tata guna lahan yang memiliki fungsi penting bagi suatu kawasan urban mendominasi.
Dampak dari pengkotaan yang merubah pola penggunaan lahan terdiri dari dampak langsung dan tidak langsung De Sherbinin, 2002. Dampak langsung
meliputi munculnya permukiman penduduk yang tidak teratur, peruntukan lahan industri dan infrastruktur lain yang mengakibatkan terjadinya konversi lahan, baik
sungai, lahan pertanian maupun ruang terbuka hijau. Area terbangun pada kawasan urban memiliki dampak langsung terutama pada siklus hidrologis. Hal
ini disebabkan perkerasan dan bangunan akan meningkatkan run-off permukaan dan menurunkan laju infiltrasi air ke dalam tanah. Akibatnya adalah penurunan
tingkat ketersediaan air tanah dan terjadinya banjir. Area terbangun juga memiliki kecenderungan untuk menyerap radiasi panas dan menyebabkan terjadinya pulau
bahag yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan kesejahteraan penduduk urban. Dampak tidak langsung dari pengkotaan juga tidak kalah penting, diantaranya
kebutuhan akan pembuangan sampah akhir untuk menampung besarnya volume sampah yang dihasilkan oleh penduduk kota. Selain itu tidak jarang sungai
akhirnya menjadi target utama sebagai tempat pembuangan sampah. Hal ini dapat menyebabkan banjir dan sedimen yang terakumulasi yang pada akhirnya dapat
menyebabkan sungai tersebut mati.
2.3.1. Perubahan Penggunaan dan Penutupan Lahan
Istilah penggunaan lahan dan penutupan lahan memiliki arti yang berbeda. Menurut De Sherbinin 2002, penggunaan lahan merupakan istilah yang
digunakan untuk menggambarkan penggunaan tanah oleh manusia atau kegiatan mengubah tutupan lahan. Istilah penutupan lahan mengacu pada penutupan tanah
yang menjadi ciri suatu area tertentu, yang umumnya merupakan pencerminan dari bentukan lahan dan iklim lokal.
Kebutuhan manusia akan kelangsungan produktivitas hidupnya menyebabkan manusia sebagai aktor utama dibalik terjadinya perubahan
penggunaan dan penutupan lahan. Menurut Meyer dan Turner 1994, perubahan penutupan dan penggunaan lahan merupakan suatu kombinasi dari hasil interaksi
faktor sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Menurut Jayadinata 1992, terdapat
nilai-nilai sosial dalam hubungan dengan penggunaan tanah yang dapat berhubungan dengan kebiasaan, sikap moral, pantangan, pengaturan pemerintah,
peninggalan kebudayaan, pola tradisional, dan sebagainya. Lebih lanjut Jayadinata 1992 menyatakan bahwa tindakan manusia
menunjukkan cara bagaimana manusia atau suatu masyarakat bertindak dalam hubungannya dengan nilai value dan cita-cita ideas mereka. Nilai dan cita-cita
tersebut adalah hasil dari pengalaman manusia dalam perekonomian dan kebudayaan tertentu dan dalam keadaan alam tertentu, dan merupakan pelengkap
dari naluri-naluri dasar dalam kehidupan manusia. Tindakan manusia dalam tata guna lahan disebabkan oleh kebutuhan dan keinginan manusia dalam kehidupan
sosial maupun ekonomi. Misalnya kemudahan atau kenyamanan yang sangat penting artinya bagi kehidupan masyarakat, dicerminkan dalam pengaturan lokasi
tempat tinggal, tempat bekerja, dan rekreasi. Berkaitan dengan penggunaan lahan, kehidupan kota yang dinamis
mengharuskan terjadinya perubahan tata guna lahan dalam rangka pengembangan wilayah kota. Ada perubahan yang paling sering terjadi yaitu konversi lahan
konservasi, terutama hutan menjadi area pertanian, permukiman, atau bahkan perdagangan. Kegiatan konversi lahan ini dimaksudkan untuk mendukung
tersedianya sarana dan prasarana kebutuhan manusia demi kelangsungan hidupnya. Namun demikian, perubahan ekosistem yang terjadi sebagai akibat dari
perubahan penutupan dan penggunaan lahan tersebut juga akan mengubah kemampuan alam dalam mendukung keberadaan manusia diatasnya De
Sherbinin, 2002. Proses perkembangan suatu wilayah yang berkaitan dengan semakin
meningkatnya populasi penduduk telah menjadi sebuah masalah global yang perlu mendapat perhatian. Peran ganda manusia sebagai pihak dalam menyebabkan
perubahan, sekaligus sebagai pihak yang merasakan pengaruh global dari perubahan tersebut, menekankan pentingnya pemahaman akan interaksi antar
manusia dan lingkungan, termasuk didalamnya faktor-faktor yang menyebabkan perubahan penggunaan lahan oleh manusia De Sherbinin, 2002.
2.4. Kerusakan Lingkungan Sungai di Perkotaan