64 Secara keseluruhan, jumlah KJA yang terdapat di Waduk Cirata berdasarkan hasil
sensus tahun 2011 yaitu sebanyak 53.031 petak. Jumlah tersebut terdiri dari 48.591 KJA aktif dan 4.440 KJA yang sudah tidak aktif.
Bangunan KJA dibuat dengan menggunakan bambu, jaring, dan busadrum sebagai pelampungnya. KJA terdiri dari petak-petak dengan ukuran 7
m
2
. Setiap 4 petak dikelompokan menjadi 1 unit. Biasanya terdapat satu bangunan diantara petak KJA sebagai tempat tinggal petani KJA, baik pemiliknya secara
langsung maupun pekerja yang diberi upah. Rata-rata rumah tinggal di KJA terssebut dihuni oleh 2-3 orang yang setiap satu minggu sekali mereka pulang ke
rumah mereka di darat. Sebanyak 72 KJA di Waduk Cirata menggunakan drum sebagai konstruksinya dan 28 menggunakan busasterofoam. Grafik bahan
konstrusi KJA dapat dilihat pada Gambar 12.
Sumber : Laporan Sensus KJA PT Cikal 2011, diolah
Gambar 12. Grafik bahan konstruksi KJA Jumlah keramba yang dimiliki tiap petani beragam, mulai kurang dari 4
petak hingga lebih dari 50 petak untuk setiap RTP. Jumlah KJA yang dilimiliki tiap RTP dapat dilihat pada Tabel 16. Berdasarkan tabel tersebut pada wilayah
zona 1 petani ikan paling banyak memiliki jumlah KJA pada kisaran 11-20 petak yaitu sebanyak 456 RTP dan paling sedikit memiliki KJA kurang dari 50 petak
yaitu berjumlah 41 RTP. Pada wilayah zona 2 petani ikan paling banyak memiliki jumlah KJA pada kisaran 5-10 petak yaitu sebanyak 154 RTP dan paling sedikit
memiliki KJA kurang dari 50 petak yaitu sebanyak 27 RTP. Sama seperti pada
72 28
Konstruksi KJA
Drum Busa
65 wilayah zona 1, di wilayah zona 3 petani ikan paling banyak memiliki jumlah
keramba pada kisaran 11-10 petak yaitu sebanyak 331 RTP sedangkan paling sedikit memiliki KJA kurang dari 4 petak yaitu sebanyak 58 RTP.
Tabel 16 Jumlah kepemilikan KJA petani ikan
Wilayah Jumlah Petani Keramba
Total 4
Petak 5 - 10
Petak 11 - 20
Petak 21 - 50
Petak 50
Petak Zona 1
Bandung Barat 1,198
102 347
456 252
41 Zona 2
Purwakarta 492
62 154
150 99
27 Zona 3
Cianjur 821
58 144
331 212
76 Total
2,511 222
645 937
563 144
Sumber : Laporan Sensus KJA PT Cikal, 2011
Secara keseluruhan, di ketiga wilayah tersebut petani ikan paling banyak meimiliki KJA pada kisaran 11-20 petak dengan jumlah 937 RTP dan paling
sedikit memiliki KJA lebih dari 50 petak dengan jumlah 144 RTP. Dilihat dari persentasenya, petani ikan yang memiliki KJA pada kisaran 11-20 petak mencapai
37 dan petani ikan yang memiliki KJA lebih dari 50 petak sebesar 6. Grafik persentase kepemilikan KJA dapat dilihat pada Gambar 13.
Sumber : Laporan Sensus KJA PT Cikal 2011, diolah
Gambar 13. Grafik kepemilikan jumlah petak KJA
9 26
37 22
6
Kepemilikan KJA
4 Petak 5 - 10 Petak
11 - 20 Petak 21 - 50 Petak
50 Petak
66
6.1.5 Kelompok Masyarakat
Kelompok masyarakat yang ada di Waduk Cirata terkait dengan perikanan yaitu kelompok pembudidaya ikan, kelompok nelayan, kelompok pengolah hasil
perikanan, kelompok pedagang, dan Kelompok Masyarakat Pengawas POKMASWAS. Beberapa hal yang melatarbelakangi terbentuknya suatu
kelompok diantaranya sebagai berikut : 1.
Adanya saling mengenal dengan baik antara sesama anggotanya, akrab, dan saling mempercayai.
2. Mempunyai padangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha.
3. Memiliki kesamaan dalam hal tradisikebiasaan, pemukiman, jenis usaha,
hamparan, jenis alat tangkapkapal. 4.
