Persepsi terhadap pengelolaan KJA Waduk Cirata

96 Zona III: Kecamatan Maniis Kabupaten Purwakarta. Luas genangan secara keseluruhan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan usaha jaring apung adalah 1 dari luas genangan waduk atau 48 Ha. Kuota KJA untuk seluruh wilayah diatur sebanyak 12.000 petak. Peraturan ini juga menetapkan pengalokasian kuota untuk benih penanaman ikan dan pakannya.  Perizinan Setiap orang dan badan usaha yang akan melakukan kegiatan usaha budidaya ikan harus memperoleh izin dari Gubernur dengan rekomendasi dari instansi terkait. Surat pembudidayaan ikan berlaku selama 3 tiga tahun dan dapat diperpanjang. Besarnya biaya perijinan diatur lebih lanjut dalam petunjuk teknis pelaksanaan keputusan. Izin tidak dapat dipindahtangankan kecuali pada ahli waris.  Pengelolaan Limbah Limbah bekas konstruksi Jaring Apung harus dibuang oleh petani ikan di luar perairan umum Waduk Cirata. Pemegang izin usaha Jaring Apung dilarang menyimpang dari standar ukuran blokpetakunitkelompok jaring dan lokasi yang telah ditentukan dalam pembuatan KJA-nya, menghuni bangunan gudang, menggunakan pakan ikan yang belum memperoleh rekomendasi dari instansi pengelola.  Pembinaan dan Pengawasan Instansi Pengelola beserta Instansi Teknis Terkait baik secara langsung atau bersama-sama melakukan pembinaan terhadap pemegang izin yang melakukan budidaya ikan. Dalam rangka pemantauan dan monitoring kualitas air secara rutin, BPWC meakukan pembinaan, pemantauan serta monitoring mulai dari hulu sungai Citarum termasuk Waduk Saguling sampai Waduk Cirata, yang hasilnya dilaporkan kepada Gubernur secara rutin. Kondisi yang terjadi saat ini, petani ikan yang memiliki KJA di Waduk Cirata banyak yang merupakan pendatang dan bukan penduduk asli yang berdomisili di sekitar waduk. Jumlah KJA di tiga zona yang telah ditetapkan sudah sangat banyak. Jumlah keseluruhan KJA yang ada di Waduk Cirata sekarang sudah lebih dari 50.000 petak KJA. Keputusan Gubernur ini merupakan acuan bagi peraturan lainnya untuk membatasi jumlah KJA. Dalam peraturan lain 97 barulah dibentuk mekanisme pembatasan KJA serta sanksinya karena objek yang dikenakan peraturannya telah jelas. Pada saat ini banyak petani ikan yang belum memiliki ijin usaha budidaya ikan. Beberapa petani yang sudah memiliki SPL merasa tidak perlu membuat surat ijin budidaya lagi. Bahkan banyak petani ikan yang tidak memiliki surat ijin budidaya ikan maupun SPL. Kurangnya sosialisasi, pengawasan, dan penegakan hukum lagi-lagi menjadi alasan hal tersebut dapat terjadi. Kekurangan tersebut juga telah disadari oleh dinas dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam pengelolaan waduk. Konstruksi KJA yang sudah tidak terpakai, banyak yang diterlantarkan di tengah waduk begitu saja. Biaya pembongkaran dan pengangkutan KJA yang mahal adalah salah satu alasan petani membiarkan KJA-nya begitu saja. Padahal menurut dinas perikanan terkait ada bantuan dana dan speedboot bagi petani ikan yang akan membongkar KJA-nya dan membanya ke darat. f. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.59DJ-PSDKP2011 tentang Pengawasan Pencemaran Perairan Peraturan ini berisi lokasi dan objek pengawasan. Waduk termasuk salah satu lokasi kegiatan pengawasan. Pengawas dilengkapi dengan Surat Perintah Tugas SPT dan menggunakan seragam serta atribut Pengawas Kelautan dan Perikanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Informasi adanya kasus pencemaran perairan sumbernya dapat berasal dari masyarakat, media cetakelektronik, Pengawasan Kelautan dan Perikanan, atau memang sudah diketahui bahwa wilayah tersebut merupakan wilayah rawan pencemaran. Ketika ditemukan adanya dugaan pencemaran perairan, Pengawas Kelautan dan Perikanan menyerahkan kasus tersebut kepada PPNS Kelautan dan perikanan untuk dilakukan proses hukumpenyidikan. Jika dalam pengawasan ditemukan adanya pelanggaran maka dapat dikenai saksi asministratif dan saksi pidana. Nelayan kecil dan usaha kecil yang melakukan pelanggaran dilakukan pembinaan sebelum diambil tindakan administratif dan pidana. Kondisi perairan Waduk Cirata yang mulai tercemar mengindikasikan kurangnya pengawasan. Menurut beberpa informan, selama ini belum ada petugas pengawas kelautan dan perikanan yang memeriksa kondisi Waduk Cirata. Pihak yang secara rutin mengecek kondisi Waduk Cirata yaitu BPWC selaku pengelola 98 waduk. Untuk wilayah hulu sungai Citarum mungkin sudah dilakukan pengawasan oleh pengawas kelautan dan perikanan namun masih dirasa kurang dalam penindaklanjutan untuk mengatasi pencemaran. g. Keputusan Direksi PT PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali II Nomor 037.K023DIR1998 tentang Pembentukan Badan Pengelola Waduk Cirata pada PT PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali II Unit Pembangkitan Cirata Keputusan Direksi ini memuat pembentukan sekaligus menunjuk BPWC pada PT PLN Pemangkitan Jawa-Bali II Unit Pembangkitan Cirata untuk melaksanakan tugas pegelolaan Waduk. Tugas utama Badan Pengelola Waduk Cirata adalah : 1. Pengelolaan pemeliharaan Waduk Cirata dan lahan surutan di sekitarnya. 2. Pengelolaan pengembangan pemanfaatan perairan umum dan lahan surutan, serta pelestarian lingkungan hidup dan pencegahan pencemaran air, untuk kepentingan pembangkit tenaga listrik dan pelayanan kepada masyarakat. 3. Pengelolaan administrasi dan keuangan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaanniaga yang sehat. BPWC telah melaksakan tugasnya dalam mengelola Waduk Cirata dan bekerjasama dengan instansi lain dalam pelaksanaannya. Luas waduk yang begitu besar hingga melintasi 3 wilayah administrasi dan banyaknya jenis pemanfaatan di Waduk Cirata membuat BPWC harus bekerjasama dengan pihak lain dalam melaksanakan tugasnya. Langkah yang dilakukan oleh BPWC dalam penertiban KJA yaitu dengan diberlakukannya SPL bagi setiap KJA yang ada di Waduk Cirata. Usaha pengurangan jumlah KJA juga dilakukan dengan pengembangan usaha budidaya ikan di darat. Dengan pengembangan usaha budidaya ikan di darat diharapkan dapat mereduksi jumlah KJA yang ada di Waduk Cirata dengan relokasi. Untuk kelestarian Waduk, BPWC secara berkala melakukan pembersihan eceng gondok dan sampah-sampah yang ada di sekitar waduk. h. Keputusan Direksi PT PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa Bali II No. 055 K010DIR1999 tentang Tarif Jasa Pengelolaan dan Pemeliharaan Waduk Cirata untuk Budidaya Perikanan Kolam Jaring Apung  Pengolongan Konsumen KJA Konsumen KJA adalah perorangan atau badan usaha yang melakukan kegiatan perikanan kolam jaring apung di Waduk Cirata. Konsumen KJA dibagi menjadi beberapa golongan yaitu pengusaha ekonomi lemah, pengusaha ekonomi