48
Gambar 6. Daerah genangan PLTA Cirata dan Subdas di sekitarnya
Keterangan :
No Subdas
Luas
1. Intake - Bendungan
840.000 m
2
2. Cicendo
300.500 m
2
3. Citarum Cimeta
681.250 m
2
4. Cisokan Cibiuk
1.127.500 m
2
5. Cibalagung
– Ciangsana 487.500 m
2
6. Cikundul
– Cigede
255.000 m
2
Selain memiliki fungsi utama sebagai PLTA, Waduk Cirata juga memiliki berbagai fungsi tambahan lain yang bermanfaat bagi peningkatan perekonomian
masyarakat sekitar. Fungsi tambahan dari keberadaan Waduk Cirata yaitu sebagai sarana perikanan, lalu lintas, penyedia air bagi pertanian, pariwisata dan kegiatan
ekonomi lainnya. Dalam pemanfaatan waduk sebagai tempat budidaya ikan dengan sistem KJA, dinilai sudah melebihi kapasitas dari waduk tersebut.
49
BAB VI. ANALISIS KEPENTINGAN DAN PENGRUH STAKEHOLDER
DALAM PENGLOLAAN KJA WADUK CIRATA
6.1. Karakteristik Stakeholder Pengguna Sumber Daya Waduk Cirata
Stakeholders dalam pengelolaan dan pemanfaatan Waduk Cirata adalah para pihak atau aktor yang terlibat dalam pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya yang ada di Waduk Cirata. Stakeholders ini terdiri dari pemerintah, kelompok masyarakat lokal dan swastapengusaha perikanan. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa stakeholder yang terlibat dalam pemanfataan dan pengelolaan Waduk Cirata yaitu Badan Pengelola Waduk Cirata BPWC, Dinas
Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cianjur, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Bandung Barat, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta, Kelompok Pembudidaya Ikan, Kelompok Penjual Pakan Gudang, Kelompok
Pengolah Hasil Perikanan, pedagang ikan, Kelompok Nelayan, Kelompok Masyarakat Pengawas POKMASWAS, Asosiasi Pembudidaya Ikan dan
Nelayan Danau Cirata ASPINDAC. Kelompok-kelompok di atas dapat dikategorikan menjadi :
1. Lembaga lokal : Kelompok pembudidaya ikan, kelompok nelayan, kelompok
pengolahan hasil perikanan, pedagang ikan, POKMASWAS. 2.
Lembaga swasta : BPWC, ASPINDAC Asosiasi Pembudidaya Ikan dan Nelayan Danau Cirata, kelompok penjual pakan ikan, lembaga peneliti.
3. Lembaga pemerintah : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat,
Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cianjur, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung Barat, Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Purwakarta, aparat desa, Badan Pelayanan Perijinan Terpadu BPPT.
Lembaga lokal adalah lembaga formal maupun informal yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan kebutuhan yang sama dan memiliki tujuan yang sama
dengan cakupan organisasi yang kecil. Lembaga ini biasanya memiliki aturan-
50 aturan yang tidak tertulis dan tidak bersifat kaku. Lembaga swasta adalah lembaga
yang dikelola secara professional, memiliki aturan-aturan yang jelas dan tertuang dalam ADART, anggotanya lebih besar dari kelompok lokal dan cakupan kerja
organisasi lintas kabupaten atau lebih luas dari kelompok lokal. Lembaga pemerintah, adalah lembaga yang dibentuk oleh pemerintah, dengan tugas dan
fungsi merupakan penunjukan dari atasan. Cakupan kerja berdasarkan wilayah administratif kabupaten atau provinsi dan tujuan utama adalah melayani
masyarakat sebagai abdi negara. Secara deskriptif karakteristik masing-masing kelompok yang terlibat dalam pemanfaatan dan pengelolaan waduk tercantum
dalam pembahasan di bawah ini :
6.1.1 Badan Pengelola Waduk Cirata BPWC
Badan Pengelola Waduk Cirata BPWC dibentuk pada tahun 2002 oleh PT. PJB berdasarkan SK Direksi PT. PJB No.037.K023DIR1998 tentang
Pembentukan BPWC pada PT. PJB UP Cirata dan SK Direksi no. 026.K 023 DIR 2000 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPWC pada PT. PJB dengan
referensi SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat no. 16 Tahun 1998 tentang Pengembangan Pemanfaatan Perairan Umum dan Lahan Surutan di
Waduk Cirata yang direvisi oleh SK Gubernur Jawa Barat no 41 tahun 2002 tentang Pengembangan dan Pemanfaatan Lahan Pertanian dan Kawasan Waduk
Cirata. BPWC merupakan badan nonkomersial yang dibentuk dalam rangka mengelola Waduk Cirata dan aset-asetnya untuk mempertahankan kualitas dan
kontinuitas air. Salah satu yang melatarbelakangi pendirian BPWC adalah banyaknya permasalahan di sekitar lingkungan Waduk Cirata yang disebabkan
oleh berbagai kegiatan masyarakat. Untuk menangani berbagai permasalahan tersebut, perlu diselesaikan dari akar permasalahannya agar dapat berjalan dengan
efektif. Berbagai permasalahan yang ada di Waduk Cirata beserta dengan hal yang melatarbelakanginya dapat dilihat pada Gambar 7.
51
Gambar 7. Alur faktor-faktor pendorong penurunan fungsi Waduk Cirata
Keterangan : -
= menurun +
= meningkat KJA
= Keramba Jaring Apung 1
– 5 = akar masalah penyebab penurunan fungsi waduk cirata Sumber : BPWC, 2012
Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa hal yang melatarbelakangi terjadinya penurunan fungsi waduk terdiri dari beberapa kegiatan yang berbeda. Masyarakat
yang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya karena lahan pertanian yang semakin berkurang menyebabkan mereka mencuri kayu dari daerah
catchment area kawasan hutan dan menjadikan lahan pertanian. Selain itu Waduk Cirata yang berpotensi sebagai area pembudidayaan ikan menyebabkan
meningkatnya KJA. Semakin bertambahnya jumlah KJA dapat mempengaruhi kualitas air di waduk dan meningkatkan laju sedimentasi. Pemakaian Styrofoam
untuk konstruksi KJA yang dinilai murah juga dapat menyebabkan peningkatan sampah di Waduk Cirata. Selama masyarakat belum menemukan alternatif lain
untuk meningkatkan pendapatannya maka kegiatan pemeliharaan waduk seperti pembersihan sampah, dan lain-lain tidak akan mampu mengatasi penurunan
Fungsi Waduk Cirata -
Pencemaran air +
Sedimentasi +
Debit air -
Limbah cair +
Sampah +
Erosi +
Konversi catchment area menjadi lahan pertanian
+ Industri +
1 Styrofoam
KJA+ Harga styrofoam murah
2 Jumlah KJA
+ Kebutuhan lahan KJA +
3 Lahan milik pertanian -
4 Pencurian kayu di catchment
area untuk dijual + 5
Sedimentasi +