Gambar 50. Rencana Area playground pada Tapak
5.8.5. Rencana Pemukiman
Kawasan pemukiman menempati urutan terbesar pada tapak, yaitu sebesar 45. Penggunaan lahan untuk pemukiman terbagi dalam dua zona, yaitu zona
rehabilitasi intensif dan zona rehabilitasi semi intensif yang mengakomodasikan kegiatan-kegiatan user di kawasan pusat kota dan pemukiman penduduk Tabel
20. Dalam penerapanya yang menjadi dasar penataan pemukiman adalah Petunjuk Teknis Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Tepi Air
Dirjen Cipta Karya, 2000. Selain itu bangunan rumahnya harus mengikuti standar rumah ekologis yang telah disebutkan pada Tabel 15.
Tabel 20. Distribusi Zona Pemukiman pada Tapak.
Penggunaan Lahan
Area Zona Non
Konservasi Zona Semi
Konservasi Zona
Konservasi Jumlah
Pemukiman 20.0
5.0 25.0
Fasilitas Umum 14.0
6.5 20.5
RTH 17.0
16.5 21.0
54.5 Jumlah
51.0 28.0
21.0 100.0
Selain pengadaan ruang pemukiman di sempadan sungai, dilakukan pula perbaikan sanitasi. Perbaikan sanitasi lingkungan ini menggunakan teknik baru
dengan masih mempertimbangkan kebiasaan masyarakat dalam berinteraksi dengan sungai. Rencana penataan sanitasi ini dilakukan dengan cara
menggunakan sistem pengolahan yang telah dikembangkan yaitu sistem perpipaan dengan septictank komunal. Gambar 51 mengilustrasi penataan pemukiman pada
tapak.
Gambar 51. Rencana Area Pemukiman pada Tapak
Septictank komunal merupakan suatu sistem sanitasi untuk menyaring
limbah domestik agar tidak mencemari lingkungan. Instalasi pengelolaan limbah ini dilakukan dengan sistem perpipaan yang menghubungkan septi tank dari lebih
10-100 rumah yang ada kemudian disalurkan ke bak penampungan yang terletak di dekat dermaga. Tangki penampungan limbah ini terdiri dari dua jenis. Pertama
a Ilustrasi Pemukiman pada Tepian Sungai
b Ilustrasi Pola Pemukiman pada Tepian Sungai
adalah tangki penampungan limbah padat dengan volume 400 m
3
dan yang kedua adalah tangki penampungan lumpur dengan volume 300 m
3
yang diisi dengan batu kali untuk menyaring limbah yang kemudian hasil penyaringan dari limbah
inilah yang dapat dibuang langsung ke sungai.
Ga
mbar 52. Konstruksi Septictank Komunal
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Permasalahan yang terjadi di Sungai Kelayan adalah terjadinya okupasi sempadan sungai menjadi pemukiman warga. Hal ini terjadi hampir di seluruh
sempadan sungai tersebut. Namun disamping permasalahan tersebut, terdapat potensi yang berupa budaya bermukim masyarakat ditepian sungai. Hal ini
merupakan keunikan tersendiri pada kawasan ini. Berdasarkan analisis aspek biofisik yang meliputi curah hujan, penutupan
lahan Indeks Penutupan Lahan IPL, daerah genangan banjir, penggunaan lahan Kesesuaian Penggunaan Lahan KPL, vegetasi dan satwa, kawasan sempadan
sepanjang Sungai Kelayan memiliki cakupan kualitas biofisik dengan kondisi sangat kritis, kritis, sedang dan bagus. Tindakan rehabilitasi dan konservasi
merupakan solusi yang diajukan sebagai upaya dalam perbaikan kondisi biofisik pada tapak. Segmen yang memiliki kualitas biofisik bagus dijadikan sebagai zona
rehabilitasi non intensif dengan pemanfaatan ruang untuk konservasi. Segmen dengan kualitas biofisik sedang dijadikan sebagai zona rehabilitasi semi intensif
dengan pemanfaatan ruang untuk ruang semi konservasi. Segmen dengan kualitas biofisik kritis dan sangat kritis dijadikan sebagai zona rehabilitasi intensif dengan
pemanfaatan ruang untuk non konservasi. Sungai yang fungsional dan yang memiliki kondisi biofisik yang baik serta
dapat mencirikan waterfront city di perkotaan merupakan konsep dasar dalam perencanaan lanskap untuk Sungai Kelayan. Konsep tersebut diintroduksikan di
dalam perencanaan lanskap yang dikembangkan dalam rencana ruang, vegetasi, sirkulasi dan pemukiman.
Pada rencana ruang, kawasan dibagi dalam beberapa ruang dengan tujuan untuk peningkatan kualitas aspek biofisik dengan cara menentukan tindakan dan
peruntukan ruang pada masing-masing zona yang terdiri atas: 1 zona rehabilitasi non intensif 1,74 Ha16, berfungsi sebagai pengaman daerah sungai yang
dikembangkan sebagai sabuk hijau sungai; 2 zona rehabilitasi semi intensif 3,57 Ha33, merupakan areal peralihan transisi antara zona rehabilitasi non intensif