Memiliki motivasi untuk berkembang. Sumber pendanaan untuk kegiatan operasional kelompok biasanya
diperoleh dari iuran para anggotanya, namun terkadang ada pula bantuan dari dinas terkait atau pihak swasta yang ikut menyumbang bagi kelancaran kegiatan
operasional kelompok maupun bagi anggota-anggotanya.
6.1.5.1 Kelompok Pembudidaya Ikan
Kelompok pembudidaya ikan berperan dalam mengkoordinir petani ikan dalam penyampaian informasi dari pihak terkait seperti dinas perikanan dan
BPWC. Informasi tersebut dapat berupa pembinaan mengenai teknis budidaya ramah lingkungan sesuai dengan pedoman cara budidaya ikan yang baik CPIB,
sosialisasi peraturan KJA, dan informasi mengenai penanganan penyakit ikan dan kondisi lingkungan. Kelompok ini ada yang bersifat formal dan informal.
Kelompok pembudidaya ikan formal biasanya adalah bentukan dinas perikanan wilayah setempat. Kelompok pembudidaya ikan informal dibentuk berdasarkan
inisiatif petani ikan sendiri. Biasanya ada bantuan dana dari dinas sebagai modal usaha maupun kegiatan lainnya seperti pembersihan lingkungan waduk.
6.1.5.2 Kelompok Masyarakat Pengawas POKMASWAS
POKMASWAS merupakan kelompok masyarakat yang berperan dalam pengawasan terhadap aktivitas perikanan yang ada di Waduk Cirata. Untuk
Waduk Cirata wilayah Kabupaten Cianjur telah memiliki POKMASWAS pada tanggal 05 Mei 2009, yang beranggotakan pembudidaya ikan, nelayan, dan
67 pedagang ikan di Waduk Cirata. Tujuan dibentuknya POKMASWAS adalah
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan dan perikanan serta menumbuhkembangkan sismaswas
sistem pengawasan masyarakat agar selalu tertanan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki terhadap sumberdaya kelautan dan perikanan. Untuk wilayah
Bandung Barat dan Purwakarta, POKMASWAS terintegrasi dengan ASPINDAC Asosiasi Pembudidaya Ikan Waduk Cirata dan menjadi unit kerja ASPINDAC
Widiastuti 2013. POKMASWAS mendapatkan bantuan kapal motor dari dinas perikanan bagi kegiatan pengawasannya. Namun, untuk biaya operasional
diperoleh dari iuaran masyarakat. Dalam kegiatan ronda untuk mengawasi ikan di KJA agar tidak dicuri, sering dilibatkan bantuan dari preman-preman sekitar.
Sehingga sering ditemui adanya pungutan liar. Besarnya iuran yang belum ditetapkan jumlahnya membuat pungutan liar tersebut semakin sering terjadi.
6.1.5.3 Asosiasi Petani Pembudidaya Ikan Waduk Cirata APINDAC
ASPINDAC merupakan kelompok gabungan dari beberapa kelompok pembudidaya ikan di Bandung Barat. Kelompok ini sudah mendapat pengakuan
legal dari akta notaris Bandung Barat sehingga asosiasi ini tidak begitu diakui di wilayah Cianjur dan Purwakarta Widiastuti 2013. Menurut Widiastuti 2013
terdapat 80 kelompok atau kurang lebih 3500 orang yang tergabung dalam asosiasi ini. Pada tahun 2007 saat ASPINDAC dibentuk hanya ada 18 kelompok
yang bergabung Radityo 2013. ASPINDAC dibentuk dengan tujuan untuk mengakomodir berbagai macam pemasalahan yang dihadapi petani ikan seperti
kenaikan harga pakan, penurunan harga ikan, dan penurunan kualitas air dalam upaya meningkatkan perekonomian petani ikan KJA di Cirata. Kegiatan yang
telah dilakukan selama ini yaitu mengadakan rapat, membuat pernyataan sikap keberatan kepada pemerintah tentang kenaikan harga pakan yang berpotensi
memberikan kerugian kepada petani dan berupaya membentuk agen pakan khusus untuk anggota dengan harga yang lebih murah Widiastuti, 2013. ASPINDAC
sering bekerja sama dengan BPWC dalam upaya pelestarian lingkungan waduk. Upaya-upaya ASPINDAC dalam penyelesaian masalah lingkungan perairan
antara lain Radityo, 2013 : 1.
Penataan kolam jaring apung.
68 2.
Pembatasan zona kelompok. 3.
Sosialisasi pengurangan KJA. 4.
Melakukan pembersihan waduk namun masih bersifat temporer. 5.
Melakukan pembersihan waduk secara biologis dengan cara restocking.
