Badan Pengelola Waduk Cirata BPWC

57 6. Meningkatkan peran kelompok pembudidaya ikan untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. 7. Mengembangkan kawasan sentra ikan. 8. Meningkatkan sarana dan prasarana di bidang perikanan. Dinas perikanan kabupaten Bandung Barat dan Purwakarta tidak memiliki UPTD yang khusus menangani kegiatan perikaan di Waduk Cirata seperti di Cianjur. Dinas perikanan secara langsung mengurus hal teknis yang terdapat di Waduk Cirata. Namun, dinas perikanan kabupaten Purwakarta memiliki UPTD yang khusus menangani kegiatan perikanan di Waduk Jatiluhur yang juga sekaligus menangani kegiatan perikanan di Waduk Cirata. Seperti halnya di dinas perikanan kabupaten Cianjur, dinas perikanan kabupaten Bandung Barat dan Purwakarta juga melakukan kegiatan untuk meningkatkan produksi seperti membuat kelompok lokal yang terdiri dari kelompok pembudidaya ikan, kelompok nelayan, kelompok pengolah hasil perikanan, membuat kolam percontohan, melakukan berbagai penelitian, dan melakukan pelatihan mengenai pembudidayaan ikan. Dana untuk melakukan kegiatan operasional tersebut berasal dari Kementrian Kelautan dan Perikanan KKP. Khusus untuk Kabupaten Cianjur dikenakan wajib PAD oleh pemerintah setempat. Sedangkan Kabupaten Bandung Barat dan Purwakarta tidak dikenakan wajib PAD Widiastuti, 2013.

