.2 Persepsi terhadap Keberadaan KJA

Keberadaan KJA di Waduk Cirata merupakan sesuatu yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan waduk. Keberadaan KJA yang semakin meningkat akan bedampak pada kualitas perairan dan sedimentasi waduk. Pengetahuan stakeholder terhadap keberadaan KJA dapat mengarahkan perilaku mereka dalam upaya perbaikan pengelolaan KJA. Persepsi responden diidentifikasi melalui persepsi terhadap jumlah KJA dan perlu tidaknya pembatasan jumlah KJA. Sebaran persepsi pemerintah dan private serta petani ikan dapat dilihat pada Tabel 20 dan Tabel 21. Tabel 20 Persepsi petani ikan terhadap keberadaan KJA Keberadaan KJA Sebaran Persepsi Jumlah Orang Persentase a. Jumlah KJA 1. Sangat sedikit 2. Sedikit 3. Sedang 4. Banyak 5. Sangat banyak 8 22 27 73 b. Pembatasan Jumlah KJA 1. Tidak perlu 2. Perlu 3. Sangat perlu 12 18 40 60 Sumber : Data primer diolah 2014 88 Sebaran persepsi petani ikan pada Tabel 16 menunjukan bahwa sebagian besar responden yaitu sebesar 73 menyatakan bahwa jumlah KJA yang ada di Waduk Cirata sudah sangat banyak. Sisanya sebanyak 27 menyatakan bahwa jumlah KJA di Waduk Cirata banyak. Berdasarkan wawancara dengan responden, mereka mengatakan bahwa jumlah KJA tersebut sudah berlebihan. Sebagian dari mereka bahkan mengetahui bahwa anjuran gubernur jumlah KJA yang seharusnya adalah 12.000 dari jumlah sekarang yang mencapai 60.000 KJA. Mereka juga mengetahui bahwa jumlah KJA yang berlebihan dapat mempengarui kualitas perairan Waduk Cirata. Sebanyak 60 petani ikan menyatakan bahwa sangat perlu dilakukan pembatasan jumlah KJA. Sisanya sebanyak 40 menyatakan perlu dilakukan pembatasan jumlah KJA. Mereka mengatakan sebaiknya tidak boleh ada lagi orang yang masuk dan mendirikan KJA di Waduk Cirata dan petani ikan yang sudah ada dilarang menambah jumlah KJA-nya. Namun ada petani ikan yang merasa merupakan penduduk asli mengatakan bahwa apabila dilakukan pembatasan akan merugikan dirinya karena tidak dapat menambah jumlah KJA yang dimilikinya. Tabel 21 Persepsi pemerintah dan private BPWC terhadap keberadaan KJA Keberadaan KJA Sebaran Persepsi Jumlah Orang Persentase a. Jumlah KJA 1. Sangat sedikit 2. Sedikit 3. Sedang 4. Banyak 5. Sangat banyak 8 100 b. Pembatasan Jumlah KJA 1. Tidak perlu 2. Perlu 3. Sangat perlu 5 3 62 38 Sumber : Data primer dioleh 2014 Sebaran persepsi kelompok pemerintah dan private pada Tabel 17 menunjukkan bahwa seluruh atau 100 responden menyatakan bahwa jumlah KJA yang ada di Waduk Cirata sudah sangat banyak. Hal ini dinilai sudah sangat berlebihan dan tidak sesuai dengan peraturan gubernur yang menyatakan jumlah KJA sebaiknya sebanyak 12.000 saja. Jumlah KJA yang sangat banyak ini jelas telah mempengaruhi kondisi perairan Waduk Cirata. Sebesar 62 responden 89 kelompok pemerintah dan private menyatakan perlu dilakukan pembatasan terhadap jumlah KJA dan sebanyak 38 menyatakan pembatasan KJA sangat perlu dilakukan.