6.1.5.4 Kelompok Penjual Pakan
Kelompok ini dibuat oleh para penjual pakan dengan tujuan memudahkan koordinasi dalam penjualan pakan dan penetapan harga pakan. Penetapan harga
pakan tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi persaingan diantara para penjual pakan. Terdapat Kurang lebih 105 agen dan sub agen tersebar di 3 kabupaten
Widiastuti 2013. Menurut Widiastuti 2013 rata-rata keuntungan yang diperoleh para agen dan sub agen kurang lebih Rp.3,5 jutabulan, dengan rata-rata penjualan
pakan kurang lebih 750 Kghari. Sub agen biasanya juga menjadi Bandar ikan yang oleh petani ikan setempat disebut gudang. Petani ikan dapat mengambil
pakan yang dibutuhkan kemudian dibayar pada saat panen dengan menggunakan ikan. Petani ikan selain menyerahkan ikannya sebagai pembayaran pakan, juga
dapat menjual ikannya kepada Bandar ikangudang tersebut. Sistem ini dapat merugikan petani karena ketika terjadi kematian ikan secara masal, mereka tidak
dapat membayar hutang pakan tersebut. Biasanya petani ikan yang tidak dapat membayar hutang pakan tersebut dapat membayarnya dengan pengambilalihan
kolam KJA miliknya. Agen dan sub agen dikenakan wajib retribusi oleh pengurus desa. Setiap 1
kg pakan yang terjual sebanyak Rp. 2 diserahkan kepada pihak desa Widiastuti 2013. Rata-rata sub agen menyerahkan Rp. 4 juta kepada pihak desa. Produsen
pabrik memberikan informasi dan teknologi terbaru kepada sub agen mengenai produk-produk baru. Dalam setahun terdapat satu kali pertemuan antara sub agen
dan agen serta antara agen dan produsen pabrik untuk memberikan pelatihan dan bimbingan seputar pakan ikan. Ditingkat pengusaha pakan terdapat kelompok
pengusahan pakan GPMT Gabungan Pengelola Makan Ternak. Kelompok ini dibentuk sebagai sarana tukar informasi seputar perkembangan pakan dan untuk
penetapan harga pakan yang berlaku. Pihak GPMT selaku pihak yang memiliki kepentingan terhadap waduk juga turut serta dalam upaya pelestarian Waduk
69 Cirata. Setiap tahun pihak GPMT mengadakan dan ikut serta dalam kegiatan
pembersihan eceng gondok.
6.2
Keterkaitan Stakeholder yang Terlibat dalam Pengelolaan KJA Waduk Cirata
6.2.1 Kepentingan dan Pengaruh Stakeholder dalam Pengelolaan KJA Waduk Cirata
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 15 stakeholder dalam pengelolaan sumberdaya di Waduk Cirata. Stakeholder tersebut dibedakan berdasarkan
kepentingan dan pengaruhnya terhadap pengelolaan sumberdaya perikanan terutama yang terkait dengan keberadaan KJA di Waduk Cirata. Pembobotan
kepentingan dan pengaruh dari setiap aktor dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Matriks hasil penilaian kepentingan dan pengaruh stakeholder
Stakeholder Kepentingan
Pengaruh Keterlibatan
DKP Provinsi Jawa Barat 18
23 Players
DKP Kabupaten Cianjur 18
17,5 Players
DKP Kabupaten Bandung Barat 18
15 Players
DKP Kabupaten Purwakarta 14
15 Players
BPWC 21
23 Players
ASPINDAC 21
17 Players
Kelompok pembudidaya ikan 20
18 Players
Kelompok penjual pakan 17
14 Players
POKMASWAS 17
11 Subject
Kelompok nelayan 16
8 Subject
Pedagang Ikan 14
7 Subject
Pengolah hasil perikanan 13,5
6 Subject
Aparat desa 9
8 Bystanders
BPPT 6
6 Bystanders
Lembaga peneliti 10
9 Bystanders
Sumber : Data primer, 2014 diolah
Hasil pemetaan aktor berdasarkan derajat kepentingan dan pengaruhnya di dalam memanfaatkan dan mengelola sumberdaya Waduk Cirata terlihat pada
Gambar 14.
70
Pengaruh
Gambar 14. Pemetaan stakeholder dalam pengelolaan KJA Waduk Cirata
Keterangan : 1: pengolah ikan
2 : pedagang ikan 3 : kelompok nelayan
4 : POKMASWAS 5 : kelompok penjual pakan
6 : DKP Bandung Barat 7 : DKP Purwakarta
8 : ASPINDAC 9 : kelompok pembudidaya ikan
10 : DKP Cianjur 11 : BPWC
12 : DKP Jawa Barat 13 : BPPT
14 : aparat desa 15 : lembaga peneliti.
