Daerah Genangan Banjir Aspek Biofisik Sungai Kelayan 1. Iklim

5.2.2 Daerah Genangan Banjir

Kawasan ini terletak di bawah permukaan laut rata-rata 0,16 m dpl dengan tingkat kemiringan lereng 0–2. Namun, ketinggian di bawah permukaan laut menyebabkan sebagian besar wilayah pada tapak merupakan rawa tergenang yang sangat dipengaruhi oleh kondisi pasang surut air. Secara hidrologi terutama air permukaan, tapak dikelilingi oleh sungai- sungai besar beserta cabang-cabangnya, mengalir dari arah utara dan timur laut ke arah barat daya dan selatan. Sungai-sungai tersebut mengalir dan membentuk pola aliran mendaun dendritic drainage patern. Sungai utama yang besar adalah Sungai Barito dengan beberapa cabang utama seperti Sungai Martapura, Sungai Alalak dan sebagainya. Muka air Sungai Barito dan Sungai Martapura dipengaruhi oleh pasang surut Laut Jawa, sehingga mempengaruhi drainase kota dan apabila air laut pasang sebagian wilayah digenangi air. Rendahnya permukaan lahan –0,16 dpl menyebabkan air sungai menjadi payau dan asin di musim kemarau, karena terjadi intrusi air laut. Secara umum, tipe pasang surut yang ada di tapak sama dengan Kota Banjarmasin yaitu tipe diurnal, dimana dalam 24 jam terjadi gelombang pasang 1 kali pasang dan 1 kali surut. Lama pasang rata-rata 5–6 jam dalam satu hari. Selama waktu pasang, air di Sungai Barito dan Sungai Martapura tidak dapat keluar akibat terbendung oleh naiknya muka air laut. Kondisi ini tetap aman selama tidak ada penambahan air oleh curah hujan tinggi. Namun di beberapa segmen berdasarkan pengamatan di lapang dan wawancara dengan masyarakat setempat dan Dinas Pengelolaan Sungai dan Drainase terdapat genangan banjir pada saat terjadi gelombang pasang air laut yang mana luasannya dapat dilihat pada Tabel 5. Peta daerah genangan banjir pada tapak disajikan pada Gambar 12. Keadaan seperti ini disebabkan karena tidak berfungsinya kantong-kantong air di sekitar kawasan tersebut dan matinya Sungai Pekapuran yang merupakan daerah hulu Sungai Kelayan. Selain itu juga disebabkan karena terjadinya pendangkalan di sungai yang disebabkan oleh sampah, pemukiman, erosi, dan tumbuhan- tumbuhan air yang memperlambat arus sungai serta tidak adanya saluran drainase di samping kanan kiri jalan. Tabel 5. Luas Daerah Genangan Banjir Pada Tapak Sumber: Survey Lapang dan Interpretasi Peta Citra Kota Banjarmasin Tahun 2009 No. Nama Segmen Luas Total Daerah Genangan Banjir Skor Luas ha Luas ha Persentase 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Segmen Kelayan Luar Segmen Kelayan Barat Segmen Kelayan Dalam Segmen Kelayan Tengah Segmen Murung Raya Segmen Kelayan Timur Segmen Tanjung Pagar 0,92 1,11 1,37 1,22 2,35 2,09 1,74 0,53 0,32 0,19 0,12 0,13 0,30 0,09 57,14 28,83 13,67 10,21 5,53 14,35 5,17 1 1 2 3 4 2 4 Jumlah 10,80 12 1 2 3 4 5 6 7 4 7 Dari data daerah genangan banjir pada tapak tersebut akan dianalisis dengan cara membandingkannya dengan parameter perencanaan Soedjoko dan Fandeli, 2009. Dari hasil analisis akan didapat Peta Analisis Daerah Genangan Banjir yang diperlihatkan pada Gambar 13. Pada Gambar 13 diperlihatkan bahwa pada Segmen Kelayan Luar dan Kelayan Barat tergolong sangat kritis skor 1 sedangkan pada Segmen Kelayan Dalam dan Kelayan Timur tergolong kritis skor 2. Segmen Kelayan Tengah tergolong sedang skor 3 dan Tanjung Pagar tergolong bagus skor 4. Kondisi kritis terjadi pada saat muka air pasang tertinggi waktunya bersamaan dengan curah hujan maksimum. Aliran air yang terbendung di bagian hilir sungai yang menyebabkan debit air sungai naik