Masalah Pembangunan Wilayah Kabupaten Ciamis

Gambar 2 Peta administrasi wilayah Kabupaten Ciamis Jumlah penduduk miskin Kabupaten Ciamis pada tahun 2010 sebanyak 324.151 jiwa atau 20,15 dari jumlah penduduk. Sementara itu perkembangan jumlah pengangguran menurun dari 12,19 pada tahun 2009 menjadi 11,95 pada Tahun 2010. Kemampuan daya beli masyarakat Kabupaten Ciamis yang dihitung melalui Purchasing Power Parity PPP pada Tahun 2009 sebesar Rp. 640.300,000 per kapita per tahun, dan capaian Indeks Pembangunan Manusia IPM Tahun 2010 sebesar 71,37. Berikut ini data mengenai kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi dan wilayah terkecil serta kecamatan dengan wilayah terbesar tetapi kepadatan penduduk terendah di Kabupaten Ciamis: Tabel 1 Kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi dan wilayah terkecil Kecamatan Luas Wilayah KM2 JumlahPddk Jiwa KepadatanPddk JiwaKM2 DistribusiPddk Ciamis U 33 91.943 2.786 5,73 Sindangkasih U 27 47.985 1.777 2,99 Baregbeg U 24 40.426 1.684 1,87 Cihaurbeuti U 36 51.801 1.439 3,23 Cikoneng U 36 49.169 1.366 3,06 Kawali U 33 40.344 1.223 2,51 Lumbung U 25 30.038 1.202 1,87 Panumbangan U 59 61.776 1.047 3,85 U : WP Utara, T: WP Tengah, S: WP Selatan HasilAnalisis, Sumber: DinasKependudukandanPencatatanSipilKab. Ciamis2010 Tabel 2 Kecamatan dengan wilayah terbesar dan kepadatan penduduk terendah Kecamatan Luas Wilayah KM2 JumlahPddk Jiwa KepadatanPddk JiwaKM2 DistribusiPddk Langkaplancar T 177 48.833 276 3,04 Kalipucang S 137 37.333 273 2,33 Padaherang T 119 62.483 525 3,89 Cimerak S 118 46.349 393 2,89 Pamarican T 104 68.212 656 4,25 Parigi S 98 42.261 431 2,63 Cigugur S 97 21.457 221 1,34 Cijulang S 93 25.729 277 1,60 Sidamulih S 78 28.237 362 1,76 U : WP Utara, T: WP Tengah, S: WP Selatan HasilAnalisis, Sumber: DinasKependudukandanPencatatanSipilKab. Ciamis 2010 Terlihat dalam Tabel 1 bahwa di dalam WP Utara terdapat 8 besar kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi dibanding luas wilayahnya. Hal tersebut berbanding terbalik dengan Tabel 2 yang memperlihatkan kecamatan- kecamatan dengan luas wilayah terbesar yang tidak sebanding dengan jumlah penduduknya yang rendah terutama untuk WP Tengah. Oleh karena jumlah penduduk yang tidak merata terutama dibandingkan dengan luas wilayahnya maka diperlukan suatu cara penanganan yang baik terutama di dalam pengembangan wilayah. Belum lagi permasalahan Tata Ruang, yang seharusnya setiap kecamatan sudah memiliki Rencana Tata Ruang. Selain terbatasnya aparatur bidang Tata Ruang LKPJ 2009 yang memungkinkan timbulnya kecemburuan sosial dan ketidakpercayaan kesulitan dalam mengurus berbagai hal terutama masalah perizinan. Akhir-akhir ini muncul wacana bahwa Wilayah Pengembangan WP Selatan khususnya Kecamatan Pangandaran akan memisahkan diri dari Kabupaten Ciamis. Selanjutnya ingin membentuk wilayah kabupaten baru, hal ini berhembus sejak tahun 2004 setelah Banjar resmi memisahkan diri dari Kabupaten Ciamis kemudian menjadi Kotamadya pada tahun 2003. Berkaitan dengan identifikasi dan permasalahan diatas maka ada hal penting yang perlu diperhatikan berkaitan dengan headline media masa dengan topik ”Daerah Induk Bangkrut Akibat Pemekaran” Pemekaran Bikin Boros, Republika Juli 2011 dan Kabupaten Ciamis masuk didalamnya. Memang hal tersebut mengakibatkan beban tersendiri untuk Pemerintah Kabupaten Ciamis untuk dapat menunjukkan perubahan khususnya dalam hal pemerataan pembangunan oleh karena sudah terekspos oleh media. Untuk sektor perekonomian, indikasi perekonomian diukur menggunakan Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB. PDRB yang dilihat adalah kondisi yang akan datang, maka perlu ditinjau dari target perekonomian wilayah dan laju pertumbuhannya. Laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan ADHK Kabupaten Ciamis dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat dan Nasional berdasarkan lapangan usaha tahun 2006-2010 disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Laju pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Ciamis, Jawa Barat dan nasional berdasarkan lapangan usaha tahun 2006-2010 Sumber; BPS Kab.Ciamis, Provinsi Jawa Barat, Pusat 2011

