Persepsi terhadap Keberadaan KJA

94 Usaha pembudidayaan ikan meliputi pembudidayaan ikan di laut, pembudidayaan ikan di perairan umum.  Perizinan Setiap perusahaan perikanan yang melakukan usaha perikanan wajib memiliki IUP dari Gubernur. Gubernur berwenang menerbitkan IUP untuk usaha penangkapan dan pembudidayaan ikan di perairan umum pada wilayah lintas KabupatenKota. Setiap unit KJA wajib dilengkapi SPbi yang diterbitkan oleh Gubernur. IUP berlaku selama perusahaan perikanan yang bersangkutan masih melakukan usaha perikanan, kecuali terdapat perluasan atau pengurangan usahanya. SPbi berlaku selama tiga tahun dan dapat diperpanjang kembali. IUP dan kelengkapannya dapat dipindahtangankan dalam hal waris, hibah, dan jual beli.  Retribusi Retribusi pengusahaan perikanan dipungut pada saat perusahaan perikanan yang bersangkutan memperoleh IUP. Retribusi hasil perikanan dikenakan pada saat perusahaan perikanan memperoleh dan atau memperpanjang SPbi. Perhitungan retribusi pengusahaan perikanan untuk karamba jaring apung didasarkan atas jumlah petak per unit karamba jaring apung.  Saksi Keterlambatan pembayaran Retribusi yang terutang dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 dua persen setiap bulan dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah STRD. Pihak yang melanggar ketentuan dalam peraturan ini diancam pidana kurungan selama- lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5000.000,-. Di Waduk Cirata banyak petani ikan yang belum memiliki ijin usaha budidaya.Penegakan hukum oleh pemerintah terhadap wajibnya perizinan usaha perikanan belum dilakukan dengan serius. Pemerintah menyadari kurangnya sosialisasi dari pemerintah daerah setempat tentang keharusan dan tata cara memperoleh ijin adalah penyebab dari banyaknya petani ikan yang belum memiiki ijin. 95 d. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 39 Tanggal 21 Desember 2000 tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu Air pada Sungai Citarum dan Anak- anak Sungainya di Jawa Barat Air menurut peruntukannya digolongkan menjadi : a. Golongan A : air yang dapat digunakan sebagi air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu. b. Golongan B : air yang dapat digunakan sebagai air baku minum. c. Golongan C : air yang dapat digunakan untuk kegiatan perikanan dan peternakan. d. Golongan D : air yang dapat digunakan untuk pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha pengolahan industri dan pembangkit listrik tenaga air. e. Golongan B;C;D : air yang memenuhi peruntukan Gol. B, Gol. C, dan Gol D. f. Golongan C;D : air yang memenuhi peruntukan Gol. C dan Gol D. Dalam peraturan ini air dari hulu sungai Citarum dan anak-anaknya memenuhi peruntukan Golongan B; C; D. Pada saat ini kondisi sungai Citarum yang masuk Ke dalam Waduk Cirata digunakan sebagai penggerak turbin listrik, budidaya ikan, dan pertanian. Kuliatas air Citarum yang masuk ke area waduk sudah semakin tercemar, baik karena pencemaran dari luar maupun dalam waduk. Bahkan bagi peruntukan kegiatan perikanan sudah tergolong buruk BPWC, 2012. Hal tersebut terjadi karena kurangnya penindaklanjutan untuk mengatasi pencemaran sungai Citarum. e. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 41 Tahun 2002 tentang Pengembangan Pemanfaatan Perairan Umum, Lahan Pertanian dan Kawasan Waduk Cirata  Lokasi Budidaya Ikan Jenis kegiatan budidaya ikan dengan jaring apung merupakan kegiatan yang dapat dilakukan di Waduk Cirata. Petani ikan yang memanfaatkan perairan umum Waduk Cirata untuk budidaya ikan harus penduduk yang berdomosili di sekitar waduk. Lokasi yang diijinkan untuk kegiatan usaha budidaya ikan ditetapkan pada elevasi 205 M sesuai dengan zonasi sebagai berikut : Zona I : Kecamatan Cipendeuy Kabupaten Bandung Barat; Zona II : Kecamatan Ciranjang, Mande, Cikalong Kulon Kabupaten Cianjur; 96 Zona III: Kecamatan Maniis Kabupaten Purwakarta. Luas genangan secara keseluruhan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan usaha jaring apung adalah 1 dari luas genangan waduk atau 48 Ha. Kuota KJA untuk seluruh wilayah diatur sebanyak 12.000 petak. Peraturan ini juga menetapkan pengalokasian kuota untuk benih penanaman ikan dan pakannya.  Perizinan Setiap orang dan badan usaha yang akan melakukan kegiatan usaha budidaya ikan harus memperoleh izin dari Gubernur dengan rekomendasi dari instansi terkait. Surat pembudidayaan ikan berlaku selama 3 tiga tahun dan dapat diperpanjang. Besarnya biaya perijinan diatur lebih lanjut dalam petunjuk teknis pelaksanaan keputusan. Izin tidak dapat dipindahtangankan kecuali pada ahli waris.  Pengelolaan Limbah Limbah bekas konstruksi Jaring Apung harus dibuang oleh petani ikan di luar perairan umum Waduk Cirata. Pemegang izin usaha Jaring Apung dilarang menyimpang dari standar ukuran blokpetakunitkelompok jaring dan lokasi yang telah ditentukan dalam pembuatan KJA-nya, menghuni bangunan gudang, menggunakan pakan ikan yang belum memperoleh rekomendasi dari instansi pengelola.  Pembinaan dan Pengawasan Instansi Pengelola beserta Instansi Teknis Terkait baik secara langsung atau bersama-sama melakukan pembinaan terhadap pemegang izin yang melakukan budidaya ikan. Dalam rangka pemantauan dan monitoring kualitas air secara rutin, BPWC meakukan pembinaan, pemantauan serta monitoring mulai dari hulu sungai Citarum termasuk Waduk Saguling sampai Waduk Cirata, yang hasilnya dilaporkan kepada Gubernur secara rutin. Kondisi yang terjadi saat ini, petani ikan yang memiliki KJA di Waduk Cirata banyak yang merupakan pendatang dan bukan penduduk asli yang berdomisili di sekitar waduk. Jumlah KJA di tiga zona yang telah ditetapkan sudah sangat banyak. Jumlah keseluruhan KJA yang ada di Waduk Cirata sekarang sudah lebih dari 50.000 petak KJA. Keputusan Gubernur ini merupakan acuan bagi peraturan lainnya untuk membatasi jumlah KJA. Dalam peraturan lain