5.2.3. Satwa
Satwa liar di sekitar Sungai Kelayan sangat jarang ditemui. Satwa liar yang dijumpai di sungai berdasarkan pengamatan lapang dan wawancara dengan
penduduk sekitar misalnya beberapa jenis ikan yaitu ikan lele, sapu-sapu, patin, gabus, wader, sepat dan beberapa jenis serangga belalang dan capung serta ular
air. Satwa di lingkungan selain sungai umumnya merupakan satwa budidaya seperti bermacam-macam jenis burung jalak, merpati, kakak tua, elang putih dan
parkit, anjing, kucing dan ayam. Keberadaan satwa perairan di tapak ini tergolong sedang. Hal ini perlu dijaga dan dikembangkan habitat-habitatnya agar
keberadaan satwa perairan ini tetap lestari dan berkembang biak.
Keberadaan unsur air merupakan potensi bagi habitat satwa, terutama
burung dan satwa-satwa air lainnya. Burung adalah salah satu satwa yang dapat hidup berdampingan dengan manusia di kota. Introduksi jenis burung yang sesuai
dengan kondisi di tapak juga dapat dilakukan untuk menembah keanekaragaman hayati pada tapak. Keberadaan satwa-satwa ini harus dipertahan dan terus
ditingkatkan untuk menjaga keanekaragaman hayati yang ada di tapak. Usaha- usaha yang dapat dilakukan diantaranya adalah mempertahankan atau
menyediakan habitat burung, penataan tata hijau diarahkan pada penyediaan vegetasi tempat hidup atau sumber makanan satwa tersebut.
Satwa Sungai Kelayan yang sangat potensial untuk dikembangkan adalah ikan sapu-sapu Pantodon bucholzi. Makanan satwa ini adalah limbah organik,
apabila air sungai mulai tercemar zat-zat kimia berbahaya maka satwa ini akan mati, oleh karena itu zat-zat kimia yang masuk ke sungai harus dikurangi untuk
menjaga kelestarian satwa tersebut dan satwa-satwa air lainnya.
5.2.4. Vegetasi
Berdasarkan pengamatan di lapang, vegetasi yang ditemui di tepian Sungai Kelayan tergolong kritis. Vegetasi alami yang hidup di tepian sungai hanya di
temukan di beberapa titik lokasi yang keberadaannya juga tidak terlalu banyak seperti yang terlihat pada peta kontinyuitas vegetasi. Hal ini dikarenakan terjadi
okupasi sempadan dan badan sungai untuk dijadikan rumah. Sempadan yang dulunya ditanami tanaman sebagai sabuk hijau sungai, seiring dengan tingkat
urbanisasi yang tinggi akhirnya sempadan sungai tersebut berubah menjadi bangunan rumah yang kualitas visualnya sangat rendah. Tabel 7 menunjukan jenis
vegetasi yang terdapat di tapak. Peta kontinyuitas vegetasi dapat dilihat pada Gambar 16. Tabel 8 menunjukkan luasan area vegetasi pada masing-masing
segmen.
Tabel 7. Daftar Nama Vegetasi yang Berada di Tapak
No Nama Lokal
Nama Latin Habitat
Sungai Daratan
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
17 18
19 Angsana
Akasia Bakau
Bakung Eceng gondok
Jambu air Jambu biji
Ketapang Mahoni
Mangga Nipah
Pepaya Petai
Rambutan Sukun
Rambai Pandan
Kayu Galam Kayu Ulin
Pterocarpus indicus Acacia auriculiformis
Rhizophora mucronata Ipomoea
sp. Eichhornia crassipes
Syzigium aquaeum Psidium guajava
Terminalia catappa Switenia mahagoni
Mangifera indica Nypa fructicans
Carica papaya Parkia speciosa
Nephelium lappaceum Artocarpus communis
Sonneratia alba Pandanus sp.
Melaleuca cajuputi Eusideroxyloan zwageri
√ √
√
√
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√
Keterangan: Tanaman lokal Sumber: Pendataan di lapang dan data BKSDA Kalsel.
