Persepsi terhadap Kondisi Lingkungan Waduk Cirata

91

BAB VIII. ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN KJA WADUK CIRATA

8.1 Kelembagaan Sebagai Aturan Main dalam Pengelolaan KJA Waduk Cirata

kelembagaan sebagai aturan main dalam pengelolaan dan pemanfaatan Waduk Cirata sebagai lokasi pembudidayaan ikan dengan sistem KJA terdiri dari kelembagaan formal dan kelembagaan informal.

8.1.1 Kelembagaan Formal

Pengelolaan sumberdaya Waduk Cirata sebagai lokasi pembudidayaan ikan mengacu pada aturan yang telah disahkan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah, dan BPWC selaku pengelola Waduk. Beberapa dasar hukum dan peraturan perundang-perundangan yang menjadi acuan dari kegiatan pengelolaan sumberdaya perikanan di Waduk Cirata adalah : a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Peraturan ini berisi mengenai pengelolaan kualitas air dan pegendalian pencemaran air yang diselenggarakan secara terpadu dengan pendekatan ekosistem. Pemerintah provinsi berwenang mengkoordinasikan pengelolaan dan pemantauan kualitas air lintas kabupaten kota. Hal ini berarti pengelolaan Waduk Cirata yang terpusat di provinsi sudah sesuai dengan aturan yang berlaku. Penetapan kelas air pada sumber air yang berada dalam dua atau lebih wilayah Kabupaten Kota dapat diatur dengan Peraturan Daerah Provinsi. Selanjutnya baku mutu air ditetapkan berdasarkan hasil pengkajian kelas air dan kriteria mutu air. Di dalam peraturan ini juga terdapat hak dan kewajiaban setiap orang dalam pengelolaan air. Salah satu kewajiaban yang dimiliki setiap orang yaitu ikut melestarikan kualitas air dan mengendalikan pencemaran air pada sumber air akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara. Setiap orang penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air dapat dikenakan sanksi administrasi oleh bupati walikota. Sedangkan setiap orang penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan 92 kualitas air dan pengendalian pencemaran air yang mengakibatkan pencemaran air dapat diancam dengan saksi pidana. Kegiatan budidaya ikan dengan KJA yang sesuai dengan daya dukung waduk sebenarnya tidak menyebabkan pencemaran yang serius. Namun yang terjadi di Waduk Cirata adalah berlebihnya jumlah KJA sehingga pencemaran terjadi. Selain dari kegiatan perikanan di KJA pencemaran juga dapat terjadi dari aktivitas rumah tangga penunggu KJA yang tinggal diatasnya. Oleh karena itu perlu diketahui jenis pencemaran dan sumbernya agar dapat terlaksana tindakan lebih lanjut guna menanggulangi pencemaran tersebut. b. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Perikanan  Usaha Perikanan Usaha perikanan terdiri atas usaha penangkapan, pembudidayaan, pengengkutan, pengolahan, pemasaran, dan pengembangan produk non konsumsi.  Perizinan Usaha Perikanan Perseorangan atau badan usaha yang melakukan usaha perikanan di daerah, wajib memiliki SIUP yang diterbitkan oleh Gubernur. SIUP diberikan untuk masing-masing jenis usaha perikanan. Pelayanan penerbitan perizinan usaha perikanan dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Perizinan Terpadu Provinsi Jawa Barat dengan terlebih dahulu mendapat rekomendasi teknis dari Dinas. SIUP untuk usaha pembudidayaan ikan di perairan umum daratan lintas KabupatenKota berupa SIPBI.  Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Pengembangan usaha budidaya ikan di perairan umum daratan lintas KabupatenKota, ditetapkan berdasarkan kajian ilmiah yang pelaksanaannya ditetapkan oleh Gubernur. Setiap pembudidaya ikan hanya diperbolehkan memiliki paling banyak 20 petak KJA, dengan ukuran petakan 7 x 7 meter. Setiap pembudidaya ikan dan pelaku usaha yang memanfaatkan perairan umum daratan, berkewajiban untuk melakukan pelestarian lingkungan yang pelaksanaannya diatur oleh Gubernur. 