Rencana Sirkulasi Perencanaan Lanskap Rencana lanskap Sungai Kelayan sebagai upaya revitalisasi sugai melalui

Tabel 18. Perubahan Luasan Zona Sebelum dan Sesudah Perencanaan Penggunaan Lahan Area Awal Perencanaan Pemukiman 69,6 45,0 Fasilitas Umum 14,4 15,0 RTH 15,9 40,0 Jumlah 100,0 100,0 Fasilitas Umum . Fasilitas umum di kawasan perencanaan mengalami kenaikan secara persentase pada saat sebelum dan sesudah dilakukan perencanaan yakni dari 14,4 menjadi 15,0. Fasilitas umum yang akan diakomodasikan pada tapak adalah fasilitas yang menunjang penggunaan lahan di tapak yaitu fasilitas umum yang harus ada di kawasan pemukiman. Ruang Terbuka Hijau . Ruang terbuka hijau mendapat persentase yang besar di tapak yakni 40,0. Persentase yang besar ini disebabkan karena tapak berada di jalur sungai yang harus dikonservasi dan harus dijadikan ruang terbuka hijau. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kondisi biofisik kawasan. Ruang terbuka hijau di tapak terdapat di semua zona, baik zona rehabilitasi intensif, zona rehabilitasi semi intensif dan zona rehabilitasi non intensif. Distribusi ruang terbuka hijau pada masing-masing zona di tapak dapat dilihat pada Tabel 17.

5.8.2. Rencana Sirkulasi

Jalur sirkulasi adalah jalur yang digunakan untuk lalu lintas baik kendaraan maupun manusia. Jalur sirkulasi yang direncanakan pada tapak terdiri dari jalur sirkulasi darat dan air. Jalur sirkulasi yang baik adalah jalur sirkulasi yang memberi kesempatan kepada pejalan kaki untuk berjalan dengan aman. Sirkulasi manusia sebaiknya dipisahkan dengan kendaraan. Di sepanjang jalan sebaiknya disediakan saluran drainase, tempat pembuangan sampah, lampu penerangan dan jalur hijau. Jalur sirkulasi darat dalam hal ini jalur pejalan kaki dapat melalui daerah hijau, jembatan penyeberangan atau melalui bangunan pergola. Fasilitas jalur pedestrian ini harus berintegrasi dengan lokasi halte kendaraan umum atau dermaga. Adapun lebar jalur pedestrian minimal 2,40 m dan harus menerus, ataupun berujung pada berbagai fasilitas untuk publik. Sistem sirkulasi pejalan kaki ini juga termasuk penyediaan jalur yang dapat dilalui pemakai kursi roda. Untuk itu penyediaan struktur ramp sangat mendukung keberhasilan dalam sistem ini. Sirkulasi pedestrian berada pada sepanjang tepian sungai. Kedua jalur pedestrian akan terhubung dengan sebuah jembatan penyeberangan bagi pejalan kaki dan bagi kendaraan bermotor. Jalur-jalur pedestrian ini akan terhubung dengan ruang-ruang publik seperti taman dan plaza sebagai destinasi masing- masing zona. Fasilitas penunjang pada sirkulasi ini seperti shelter rest area sebagai area peristirahatan sementara pada beberapa titik dan fasilitas lainnya seperti darmaga. Letak shelter direncanakan setiap 200-300 m, hal ini disesuaikan dengan jarak lelah manusia dalam berjalan kaki. Jalur kendaraan bermotor direncanakan mengikuti pola jalan yang sudah ada. Namun dibutuhkan alokasi area sebagai tempat parkir pada area tertentu area yang menjadi pusat aktivitas seperti pasar agar tidak menimbulkan kemacetan pada kawasan. Jembatan-jembatan yang dapat mengakomodasi kendaraan bermotor juga akan diimplementasikan di dalam tapak. Hal ini bertujuan untuk menyediakan akses dan jalur sirkulasi manusia dan komoditas lain antar area di kedua sisi sungai. Diharapkan kondisi tersebut dapat mempermudah akses pendistribusian barang dalam kegiatan ekonomi sehingga kesejahteraan masyarakat di tapak dapat merata. Struktur jembatan dibuat dengan menerapkan teknik eko-hidraulik dan dibuat dengan bentuk melengkung. Hal ini bertujuan agar tidak mengganggu sistem transportasi air yang akan dikembangkan dan tidak menurunkan kondisi biofisik pada kawasan. Selain jalur sirkulasi di atas, di tapak juga perlu diakomodasikan jalur sirkulasi untuk kendaraan pemelihara sungai yang dinamakan jalan inspeksi tepi sungai. Jalan tepi sungai ini dapat dimanfaatkan pula oleh penduduk sebagai sarana untuk beraktivitas jogging, jalan-jalan, sightseeing. Selain itu juga akan dikembangkan sirkulasi air yang dibuat dengan tujuan untuk memudahkan user dalam menjangkau tempat-tempat tertentu yang tidak dapat dijangkau dengan menggunakan jalan darat. Tujuan lain yang ingin dicapai yaitu untuk menghidupkan aktivitas dan ekonomi di Sungai Kelayan. Untuk menghubungkan sirkulasi darat dan air akan dibuat beberapa darmaga di tapak. Pertimbangan dalam penempatan dermaga di titik-titik tertentu yaitu faktor intensitas aktivitas yang ada di tapak tersebut. Perlindungan bantaran sungai dengan teknik eko-hidraulik juga akan diterapkan untuk mencegah efek negatif dari sistem transportasi air ini. Efek negatif yang ditimbulkan dari aktivitas transportasi sungai diantaranya, kerusakan struktur dasar sungai, kerusakan proteksi tebing sungai, peningkatan polusi air dan menurunnya kualitas dan kuantitas habitat sungai dan akibat selanjutnya adalah penurunan jumlah flora dan fauna sungai. Oleh karena itu teknik eko-hidraulik akan diimplementasikan dalam mengurangi efek negatif tersebut yakni dengan cara dikembangkan pelindung tebing dari vegetasi yang ditanam di sepanjang sungai Gambar 38. Gambar 38. Ilustrasi Rencana Sirkulasi pada Tapak

5.8.3. Rencana Vegetasi Rencana Vegetasi secara garis besar dibagi menjadi dua macam, yaitu