16
56
1 2
3 4
5
6 7
Tabel 8. Luasan Penutupan Lahan oleh Vegetasi
Sumber: Interpretasi Peta Citra Kota Banjarmasin Tahun 2009
Vegetasi di tepian sungai merupakan potensi yang perlu dipertahankan karena mempunyai fungsi antara lain Adriana, 1992:
1. Pengaman bantaran sungai 2. Penyejuk udara sekitar karena vegetasi tersebut menurunkan suhu panas di
siang hari 3. Pengarah angin sistem koridor yang berhembus di atas sungai
4. Habitat satwa liar perkotaan.
Di kawasan pemukiman yang didominasi oleh rumah dan perkerasan jarang ditemui vegetasi alami. Vegetasi yang sering dijumpai adalah vegetasi
budidaya terutama jenis tanaman hias. Suhu yang panas di siang hari di kawasan pemukiman antara lain disebabkan karena kurangnya vegetasi, hal ini merupakan
kendala bagi tapak yang mana hal ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna tapak.
Di dalam peta kontinyuitas vegetasi diperlihatkan bahwa jumlah area vegetasi terbanyak terdapat di Segmen Tanjung Pagar yakni sebesar 32,18 dari
luas segmen tersebut. Sedangkan jumlah area vegetasi paling sedikit terdapat di Segmen Kelayan Barat yakni sebesar 8,11 dari luas segmen tersebut. Gambar
17 menggambarkan peta analisis kontinyuitas vegetasi di tapak.
No. Nama Segmen
Ruang Terbuka Hijau Luas
Total Skor
Luas ha
Persentase Luas ha
1 2
3 4
5 6
7 Segmen Kelayan Luar
Segmen Kelayan Barat Segmen Kelayan Dalam
Segmen Kelayan Tengah Segmen Murung Raya
Segmen Kelayan Timur Segmen Tanjung Pagar
0,10 0,09
0,20 0,12
0,40 0,25
0,56 10,87
8,11 14,60
9,84 17,02
11,96 32,18
0,92 1,11
1,37 1,22
2,35 2,09
1,74 2
2 2
2 2
2 3
Jumlah 10,80
17
58
1 2
3 4
5
6 7
Dari Gambar 17 diperlihatkan bahwa dari ketujuh segmen hanya segmen Tanjung Pagar yang masih tergolong sedang, sedangkan 6 segmen sisanya
tergolong kritis. Hal ini terjadi karena pada Segmen Tanjung Pagar okupasi bantaran sungai tidak separah pada segmen-segmen lainnya sehingga ruang untuk
tumbuh vegetasi yang berfungsi sebagai sabuk hijau sungai masih ada. Daerah tepi sungai adalah daerah yang potensial untuk dikembangkan
sebagai ruang terbuka hijau karena tanahnya yang subur. Daerah-daerah yang curam di tepi sungai sebaiknya dijadikan ruang terbuka hijau yang berfungsi
sebagai pengaman daerah bantaran sungai. Beberapa bagian tepi sungai yang landai, aman dan daya dukung tinggi dapat digunakan sebagai tempat rekreasi
aktif atau pasif. Vegetasi yang banyak tumbuh liar di tepi sungai sebaiknya tetap dipertahankan dengan penataan kembali. Pemilihan vegetasi tepi sungai sebaiknya
diarahkan pada fungsi pengaman lereng tepian sungai, yaitu dari jenis-jenis yang dapat mengurangi laju permukaan air Surface Run Off, penahan tanah dari erosi,
habitat dan sekaligus sumber makanan satwa perairan dan memperbaki struktur tanah agar tercapai kondisi infiltrasi yang baik Adriana, 1992. Hal ini bertujuan
untuk meningkatkan kualitas biofisik kawasan sehingga kedepannya ekosistem yang dulunya pernah ada dapat terlahir kembali. Pada tebing sungai yang landai
dan aman, penanaman vegetasi dapat dipilih dari jenis-jenis vegetasi yang produktif dan non produktif konservatif.
5.2.5. Tata Guna Lahan