6.1.4 Petani Ikan

Petani ikan yang ada di Waduk Cirata terdiri dari masyarakat yang tinggal di sekitar waduk dan masyarakat pendatang. Pada awalnya, kegiatan budidaya ikan dengan KJA di Waduk Cirata hanya diperuntukan untuk masyarakat yang terkena dampak dari pembangunan Waduk. Akibat dari adanya pembuatan Waduk, masyarakat setempat kehilangan rumah, lahan, dan lapangan pekerjaan. Pihak PLN selaku penanggung jawab, memberikan sejumlah dana bagi masyarakat yang terkena dampak. Karakteristik petani ikan diidentifikasi dengan wawancara terhadap 30 orang responden petani ikan. Sebanyak 29 orang responden merupakan laki-laki dan 1 orang wanita. Kisaran umur petani ikan Waduk Cirata berdasarkan responden yang diwawancarai yaitu antara 17-72 tahun. Sebanyak 44 petani 58 ikan berada pada tingkat usia 31-40 tahun. Petani ikan pada tingkat usia 41-50 tahun dan 51-60 tahun masing-masing bejumlah 23 dan 14. Sebanyak 10 petani ikan berada pada tingkat usia 21-30 tahun. Sisanya sebanyak 3 masing- masing petani ikan memiliki tingkat usia 11-20 tahun, 61-70 tahun, dan 71-80 tahun. Berdasarkan persentase tersebut dapat dilihat bahwa masih ada anak muda yang berminat bekerja di KJA. Oleh karena itu penting sekali untuk memperhatikan kelestarian Waduk Cirata agar di masa depan masih terdapat peluang lapangan kerja bagi generasi mendatang. Tingkatan usia petani ikan dapat dilihat pada Gambar 8. Sumber : Hasil analisis data 2014 Gambar 8. Tingkat usia petani ikan Tingkat pendidikan petani ikan bervariasi mulai dari tidak sekolah hingga perguruan tinggi. Sebagian besar pendidikan petani ikan yang ada di Waduk Cirata yaitu hingga jenjang SD yaitu sebesar 50. Kemudian sebanyak 23 petani ikan mempunyai pendidikan akhir SMP. Sebanyak 20 berpendidikan akhir SMA. Petani ikan yang tidak bersekolah sebanyak 4 dan yang terendah sebanyak 3 memiliki tingkat pendidikan hingga perguruan tinggi. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan petani ikan di Cirata cenderung rendah. Tingkat pendidikan petani ikan yang rendah tersebut berdampak pada cara mereka dalam melakukan kegiatan budidaya ikan yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan. Tingkatan pendidikan petani ikan dapat dilihat pada Gambar 9. 3 10 44 23 14 3 3 Usia 11-20 thn 21-30 thn 31-40 thn 41-50 thn 51-60 thn 61-70 thn 71-80 thn 59 Sumber : Hasil analisis data 2014 Gambar 9. Tingkat pendidikan petani ikan Kegiatan budidaya ikan dengan KJA semakin meningkat setiap tahunnya. Peningkatan jumlah KJA tersebut tentu saja berpengaruh terhadap kualitas air di Waduk Cirata. Kualitas air yang semakin memburuk kemudian berpengaruh terhadap produksi ikan di Waduk Cirata. Sebanyak 63 petani ikan menyatakan terjadi penurunan pada jumlah produksi ikan. Hanya 20 dari petani ikan yang menyatakan jumlah produksi ikan meningkat dan 17 petani ikan yang menyatakan jumlah produksi ikan tetap. Petani yang menyatakan bahwa produksi ikannya meningkat diduga karena mereka menambah jumlah benih dan pakan ikan. Kondisi produksi ikan menurut pembudidaya setiap tahunya dapat dilihat pada Gambar 10. Sumber : Hasil analisis data 2014 Gambar 10. Grafik produksi ikan menurut persepsi petani ikan 4 50 23 20 3 Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA D4 63 17 20 Produksi Ikan Menurun Tetap Meningkat 60 Petani Ikan di Waduk Cirata berdasarkan letak konstruksi KJA di kelompokan ke dalam tiga zona untuk mempermudah pemantauan dan transfer informasi. Pada awalnya Waduk Cirata dijadikan lokasi budidaya ikan dengan sistem KJA diperuntukan bagi masyarakat pribumi yang terkena dampak penggenangan waduk sebagai kompensasi atas hilangnya pekerjaan mereka, namun seiring berjalannya waktu banyak warga pendatang yang ikut membudidayakan ikan di Waduk Cirata. Pembagian zona dan jumlah Rumah Tangga Petani RTP baik pribumi dan non pribumi dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Pembagian zona dan jumlah RTP tahun 2011 Wilayah No Desa Petani [RTP] Lokal Pendatang Jumlah Total Zona 1 Bandung Barat 1 Bojong Mekar Lokal 8 10 Pendatang 2 2 Margalaksana Lokal 499 582 Pendatang 83 3 Margaluyu Lokal 303 383 Pendatang 80 4 Nanggeleng Lokal 79 87 Pendatang 8 5 Nyenang Lokal 134 136 Pendatang 2 Jumlah 1,198 Zona 2 Purwakarta 1 Citamiang Lokal 84 17 101 Pendatang 2 Pasir Jambu Lokal 49 12 61 Pendatang 3 Sinargalih Lokal 128 15 143 Pendatang 4 Tegal Datar Lokal 181 187 Pendatang 6 Jumlah 492 Zona 3 Cianjur 1 Bobojong Lokal 217 74 291 Pendatang 2 Cikidang Lokal 81 14 95 Pendatang 3 Kamurang Lokal 110 35 145 Pendatang 61 Tabel 14 Lanjutan Zona 3 Cianjur 4 Kertajaya Lokal 83 27 110 Pendatang 5 Mande Lokal 146 180 Pendatang 34 Jumlah 821 Total 2,511 Sumber : Laporan Sensus KJA PT Cikal 2011 Berdasarkan Tabel 14 wilayah yang memiliki jumlah KJA terbanyak yaitu pada zona 1 atau wilayah Bandung Barat. Terdapat 5 daerah yang masuk ke dalam wilayah zona 1 yaitu Desa Bojong Mekar, Margalaksana, Margaluyu, Nanggeleng, dan Nyenang. Desa Margalaksana merupakan Desa dengan jumlah RTP paling banyak di wailayah zona 1 yaitu sebanyak 582 RTP, diantaranya 499 RTP merupakan warga pribumi dan 83 RTP non pribumi. Selanjutnya Desa dengan jumlah RTP yang banyak terdapat di Desa Margaluyu yaitu sebanyak 383 RTP, diantaranya 303 merupakan warga pribumi dan 80 RTP merupakan non pribumi. Desa Bojong Mekar merupakan Desa dengan jumlah RTP paling sedikit yaitu hanya ada 10 RTP yang 8 diantaranya merupakan warga pribumi dan 2 yang lainnya non pribumi. Secara keseluruhan jumlah RTP yang terdapat di wilayah zona 1 berjumlah 1.198 RTP. Wilayah zona 2 yaitu Kabupaten Purwakarta memiliki jumlah RTP paling sedikit yaitu 492 RTP. Terdapat 4 Desa yang masuk ke dalam wilayah zona 2 yaitu Desa Citamiang, Pasir Jambu, Sirnagalih, dan Tegal Datar. Penyebaran jumlah RTP di wilayah ini cukup merata dibandingkan dengan wilayah zona 1. Desa Tegal Datar merupakan Desa dengan jumlah sebanyak 187 RTP, 181 diantaranya merupakan warga pribumi dan 6 lainnya merupakan pendatang. Desa yang memiliki jumlah RTP paling sedikit yaitu Desa Pasir Jambu dengan jumlah 61 RTP, 49 diantaranya merupakan warga pribumi dan 12 lainnya merupakan warga non pribumi. Wilayah terakhir atau zona 3 yang merupakan bagian yang terluas dari Waduk Cirata yaitu Kabupaten Cianjur memiliki 5 Desa yang masuk ke dalam bagiannya. Desa tersebut yaitu Desa Bobojong, Cikidang, Kamurang, Kertajaya, dan Mande. Desa yang memiliki jumlah RTP paling banyak yaitu Desa Bobojong dengan jumlah 291 RTP, 217 diantaranya merupakan warga pribumi dan 74