dan menyebar ke daerah- daerah resapan, debitnya akan mendapat tambahan dari air hujan. Apabila kondisi daerah resapan tidak mampu lagi menampung air, maka air akan bertambah naik dan meluap ke daerah-daerah permukiman dan jalan. Pada keadaan seperti ini, hampir seluruh tapak terendam air. Hal ini merupakan kendala yang harus dipecahkan. Tindakan yang dapat dilakukan diantaranya adalah memfungsikan kembali kantong-kantong air yang ada di sekitar tapak dan normalisasi Sungai Pekapuran, melakukan pengerukan dasar sungai, merelokasi rumah-rumah penduduk yang berada di bantaran sungai dan memberlakukan kebijakan yang bertujuan untuk melindungi sungai. 13 4 9 1 2 3 4 5 6 7 5.2.2.Penutupan Lahan Secara umum di masing-masing segmen berdasarkan pengamatan dan identifikasi dengan menggunakan peta citra, penutupan lahan di daerah studi merupakan daerah terbangun yang didominasi oleh pemukiman dengan kerapatan bangunan yang sangat rapat dan sedikit ruang terbuka. Pola penutupan lahan pemukiman dengan KDB tinggi 80-100 mendominasi pada Segmen Kelayan Luar, Kelayan Barat, Kelayan Dalam, Kelayan Tengah, Kelayan Timur dan Murung Raya. Semakin menjauhi muara tersebut kerapatan bangunan semakin renggang, hal ini dapat dilihat pada Segmen Tanjung Pagar. Penutupan lahan oleh pemukiman di sempadan sungai dapat menyebabkan kualitas lingkungan di sungai menjadi turun, yang akan berimbas pada keberlangsungan kehidupan ekosistem yang ada. Oleh karena itu perlu adanya relokasi terhadap rumah-rumah penduduk dan perbaikan kualitas lingkungan di kawasan sungai. Ruang terbuka sedikit ditemukan di bagian ujung sungai di Segmen Kelayan Timur, Murung Raya dan Tanjung Pagar. Ruang terbuka tersebut berupa halaman rumah dan sedikit tegalan. Adanya ruang terbuka hijau yang berupa tegalanhalaman rumah dan sawah ini merupakan potensi yang harus dikembangkan dan dilestarikan. Keberadaan ruang terbuka hijau di tapak studi masih sangatlah kurang, oleh karena itu perlu penambahan jumlah area ruang terbuka hijau. Penutupan lahan di tapak studi dapat dilihat pada Gambar 14. 14 1 2 3 4 5 6 7 51 Dalam proses analisis dari Peta Penutupan Lahan tersebut akan dihitung luasan lahan yang bervegetasi pada masing-masing segmen. Hal ini dilakukan untuk menentukan nilai Indeks Penutupan Lahan IPL pada tapak yang mana untuk rumusan perhitungannya sudah disebutkan dalam metodologi studi. Tabel 6 menjelaskan komposisi luasan lahan bervegetasi pada masing-masing segmen beserta persentase Indeks Penutupan Lahan IPL. Tabel 6. Penutupan Lahan di Tapak Tahun 2009 Sumber: Interpretasi Peta Citra Kota Banjarmasin Tahun 2009 Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa IPL tertinggi yakni 32,18 yang terdapat pada Segmen Tanjung Pagar. Hal ini mengindikasikan bahwa berdasarkan analisis penggunaan lahan yang di bandingkan dengan parameter dalam penskalaan kualitatas, indikator dan parameter perencanaan lanskap sungai pada segmen ini tergolong sedang skor 3. Sedangkan IPL terendah terdapat pada Segmen Kelayan Barat, dimana tergolong kritis skor 2. Gambar 15 mengilustrasikan peta analisis penutupan lahan pada tapak. No Nama Segmen Luas Total ha Luas Lahan Bervegetasi ha IPL Skor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Segmen Kelayan Luar Segmen Kelayan Barat Segmen Kelayan Dalam Segmen Kelayan Tengah Segmen Murung Raya Segmen Kelayan Timur Segmen Tanjung Pagar 0,92 1,11 1,37 1,22 2,35 2,09 1,74 0,10 0,09 0,20 0,12 0,40 0,25 0,56 10,87 8,11 14,60 9,84 17,02 11,96 32,18 2 2 2 2 2 2 3 Jumlah 10,80 15 53 1 2 3 4 5 6 7

5.2.3. Satwa