93  Retiribusi Daerah Ketentuan mengenai retribusi daerah di bidang Pengelolaan perikanan ditetapkan dalam Peraturan Daerah tersendiri, sesuai kewenangan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.  Larangan Dilarang melakukan pembudidayaan ikan dengan menggunakan bahan kimia, biologi, bahan peledak, alat atau cara danatau bangunan yang dapat merugikan danatau membahayakan kelestarian sumberdaya ikan danatau lingkungan, melakukan pengelolaan perikanan tapa izin, membudidayakan ikan yang dapat membahayakan sumberdaya ikan danatau lingkungan sumberdaya ikan danatau kesehatan manusia, membudidayakan ikan hasil rekayasa genetika yang dapat membahayakan sumberdaya ikan danatau lingkungan sumberdaya ikan danatau kesehatan manusia.  Sanksi Orang danatau badan usaha yang melakukan pengelolaan perikanan tanpa memiliki izin pembudidayaan ikan dikenakan saksi administasi berupa teguran tertulis, penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan usaha, pembekuan izin, pencabutan izin, penetapan ganti rugi, danatau denda. Kondisi yang terjadi di Waduk Cirata untuk ikan yang dibudidayakan sudah sesuai dengan peraturan, namun masih banyak petani ikan yang belum memiliki ijin untuk budidaya ikan. Beberapa petani mengaku tidak mengetahui perlu membuat ijin untuk melakukan usaha budidaya ikan. Beberapa petani yang lain tidak mengetahui bagaimana cara membuat ijin usaha perikanan. Rata-rata ukuran petak KJA yang dimiliki petani sudah sesuai kriteria yaitu 7 x 7 m, namun ada petani yang memiliki KJA lebih dari 20 petak. Kurangnya sosialisasi, pengawasan, dan penegakan hukum diduga menjadi penyebab terjadiya hal tersebut. c. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 14 Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan dan Retribusi Usaha Perikanan  Usaha perikanan Usaha perikanan terdiri atas usaha penangkapan ikan, usaha pengangkutan ikan, usaha penangkapan dan pengangkutan ikan, dan usaha pembudidayaan ikan. 94 Usaha pembudidayaan ikan meliputi pembudidayaan ikan di laut, pembudidayaan ikan di perairan umum.  Perizinan Setiap perusahaan perikanan yang melakukan usaha perikanan wajib memiliki IUP dari Gubernur. Gubernur berwenang menerbitkan IUP untuk usaha penangkapan dan pembudidayaan ikan di perairan umum pada wilayah lintas KabupatenKota. Setiap unit KJA wajib dilengkapi SPbi yang diterbitkan oleh Gubernur. IUP berlaku selama perusahaan perikanan yang bersangkutan masih melakukan usaha perikanan, kecuali terdapat perluasan atau pengurangan usahanya. SPbi berlaku selama tiga tahun dan dapat diperpanjang kembali. IUP dan kelengkapannya dapat dipindahtangankan dalam hal waris, hibah, dan jual beli.  Retribusi Retribusi pengusahaan perikanan dipungut pada saat perusahaan perikanan yang bersangkutan memperoleh IUP. Retribusi hasil perikanan dikenakan pada saat perusahaan perikanan memperoleh dan atau memperpanjang SPbi. Perhitungan retribusi pengusahaan perikanan untuk karamba jaring apung didasarkan atas jumlah petak per unit karamba jaring apung.  Saksi Keterlambatan pembayaran Retribusi yang terutang dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 dua persen setiap bulan dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah STRD. Pihak yang melanggar ketentuan dalam peraturan ini diancam pidana kurungan selama- lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5000.000,-. Di Waduk Cirata banyak petani ikan yang belum memiliki ijin usaha budidaya.Penegakan hukum oleh pemerintah terhadap wajibnya perizinan usaha perikanan belum dilakukan dengan serius. Pemerintah menyadari kurangnya sosialisasi dari pemerintah daerah setempat tentang keharusan dan tata cara memperoleh ijin adalah penyebab dari banyaknya petani ikan yang belum memiiki ijin.