6.2.1.1 Subject
Subject memiliki kepentingan yang besar, akan tetapi meiliki pengaruh yang kecil dalam pengelolaan KJA di Waduk Cirata. Stakeholder yang termasuk
subjek berada pada kuadran I yaitu Pedagang ikan, kelompok pengolah hasil perikanan, nelayan, dan POKMASWAS.
1. Kepentingan
Berdasarkan hasil analisis stakeholder, diperoleh hasil bahwa stakeholder yang termasuk subject dan memiliki tingkat kepentingan tertinggi yaitu
POKMASWAS dan stakeholder yang memiliki tingkat kepentingan terendah yaitu kelompok pengolah hasil perikanan. Sedangkan stakeholder lainnya yaitu
pedagang ikan dan kelompok nelayan. Pedagang ikan, kelompok pengolah hasil perikanan dan kelompok nelayan tidak memiliki keterlibatan dalam perencanaan,
pengorganisasian dan pengawasanevaluasi dalam pengeloalan KJA di Waduk Cirata. Sedangkan POKMASWAS masih terlibat dalam kegiatan pengawasan
dalam pengelolaan KJA Waduk Cirata.
Rendah
Kep en
tinga n
Rendah Tinggi
Tinggi
2 1
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15
Kuadran I Subject
Kuadran II Players
Kuadran III Bystanders
Kuadran IV Actors
71 Pedagang ikan, kelompok pengolah hasil perikanan, kelompok nelayan dan
POKMASWAS mendapat manfaat dari keberadaan sumberdaya perikanan di Waduk Cirata sebagai sumber mata pencarian dan penyerapan tenaga kerja.
Pemanfaatan sumberdaya perikanan dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Kelompok ini mengharapkan pengelolaan KJA dapat dilakukan
dengan baik agar keberlanjutan dan kelestarian waduk dapat terjaga sehingga mereka dapat tetap memperoleh manfaatnya di masa depan.
Dilihat dari sumberdaya yang disediakan, ketiga kelompok dalam kuadran ini menyediakan sumberdaya manusia dalam pengelolaan sumberdaya waduk.
Pedagang ikan dan kelompok pengolah hasil perikanan bertindak sebagai pihak pengumpul dan konsumen hasil budidaya ikan maupun hasil tangkapan nelayan.
Sedangkan, kelompok nelayan hanya mengambil sumberdaya perikanan yang ada di Waduk Cirata. POKMASWAS bertindak sebagai pengawas kegiatan
pengelolaan KJA. Dilihat dari fokus pengelolaan, pedagang ikan, kelompok pengolah hasil
perikanan dan POKMASWAS cukup menjadikan sumberdaya perikanan KJA sebagai fokus pengelolaannya. Pedagang ikan, kelompok pengolah hasil
perikanan dan POKMASWAS masing-masing memiliki perkerjaan lain sehingga kegiatan mereka tidak hanya terfokus pada pengelolaan sumberdaya perikanan di
waduk sebagai pengumpul dan konsumen, serta pengawasannya. Sedangkan, kelompok nelayan mejadikan fokus pengelolaan sumberdaya perikanan sebagai
prioritas karena sangat mempengaruhi hasil tangkapan mereka. Walaupun fokus pengelolaan tidak secara langsung berhubungan dengan KJA, namun keberadaan
KJA yang mempengaruhi perairan waduk akan mempengaruhi kegiatan perikanan tangkap. Oleh karena itu kepentingan terhadap pengelolaan sumberdaya perikanan,
secara tidak langsung termasuk dalam kepentingan pengelolaan KJA. Tingkat ketergantungan pedagang ikan tekait dengan kebutuhan suplai
tangkapan dan budidaya ikan sebagai dagangan yang akan dijual kembali untuk memperoleh keuntungan. Kelompok pengelola hasil perikanan memiliki
ketergantungan terhadap sumberdaya perikanan di waduk terkait dengan kebutuhan akan hasil tangkapan ikan sebagai bahan baku untuk usahanya yaitu
72 untuk pengasinan dan pembuatan ikan pindang. Tingkat ketergantungan nelayan
yaitu terkait dengan keberadaan stok ikan untuk ditangkap.
