Lanskap Sungai TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lanskap Sungai

Lanskap adalah bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu, dimana elemen-elemennya dibagi menjadi elemen-elemen lanskap utama dan elemen- elemen lanskap penunjang. Elemen lanskap utama adalah elemen yang tidak dapat diubah atau sukar sekali diubah seperti gunung, lembah, sungai, daratan, pantai, danau, lautan, dan sebagainya. Elemen lanskap penunjang adalah elemen lanskap yang dapat diubah sesuai keinginan perencana atau pemakainya seperti bukit, anak sungai dan aliran air yang kecil Simonds, 1983. Siti Nurisjah dan Aziz, S. 1989 menyatakan bahwa berdasarkan campur tangan manusia, lanskap dapat berbentuk 1 lanskap alami seperti lanskap pegunungan, rawa, riverscape, 2 lanskap buatan seperti lanskap kota urbanscape, lanskap permukiman penduduk kota, lingkungan pabrik dan 3 perpaduan harmonis antara lanskap alami dan buatan seperti suatu lanskap pedesaan dengan permukiman manusia, terasering persawahan padi dengan pondok pelepas lelah dan sebagainya. Sungai adalah satu elemen lanskap yang merupakan mata rantai hidrologi dengan segala komponen-komponennya dimana terjadi erosi, transportasi, desposisi yang membawa material geologi, dan sedimentasi. Sungai sebagai suatu bentukan lanskap yang dinamis dan hidup memiliki kegunaan bagi manusia dan makluk hidup lainnya. Notodihardjo 1989 mengemukakan kegunaan sungai sebagai berikut: 1 lalu lintas air, 2 pengembangan rekreasi dan pariwisata, 3 pengembangan perikanan, 4 pembangkit listrik tenaga air, 5 persediaan air untuk rumah tangga dan industri, 6 pengendalian kekeringan, 7 irigasi, 8 drainase, 9 pengembangan air tanah, 10 pengendalian intrusi air laut. Sungai dan bantarannya merupakan habitat yang sangat kaya akan flora dan fauna sekaligus sebagai barometer kondisi ekologi daerah tersebut. Sungai yang masih alamiah dapat berfungsi sebagai aerasi alamiah yang akan meningkatkan atau menjaga kandungan oksigen air sungai. Dalam suatu sistem sungai terjadi lalu lintas rantai makanan dari bagian hulu ke hilir yang seharusnya dijaga. Selain itu, sungai merupakan refleksi dari daerah yang dilaluinya. Faktor- faktor seperti kualitas air unsur kimia dan temperatur, habitat yang ada flora dan fauna, kondisi hidraulik sungai debit, muka air, frekuensi aliran dan lain- lain dan morfologi sungai dapat dijadikan sebagai indikator untuk menganalisis kondisi daerah aliran sungai tersebut. Jika di daerah sekitar sungai banyak aktivitas industri dengan kualitas penjernihan air limbah yang tidak memadai, maka kualitas air sungai terutama sungai kecil dan sedang tersebut akan terlihat jelas menurun. Jika suatu daerah relatif tandus, maka kondisi tersebut akan direkam oleh sungai kecil yang direfleksikan ke dalam bentuk kurva hidografnya dengan waktu mencapai puncak yang pendek dan debit puncak yang tinggi serta waktu kering yang lama Maryono, 2008. Dalam proses morfologi pembentukan sungai, sungai terbentuk sesuai dengan kondisi geografi, ekologi dan hidrologi daerah setempat, serta dalam perkembangannya akan mencapai kondisi keseimbangan dinamiknya Kern dalam Maryono, 2008. Kondisi geografi banyak menentukan letak dan bentuk alur sungai memanjang dan melintang. Ekologi menentukan tampang melintang dan keragaman hayati serta faktor resistensi sungai. Sedangkan hidrologi menentukan besar kecil dan frekuensi aliran air di sungai. Namun ketiga faktor tersebut saling terkait dan berpengaruh secara integral membentuk morfologi, ekologi dan hidraulika sungai alamiah. Morfologi, ekologi dan hidraulika sungai kecil