24
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN
Waduk Cirata dibangun untuk memenuhi kebutuhan pasokan listrik untuk wilayah Jawa dan Bali. Selain memiliki fungsi utama sebagai pembangkit listrik,
Waduk Cirata dimanfaatkan sebagai lokasi pembudidaya ikan dengan sistem KJA, pariwisata, lalu lintas air, dan penangkapan ikan. Berbagai kegiatan yang ada di
Waduk Cirata tersebut menimbulkan manfaat ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat sekitar. Pengelola Waduk Citara membiarkan masyarakat
membudidayakan ikan di area sebagai kompensasi dari masyarakat yang kehilangan lapangan pekerjaan akibat penggenangan saat pembuatan waduk.
Kegiatan budidaya ikan menggunakan sistem KJA yang dinilai memberikan keuntungan dalam pekasanaannya membuat semakin banyak orang
yang tertarik untuk ikut mengembangkan usaha yang sama. Para Petani ikan yang awalnya hanya berasal dari masyarakat sekitar, sekarang sudah banyak yang
berasal dari luar wilayah sekitar Waduk Cirata. Akibatnya jumlah KJA semakin meningkat setiap tahunnya bahkan melebihi daya dukung waduk. Peningkatan
jumlah KJA yang tidak terkendali tersebut berdampak pada kualitas air di dalam waduk karena menyebabkan pencemaran. Pencemaran terjadi karena budidaya
ikan itu sendiri dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan KJA sebagai sarana budidaya. Limbah dari kegiatan budidaya yaitu sisa pakan yang tidak
termakan dan feses dari ikan. Sedangkan limbah dari KJA yaitu berasal dari sterofoam dan KJA yang sudah rusak namun masih dibiarkan berada dalam
waduk. Air waduk yang tercemar menyebabkan kualitas air buruk dan menurunkan produktifitas ikan tiap petak KJA serta menyebabkan korosi pada
peralatan pembangkit listrik sehingga meningkatkan biaya operasional kegiatan pembangkit listrik. Selain itu, kegiatan budidaya dengan sistem KJA juga
menyebabkan sedimentasi yang tinggi pada dasar waduk. Sedimentasi normal dapat digunakan untuk memperkirakan usia waduk, namun dengan tingginya
sedimentasi yang diakibatkan oleh kegiatan budidaya ikan dapat menyebabkan usia waduk berkurang dari yang sudah diperkirakan. pencemaran dan sedimentasi
mengancam keberlanjutan fisik dan fungsi waduk yang ada.
25 Kondisi yang terjadi di Waduk Cirata menandakan kurang efektifnya sistem
kelembagaan dalam mengelola KJA di Waduk Cirata. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah KJA yang melebihi kapasitas. Berdasarkan SK Gub No. 41 Tahun
2002, jumlah maksimum keramba jaring apung di Waduk Cirata yaitu sebanyak 12.000 petaksedangkan pada tahun 2011 jumlah KJA yang ada yaitu sebanyak
53.031 petak. Oleh karena itu, perlu dikaji kelembagaan yang mengelola Waduk Cirata. Analisis stakeholder dilakukan untuk mengetahuisiapa saja, apa peran, dan
bagaimana pelaksanaan tugas, dan keterkaitan dari setiap stakeholder yang terlibat dengan pengelolaan Waduk Cirata. Lembaga yang tekait dengan pengelolaan
Waduk Cirata sendiri yaitu Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, Dinas Perikanan Kabupaten Bandung Barat, Purwakarta, dan Cianjur, Badan Pengelola Waduk
Cirata BPWC, dan Unit Pembangkit Cirata UP Cirata Kelompok Pengawas Masyarakat POKMASWAS, Asosiasi Petani Pembudidayaan Ikan Waduk
Cirata ASPINDAC, kelompok penjual pakan Agen, Sub Agen dan Bandar Ikan, dan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat.
Persepsi dari setiap stakeholder yang terkait aturan yang berlaku dalam pengelolaan Waduk Cirata dianalisis secara deskriptif setelah diperoleh berbagai
data dari narasumber. Aturan yang berlaku dalam pengelolaan sumberdaya di Waduk Cirata dapat dilakukan dengan menggunakan analisis kontenisi.Analisis
kontenisi dilakukan dengan menganalisis Undang-Undang yang terkait dengan pengelolaan Waduk Cirata. Analisis model kelembagaan yang sesuai dapat dilihat
dari tata kelola kelembagaan yang diperoleh melaui wawancara mendalam yang dilakukan dengan berbagai pihak yang terlibat dengan pengelolaan dan
pemanfaatan Waduk Cirata. Hasil dari berbagai analisis tersebut pada akhirnya dapat dijadikan acuan dalam menentukan sistem kelembagaan yang sesuai untuk
pengelolaan Waduk Cirata. Secara rinci kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 3.
26
Gambar 3. Kerangka pemikiran operasional penelitian
Peningkatan jumlah KJA melebihi kapasitas waduk Waduk Cirata
Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA
Tragedy of the common Budidaya ikan dengan sistem KJA
Penurunan produksi ikan Penurunan umur waduk
sebagai pembangkit listrik Pencemaran dan sedimentasi
Kurang efektifnya lembaga pengelola Waduk Cirata
Organisasi
Analisis stakeholder yang terlibat Analisis keterkaitan hubungan antar
stakeholder Analisis persepsi stakeholder
Aturan main
Identifikasi aturan terkait pengelolaan waduk
Rekomendasi Kelembagaan Formal
Informal