7.3 Persepsi terhadap pengelolaan KJA Waduk Cirata

Pengelolaan KJA di Waduk Cirata merupakan sesuatu yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan waduk. Sistem pengelolaan yang akan menentukan seberapa optimal sumberdaya waduk digunakan dan dapat berkelanjutan. Pengetahuan stakeholder terhadap pengelolaan KJA dapat mengarahkan perilaku mereka dalam upaya perbaikan sistem pengelolaan KJA. Persepsi responden diidentifikasi melalui persepsi terhadap kepemilikan waduk dan kejelasan aturan main waduk. Sebaran persepsi pemerintah dan private serta petani ikan dapat dilihat pada Tabel 22 dan Tabel 23. Tabel 22 Persepsi petani ikan terhadap pengelolaan KJA di Waduk Cirata Pengelolaan KJA Waduk Cirata Sebaran Persepsi Jumlah Orang Persentase a. Kepemilikan Waduk 1. PLN 2. Pemerintah 24 6 80 20 b. Kejelasan Aturan Main Waduk 1. Sangat tidak jelas 2. Tidak jelas 3. Cukup jelas 4. Jelas 5. Sangat jelas 1 8 3 17 1 3 27 10 57 3 Sumber : Data primer diolah 2014 Sebaran persepsi petani ikan pada Tabel 22 menunjukkan bahwa sebanyak 80 responden menyatakan bahwa Waduk Cirata adalah milik PLN. Sedangkan sisanya sebesar 20 menyataka bahwa Waduk Cirata adalah milik pemerintah. Pengetahuan terhadap kepemilikan waduk ini dapat dijadikan indikator kepatuhan patani ikan terhadap pembuat kebijakan. Persepsi petani ikan terhadap kejelasan aturan main di Waduk Cirata beragam. Sebanyak 57 petani ikan menyatakan bahwa aturan main yang ada di Waduk Cirata sudah jelas dan sebanya 3 menyataka sangat jelas. Sedangkan petani ikan menyatakan aturan main di Waduk Cirata cukup jelas sebanyak 10, tidak jelas sebanyak 27, dan sangat tidak jelas 90 3. Perbedaan persepsi ini mengindikasikan bahwa terdapat ketidakmerataan dalam sosialisasi aturan main yang ada di Waduk Cirata. Tabel 23 Persepsi pemerintah dan private BPWC terhadap pengelolaan KJA di Waduk Cirata Pengelolaan Waduk Cirata dalam Kaitannya dengan KJA Sebaran Persepsi Jumlah Orang Persentase a. Kepemilikan Waduk 1. PLN 2. Pemerintah 8 100 b. Kejelasan Aturan Main Waduk 1. Sangat tidak jelas 2. Tidak jelas 3. Cukup jelas 4. Jelas 5. Sangat jelas 8 100 Sumber : Data primer dioleh 2014 Sebaran persepsi kelompok pemerintah dan private pada Tabel 23 menunjukkan bahwa seluruh atau 100 responden menyatakan bahwa Waduk Cirata adalah milik PLN. Persamaan persepsi ini dapat mempermudah dalam koordinasi pembuatan berbagai kebijakan. Seluruh kelompok pemerintah dan private juga sepakat mengatakan aturan main yang terdapat di Waduk Cirata sudah jelas. Namun mereka mengatakan implementasi dari peraturan yang berlaku masih kurang baik dan harus diperbaiki. Dilihat dari beragamnya persepsi dari petani ikan mengenai kejelasan aturan main menunjukkan bahwa sosialisasi dari aturan main yang berlaku belum merata. Jadi, walaupun ditingkat pemerintah dan private sudah mengatakan bahwa aturan main yang berlaku sudah jelas, hal tersebut belum mengindikasikan bahwa aturan main tersebut telah berjalan dengan baik. Karena sebagian petani ikan sebagai salah satu pelaksana aturan main tersebut masih ada yang belum mengetahui mengenai aturan main yang berlaku. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah KJA yang tidak terkontrol di Waduk Cirata. 91

BAB VIII. ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN KJA WADUK CIRATA

8.1 Kelembagaan Sebagai Aturan Main dalam Pengelolaan KJA Waduk Cirata

kelembagaan sebagai aturan main dalam pengelolaan dan pemanfaatan Waduk Cirata sebagai lokasi pembudidayaan ikan dengan sistem KJA terdiri dari kelembagaan formal dan kelembagaan informal.

8.1.1 Kelembagaan Formal

Pengelolaan sumberdaya Waduk Cirata sebagai lokasi pembudidayaan ikan mengacu pada aturan yang telah disahkan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah, dan BPWC selaku pengelola Waduk. Beberapa dasar hukum dan peraturan perundang-perundangan yang menjadi acuan dari kegiatan pengelolaan sumberdaya perikanan di Waduk Cirata adalah : a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Peraturan ini berisi mengenai pengelolaan kualitas air dan pegendalian pencemaran air yang diselenggarakan secara terpadu dengan pendekatan ekosistem. Pemerintah provinsi berwenang mengkoordinasikan pengelolaan dan pemantauan kualitas air lintas kabupaten kota. Hal ini berarti pengelolaan Waduk Cirata yang terpusat di provinsi sudah sesuai dengan aturan yang berlaku. Penetapan kelas air pada sumber air yang berada dalam dua atau lebih wilayah Kabupaten Kota dapat diatur dengan Peraturan Daerah Provinsi. Selanjutnya baku mutu air ditetapkan berdasarkan hasil pengkajian kelas air dan kriteria mutu air. Di dalam peraturan ini juga terdapat hak dan kewajiaban setiap orang dalam pengelolaan air. Salah satu kewajiaban yang dimiliki setiap orang yaitu ikut melestarikan kualitas air dan mengendalikan pencemaran air pada sumber air akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara. Setiap orang penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air dapat dikenakan sanksi administrasi oleh bupati walikota. Sedangkan setiap orang penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan