Analisis Karakteristik Stakeholder Waduk Cirata Analisis Keterkaitan antar Stakeholder Waduk Cirata

38 Tabel 7 Persepsi stakeholder terhadap pengelolaan KJA Waduk Cirata No. Parameter Uraian Skala Likert 1. Persepsi terhadap kondisi lingkungan Waduk Cirata - Persepsi terhadap pentingnya keberadaan waduk - Persepsi terhadap kualitas air waduk - Persepsi terhadap kondisi sedimentasi waduk 1. Sangat tidak penting 2 : Tidak penting 3 : Cukup penting 4 : Penting 5 : Sangat Penting 1 : Sangat buruk 2 : Buruk 3 : Cukup baik 4 : Baik 5 : Sangat baik 1 : Sangat rendah 2 : Rendah 3 : Sedang 4 : Tinggi 5 : Sangat tinggi 2. Persepsi terhadap keberadaan KJA - Persepsi terhadap jumlah KJA - Persepsi terhadap pembatasan jumlah KJA 1 : Sangat sedikit 2 : Sedikit 3 : Sedang 4 : Banyak 5 : Sangat banyak 1 : Tidak Perlu 2 : Perlu 3 : Sangat Perlu 3. Persepsi terhadap pengelolaan Waduk Cirata dalam kaitannya dengan KJA - Persepsi terhadap kepemilikan waduk - Persepsi terhadap kejelasan aturan main waduk - 1 : Sangat tidak jelas 2 : Tidak jelas 3 : Cukup jelas 4 : Jelas 5 : Sangat jelas

4.4.4 Analisis Peraturan

Dalam pengelolaan waduk oleh berbagai lembaga yang terlibat, tentu terdapat berbagai aturan yang mengaturnya. Aturan tersebut dapat berupa aturan formal maupun informal. Analisis ini dilakukan dengan mengidentifikasi dan mengkaji aturan formal maupun informal yang dikeluarkan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah serta oleh masyarakat setempat dalam mengelola Waduk Cirata terutama yang berhubungan dengan keberadaan budidaya ikan dengan sistem KJA. Analisis ini penting dilakukan untuk mengetahui substansi kelembagaan formal dalam pengelolaan sumberdaya waduk. Melalui analisis ini diharapkan akan diperoleh data dan informasi terkait Rule of The Game yang ada 39 di Waduk Cirata dan bagaimana keefektifan dalam pelaksanaan peran dan tugas masing-masing. Analisis peraturan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terkait dengan analisis peraturan dan perundang-undangan tentang pengelolaan waduk dan implementasinya di lapangan. Analisis ini untuk melihat apakah peraturan yang dibuat telah terlaksana dan kaitannya dengan kelembagaan formal dan non-formal serta petani ikan dan masyarakat sebagai pelaku peraturan dan perundang-undangan. Tabel 8 Parameter dalam analisis konten peraturan Tujuan Analisis Parameter Analisis Melihat konten peraturan yang mengatur penggunaan kawasan Waduk Cirata Penggunaan Waduk Cirata untuk berbagai kegiatan Melihat konten peraturan yang mengatur perijinan budidaya ikan dengan sistem KJA Perijinan budidaya ikan dengan sistem KJA Melihat konten peraturan yang mengatur luas wilayah waduk yang diperbolehkan untuk melakukan aktivitas budidaya ikan Pembatasan luas wilayah Melihat konten peraturan yang membatasi jumah KJA Pembatasan jumlah KJA Melihat konten peraturan yang menyarankan untuk melakukan konservasi waduk, larangan pencemaran waduk, dan penggunaan bahan untuk membuat KJA Konservasi, pencemaran, dan bahan pembuatan KJA Melihat konten peraturan yang mengatur pengawasan dan saksi jika terjadi pelanggaran Sistem pengawasan dan saksi

4.4.5 Analisis Model Kelembagaan Pengelolaan KJA Waduk Cirata

Analisis model kelembagaan dilakukan untuk mengetahui bentuk kelembagaan yang sesuai bagi pengelolaan Waduk Cirata. Waduk yang merupakan CPRs memerlukan sistem kelembagan yang dapat memberikan manfaat terhadap banyaknya pihak yang memanfaatkan sumberdaya dengan meminimumkan eksternalitas berupa pencemaran yang terjadi pada waduk. Hasil dari analisis sebelumnya yang telah disebutkan dan wawancara terhadap beberapa informan dapat menjadi acuan dalam melakukan analisis model kelembagaan. Model kelembagaan baru untuk pengelolaan Waduk Cirata dalam pemanfaatanya sebagai sarana budidaya ikan dengan sistem KJA dapat melalui beberapa cara, diantaranya : perluasan wewenang salah satu lembaga yang sudah ada; perubahan 40 pada struktur, koordinasi, dan wewenang antar lembaga yang telah ada; pembuatan suatu lembaga baru yang diberikan wewenang secara menyeluruh atau menjadi jembatan bagi beberapa pemangku kepentingan agar dapat memudahkan koordinasi dalam mengelola waduk terkait budidaya ikan dengan sistem KJA. Indikator yang digunakan dalam menganalisis model kelembagaan untuk pengelolaan Waduk Cirata yaitu acceptabilitas, possibility, dan efektivitas. Tabel 9 Indikator model kelembagaan Tujuan Parameter Indikator Menganalisis model kelembagaan dalam pengelolaan Waduk Cirata 1. Perluasan wewenang salah satu lembaga yang sudah ada 2. Perubahan pada koordinasi dan pembagian wewenang antar lembaga yang telah ada 3. Pembentukan kelembagaan baru - Acceptabilitas : daya penerimaan terhadap model kelembagaan baru - Possibility : kemungkinan pelaksanaan terhadap model kelembagaan baru - Efektivitas : efisiensi dalam pencapaian tujuan dan keutuhan kewenangan 41

Bab V. GAMBARAN UMUM

Waduk Cirata terletak di 3 wilayah administrasi yaitu Kabupaten Bandung Barat, Kabupeten Purwakarta, dan Kabupaten Cianjur. Wilayah Kabupaten Cianjur merupakan wilayah yang paling besar terkena genangan dari Waduk Cirata.

5.1 Kabupaten Bandung Barat

Secara geografis Kabupaten Bandung Barat terletak diantara 107°,1 10’- 107°,4 40 Bujur Timur dan 6°,3 73’-7°,1 31’ Lintang Selatan, dengan luas wilayah sebesar 1.305,77 kilometer persegi atau sekitar 130.577,40 hektar. Batas wilayah Kabupaten Bandung Barat meliputi : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Cianjur, Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang; sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung, Kota Bandung dan Kota Cimahi; sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Cianjur. Pada tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Bandung Barat mencapai 1.572.806 orang, penduduk laki- laki berjumlah 802.607 orang sedangkan perempuan 770.199 orang dengan rasio jenis kelaminnya mencapai 1.04. Rata-rata kepadatan penduduk per kilometer persegi mencapai 1.250 jiwa BPS, 2013. Wilayah Bandung Barat masuk ke dalam zona I dalam pembagian lokasi pembudidayaan ikan dengan KJA di Waduk Cirata yaitu terletak di Kecamatan Cipendeuy, meliputi desa Bojong Mekar, Margalaksana, Margaluyu, Nanggeleng, dan Nyenang. Selain terdapat Waduk Cirata, di Kabupaten Bandung Barat juga terdapat waduk lain yaitu Waduk Saguling. Kedua waduk tersebut merupakan pemasok ikan utama bagi wilayah Kabupaten Bandung Barat. Jumlah produksi ikan di Waduk Cirata dan Saguling pada tahun 2009 hingga 2013 dapat dilihat pada Tabel 10. 42 Tabel 10 Data produksi ikan di KJA Cirata dan Saguling tahun 2009 – 2013 No Komoditas Produksi Ton 2009 2010 2011 2012 2013 1 Mas 12.158,00 12.229,51 15.484,95 16.627,04 16.627,04 2 Nila 10.382,80 10.970,74 11.570,13 11.816,02 11.816,02 3 Gurame 174,80 577,36 500,66 265,53 265,53 4 Patin 3.610,90 1.718,12 0,00 2.626,46 2.626,46 5 Lele 262,20 807,97 0,00 693,08 693,08 6 Ikan lainnya 825,00 1.122,57 17,90 184,92 184,92 Jumlah 27.413,70 27.426,27 27.573,65 32.213,05 32.213,05 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Bandung Barat

5.2 Kabupaten Purwakarta

Kabupaten Purwakarta merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Kabupaten Purwakarta terletak pada 107° 30’-107° 40’ Bujur Timur dan 6° 25’-6° 45’ Lintang Selatan. Secara administratif, Kabupaten Purwakarta memiliki batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karawang dan Kabupaten Subang; sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Subang dan Kabupaten Bandung Barat; sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Cianjur BPS, 2013. Luas wilayah Kabupaten Purwakarta yaitu 971,72 km 2 atau sekitar 2,81 persen dari luas wilayah Provinsi Jawa Barat. Sejak Januari 2001 Kabupaten Purwakarta mempunyai 17 kecamatan dengan 192 desakelurahan. Letak Kabupaten Purwakarta dibagi atas beberapa wilayah, yaitu bagian Utara, Barat, Selatan dan Timur. Wilayah bagian Utara mencakup Kecamatan Cempaka, Bungursari, Cibatu, Purwakarta, Babakancikao, Pasawahan, Pondoksalam, Wanayasa dan Kiarapedes yang sebagian besar wilayah terletak pada ketinggian antara 25-500 meter di atas permukaan laut dpl. Wilayah Barat meliputi Kecamatan Jatiluhur dan Sukasari dimana bagian yang merupakan permukaan air Danau Ir. H. Juanda mempunyai ketinggian 107 m dpl, sedangkan tanah daratan disekitarnya berada pada ketinggian sekitar 400 m dpl. Kabupaten Purwakarta bagian Selatan dan Timur, wilayahnya meliputiKecamatan Plered, Maniis, 43 Tegalwaru, Sukatani, Darangdan dan Kecamatan Bojong, dengan ketinggian lebih dari 200 m dpl. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 penduduk Kabupaten Purwakarta sebesar 852.521 orang, yaitu terdiri dari 436.082 orang laki-laki dan 416.439 orang perempuan BPS, 2013. Wilayah Purwakarta masuk ke dalam zona 2 dalam lokasi pembudidayaan ikan dengan KJA di Waduk Cirata yaitu di Kecamatan Maniis, meliputi desa Citamiang, Pasir Jambu, Sinargalih, dan Tegal Datar. Selain terdapat Waduk Cirata, di Kabupaten Purwakarta juga terdapat waduk lain yaitu Waduk Jatiluhur. Jenis tempat pemeliharaan ikan di Kabupaten Purwakarta beragam, perbandingan jumlah produksi ikan menurut jenis tempat pemeliharaan berdasarkan lokasi Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 11. Perkembangan produksi perikanan di Kecamatan Maniis yang merupakan bagian dari Waduk Cirata dari tahun 2009 hingga tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 11 Produksi perikanan budidaya berdasarkan tempat usaha dirinci menurut Kecamatan di Kabupaten Purwakarta pada tahun 2013 No Kecamatan Produksi Ikan Ton Jumlah Ton Sawah Perikanan Jaring Apung Kolam 1 Jatiluhur 0,00 30.935,00 2,60 30.937,60 2 Sukasari 0,00 0,00 0,98 0,98 3 Maniis 0,00 30.955,00 1,27 30.956,27 4 Tegalwaru 0,00 0,00 6,05 6,05 5 Plered 0,00 0,00 98,90 98,90 6 Sukatani 0,00 28.055,00 33,83 28.088,83 7 Darangdan 0,00 0,00 51,21 51,21 8 Bojong 0,00 0,00 28,55 28,55 9 Wanayasa 0,00 0,00 50,49 50,49 10 Kiarapedes 0,00 0,00 34,15 34,15 11 Pasawahan 0,00 0,00 78,83 78,83 12 Pondok Sawah 0,00 0,00 63,96 63,96 13 Purwakarta 0,00 0,00 52,95 52,95 14 Babakan Cikao 0,00 0,00 25,13 25,13 15 Campaka 0,00 0,00 13,69 13,69 16 Bungursari 0,00 0,00 11,50 11,50 17 Cibatu 0,00 0,00 9,80 9,80 Jumlah 0,00 89.945,00 563,89 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Purwakarta 44 Tabel 12 Perkembangan produksi perikanan budidaya jaring apung di Kecamatan Maniis Kabupaten Purwakarta pada tahun 2009 – 2013 No Tempat Usaha Produksi Ton 2009 2010 2011 2012 2013 1 Sawah Perikanan 0.00 - 0.00 0.00 0.00 2 Jaring Apung 37545.38 - 27523.75 27657.75 30956.27 3 Kolam 0.00 - 1.02 1.12 1.27 Jumlah 37545.38 38818.73 27524.77 27658.87 30957.54 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Purwakarta Keterangan : Data produksi berdasarkan tempat usaha untuk kecamatan tidak tersedia