dalam suatu sistem menentukan morfologi, ekologi dan hidraulika sungai orde berikutnya. Dengan demikian kondisi morfologi, ekologi dan hidraulika suatu sungai besar pada umumnya memiliki korelasi dengan kondisi sungai kecil di atasnya Leopold et al dalam Maryono, 2008. Lanskap Sungai Kelayan merupakan salah satu contoh lanskap sungai kecil yang berada di perkotaan. Dalam Katalog Sungai Kota Banjarmasin, sungai di kategorikan kecil jika memiliki lebar antara 2 m sampai dengan kurang dari 25 m. Sungai kecil merupakan bagian terpenting dari sistem sungai dan padanya tersimpan rahasia kejadian kekeringan, banjir dan kerusakan wilayah keairan secara menyeluruh dari suatu kawasan. Bagi suatu kota, sungai yang melewatinya mempunyai banyak fungsi Maryono, 2008, antara lain: 1. Sebagai pemasok air perkotaan 2. Sebagai pemasok oksigen perkotaan 3. Sebagai tempat rekreasi masyarakat kota 4. Sebagai tempat praktikum, penelitian dan kebutuhan pendidikan lainnya 5. Sebagai sumber inspirasi bidang seni dan kebudayaan 6. Sebagai sarana drainase air hujan kawasan 7. Sebagai kekayaan lanskap 8. Sebagai habitat ekologi yang paling kondusif 9. Sebagai sarana transportasi yang handal Namun fungsi sungai di perkotaan tersebut sangat jarang dipertahankan, justru aktivitas kontra produktif yang dewasa ini berkembang. Misalnya fungsi sebagai pemasok sumber air tidak ada lagi karena pencemaran kualitas air sungai perkotaan yang sudah sangat buruk. Fungsi sebagai pemasok oksigen hancur karena pembabatan vegetasi sempadan sungai. Fungsi sebagai tempat rekreasi hilang karena taludisasi sungai, sehingga sungai menjadi selokan teknis yang tidak menarik. Fungsi sebagai tempat penelitian berkurang karena sungai sudah berubah menjadi selokan, sehingga diversifikasi masalah atau tema penelitian menjadi sempit. Fungsi sebagai kekayaan lanskap dan habitat hancur karena perubahan lanskap dan ekologi yang drastis, sehingga sungai menjadi selokan yang monoton. Fungsi sebagai sarana transportasi lambat laun hilang karena banyak pembangunan jembatan rendah melintang sungai sehingga sungai tidak dapat dimanfatkan Maryono, 2008. Sungai kecil dan sedang di perkotaan biasanya menjadi keranjang sampah dan saluran comberan kota yang statis, baunya menyengat tanpa adanya penggelontoran. Lebih dari 50 tahun pembangunan fisik Indonesia, khususnya pada pembangunan wilayah keairan, melupakan pengelolaan dan pelestarian sungai kecil. Ribuan bahkan jutaan sungai kecil yang sebenarnya dapat berfungsi untuk menanggulangi kekeringan, mengendalikan banjir, mengkonservasi air dan ekologi suatu kawasan, telah hancur total. Sungai kecil di hampir seluruh daerah perkotaan dan pinggiran telah dirubah menjadi saluran pembuangan limbah cair dan padat. Dengan kondisi sungai kecil di perkotaan dan pinggiran di seluruh Indonesia pada umumnya dan kawasan Sungai Kelayan pada khususnya yang sudah hancur ini, tidak ada upaya lain yang lebih penting untuk dilakukan kecuali memperbaiki kembali kondisi ekologi dan hidrologi sungai kecil tersebut Maryono, 2008. Sungai Kelayan tergolong dalam segmen hilir muara yang terpengauhi oleh komponen hidraulik berupa pasang surut. Pengaruh hidraulik air asin dan sekaligus pasang atau surut dapat menyediakan diversifikasi hidraulik sepanjang sungai. Disamping itu juga berpengaruh terhadap diversivikasi kadar garam salinitas yang tentu saja akan berpengaruh terhadap habitat sekitar muara sungai tersebut. Komposisi pasang surut dan komposisi salinitas sangat berperan dalam pembentukan jenis dan jumlah flora dan fauna di sungai yang bersangkutan Maryono, 2008.

2.2. Kota