2. Pengaruh
Stakeholder yang termasuk ke dalam subject memiliki tingkat pengaruh yang rendah. Pedagang ikan, kelompok pengelola hasil perikanan, dan kelompok
nelayan tidak memiliki wewenang dalam mengendalikan pengelolaan KJA di Waduk Cirata. Kegiatan yang dilakukan POKMASWAS hanya sebatas
pemantauan dalam kegiatan pengelolaan waduk. Stakeholder dalam kuadran ini hanya berperan dalam pelaksanaan aturan dan kebijakan yang terkait keberadaan
KJA dan akan dikenakan hukuman apabila melanggar peraturan. Peranan dan partisipasi pedagang ikan dan kelompok pengelola hasil
perikanan adalah sebagai pihak yang membantu usaha penangkapan ikan oleh nelayan dan pembudidaya ikan KJA oleh petani ikan sebagai pengumpul dan
konsumen. Sedangkan POKMASWAS berperan dalam pengawasan kegiatan penangkapan dan pembudidayaan ikan. Dalam menjaga kelestarian sumberdaya
waduk terutama perikanan, stakeholder dalam kuadran ini tidak memberikan kontribusi yang besar tetapi terlibat dalam pemanfaatan hasil perikanan.
Stakeholder yang termasuk ke dalam kuadran subject tidak memiliki kemampuan berinteraksi yang baik dalam mengadakan forum, kerjasama, ataupun
mengubah arah pengelolaan sumberdaya perikanan di Waduk Cirata terutama pembudidayaan ikan dengan sistem KJA.
6.2.1.2 Players
Stakeholder yang termasuk ke dalam kelompok players memiliki tingkat kepentingan dan pengaruh yang tinggi. Kelompok yang masuk dalam kuadran ini
yaitu Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cianjur, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Bandung Barat, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta, BPWC, kelompok Pembudidaya ikan, ASPINDAC, dan kelompok penjual pakan.
1. Kepentingan
Dilihat dari aspek keterlibatannya, pihak DKP Provinsi Jawa Barat dan DKP Kabupaten Cianjur terlibat dalam semua proses pengelolaan sumberdaya
perikanan termasuk yang dibudidayakan dengan sistem KJA, yaitu perencanaan,
73 pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasanevaluasi. Sedangkan DKP
Kabupaten Bandung Barat dan Purwakarta, BPWC dan ASPINDAC hanya terlibat dalam pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasanevaluasi.
Stakeholder lainnya yaitu kelompok pembudidaya ikan dan kelompok penjual pakan, hanya terlibat dalam pelaksanaan dan pengawasan pengelolaan
sumberdaya perikanan. Adanya perbedaan keterlibatan antara DKP provinsi dan kabupaten disebabkan karena kewenangan atas waduk yang berada pada tiga
wilayah administrasi dimiliki oleh provinsi. Sehingga DKP provinsi adalah pihak yang memiliki kewenangan dalam perencanaan untuk kemudian diinstruksikan
kepada DKP Kabupaten dan Unit Pelaksana Teknis UPT Cirata tingkat Provinsi. DKP Kabupaten Cianjur memiliki wewenang dalam perencanaan dalam hal
mengatur kegiatan teknis UPT Cirata tingkat Kabupaten Cianjur yang tidak dimiliki oleh kedua kabupaten lainnya. UPT Cirata tingkat provinsi dan kabupaten
inilah yang kemudian melaksanakan tugas pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasanevaluasi terhadap pengelolaan sumberdaya perikanan di Waduk
Cirata. Keberadaan KJA Waduk Cirata memberikan manfaat yang berbeda bagi
setiap stakeholder yang terlibat. Pihak DKP Provinsi Jawa Barat dan DKP Kabupaten Cianjur mendapat manfaat dari penerimaan daerah dan penyerapan
tenaga kerja penduduk di wilayahnya dari pemanfaatan sumberdaya perikanan di Waduk Cirata. DKP Kabupaten Bandung Barat dan Purwakarta hanya mendapat
menfaat berupa penyerapan tenaga kerja karena penerimaan daerah langsung masuk ke provinsi dalam kegiatan perikanan. BPWC selaku anak perusahaan PT.
PJB menerima pemasukan dari kegiatan penertiban SPL dari petani ikan yang membuat KJA. Namun pemasukan yang diterima BPWC dalam penerbitan SPL
jumlahnya sangat kecil. Kelompok Pembudidaya ikan, ASPINDAC, dan kelompok penjual pakan mendapatkan manfaat sebagai mata pencarian dalam
kegiatan perikanan. Perbedaan kepentingan antara BPWC dan dinas perikanan kerap menimbulkan perbedaan pandangan dalam mengelola waduk. BPWC selaku
pemanfaat waduk menginginkan jumlah pembudidaya ikan dapat ditekan seminim mungkin agar menjaga keberlanjutan waduk. Sedangkan dinas perikanan ingin
menghasilkan jumlah produksi ikan yang maksimum dengan adanya kegiatan