5.3 Kabupaten Cianjur

Kabupaten Cianjur yang memiliki luas sekitar 361.434,98 hektar, secara geografis terletak pada 106° 42’-107° 25’ Bujur Timur dan 6° 21’-7° 25 Lintang Selatan. Batas wilayah Kabupaten Cianjur meliputi : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta; sebelah Timur berbatasan dengan Kabupeten Purwakarta, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Garut; sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor BPS, 2013. Letak ketinggian wilayah Kabupaten Cianjur yaitu 7-2.962 mdpl, wilayah yang memiliki ketinggian tertinggi adalah Kecamatan Cipanas dan Pacet yaitu 1.080-2.962 mdpl. Pada tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Cianjur sekitar 2.231.107 jiwa yang terdiri dari 1.153.993 jiwa laki-laki dan 1.077.144 jiwa perempuan dengan sex ratio 107,15. Kepadatan rata-rata penduduk Kabupaten Cianjur pada tahun 2012 yaitu 617 km persegi BPS, 2013. Daerah Cianjur merupakan daerah yang paling luas terkena genangan Waduk Cirata. Dari keseluruhan luas Waduk Cirata 60 termasuk ke dalam wilayah Cianjur. Wilayah Cianjur masuk ke dalam zona 3 dalam lokasi pembudidayaan ikan dengan KJA yaitu di Kecamatan Ciranjang, Mande, dan Cikalong Kulon, meliputi desa Bobojong, Cikidang, Kamurang, Kertajaya, dan Mande. Perkembangan produksi perikanan di Kabupaten Cianjur dari tahun 2001 hingga tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 13. 45 Tabel 13 Perkembangan produksi perikanan budidaya Cirata per jenis ikan wilayah Cianjur tahun 2001 – 2013 No Tahun Jumlah Produksi Ton Produksi per Jenis Ikan Ton Mas Nila Bawal Lainnya 1 2001 14.638,60 8.117,99 3.231,48 3.141,38 87,75 2 2002 14.639,00 8.178,22 3.238,67 3.141,46 80,65 3 2003 15.230,00 8.582,95 3.395,79 3.296,89 87,84 4 2004 14.900,00 8.324,06 3.289,19 3.197,46 89,29 5 2005 17.135,00 9.576,93 3.789,56 3.667,04 94,47 6 2006 18.009,89 10.061,40 3.979,71 3.868,79 99,99 7 2007 18.531,49 10.352,79 4.099,89 3.976,72 102,09 8 2008 30.500,00 16.775,00 6.622,00 6.938,00 165,80 9 2009 33.005,83 18.454,00 7.285,00 7.085,00 181,83 10 2010 39.120,62 21.373,00 8.735,00 8.818,00 194,62 11 2011 42.815,95 18.332,52 12.328,19 11.979,30 175,94 12 2012 49.483,86 25.236,65 10.550,21 13.404,77 292,23 13 2013 46.561,41 24.574,67 10.884,81 10.829,92 272,01 Sumber : BPBPPU, 2013

5.4 Sumber Daya Waduk Cirata

Waduk Cirata merupakan sumber daya buatan manusia dengan memanfaatkan aliran sungai Citarum. Selain Waduk Cirata, terdapat dua Waduk lain yang juga memanfaakan aliran sungai Citarum yaitu Waduk Jatiluhur dan Waduk Saguling. Pemanfaatan 3 Tiga waduk yang menggunakan satu aliran sungai disebut kaskade. Waduk Jatiluhur merupakan waduk yang tertua dan terletak di bagian hilir yaitu di daeran Kabupaten Purwakarta. Tujuan utama pembangunan Waduk Jatiluhur yaitu sebagai PLTA, irigasi, bahan baku air minum dan industri. Untuk menjaga kualitas air yang masuk ke Waduk Jatiluhur kemudian dibuat Waduk Saguling. Waduk Saguling yang terletak di Kabupaten Bandung diharapkan dapat menjadi filter limbah dari hulu sungai yang alirannya mengalir ke Waduk Jatiluhur. Seiring berjalannya waktu, aktivitas ekonomi seperti budidaya perikanan dan pertanian di Waduk Saguling menyebabkan semakin menurunnya kualitas air Citarum. Oleh karena itu maka dibangunlah Waduk Cirata di tengah-tengah DAS Citarum yang diharapkan dapat menjadi filter ke dua bagi perairan Jatiluhur. Letak ketiga waduk tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.