1.3 Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan permasalahan yang ada maka masalah penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut : 1 Sektor apa saja yang menjadi unggulan dari tiap-tiap kecamatan dalam Wilayah Pengembangan WP di Kabupaten Ciamis yang hasilnya kemungkinan terdapat perbedaan cukup jauh dengan wilayah lainnya sehingga mendorong terjadinya kesenjangan antar wilayah. 2 Melihat aktifitas masyarakatnya sangat beragam di samping potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusianya berbeda-beda maka dianggap perlu untuk meneliti bagaimana struktur perkembangan hirarki wilayah pada masing-masing kecamatan dalam WP di Kabupaten Ciamis. 3 Apabila memang dilihat ada kesenjangan antar wilayah maka kiranya perlu untuk dapat meneliti seberapa besar tingkat kesenjangan pembangunan antar wilayah WP di Kabupaten Ciamis. 4 Dengan melihat tiga persoalan penelitian diatas tersebut maka sangat penting untuk mengetahui yang menjadi faktor-faktor penyebab kesenjangan pembangunan wilayah WP di Kabupaten Ciamis. 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 2006 2007 2008 2009 2010 Kab. Ciamis Jawa Barat Nasional

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan melihat pertumbuhan wilayah dengan: 1 Menentukan sektor unggulan apa saja yang ada pada kecamatan-kecamatan dalam WP di Kabupaten Ciamis 2 Melihat tingkat perkembangan kecamatan dalam WP di Kabupaten Ciamis berdasarkan keragaman aktifitas dan potensi sumberdaya yang ada Menangani kesenjangan yang ada dengan: 1 Mengetahui seberapa besar tingkat kesenjangan pembangunan dalam WP yang ada di Kabupaten Ciamis 2 Menganalisa faktor-faktor penyebab kesenjangan pembangunan di Kabupaten Ciamis

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna dalam memberikan masukan dan informasi sebagai bahan pertimbangan Pemerintah Kabupaten Ciamis dalam Perumusan Perencanaan Pembangunan dan Strategi Pengembangan Wilayah untuk kesejahteraan masyarakatnya. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Wilayah dan Pewilayahan

Suatu wilayah terkait dengan beragam aspek, sebagian ahli mendefinisikan wilayah dengan merujuk pada tipe-tipe wilayah, ada pula yang mengacu pada fungsinya, dan ada pula yang berdasarkan korelasi yang kuat diantara unsur-unsur fisik dan non fisik pembentuk suatu wilayah. Sehingga pengertian wilayah tidak hanya sebatas aspek fisik tanah, namun juga aspek lain seperti biologi, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan. Menurut Rustiadi et al. 2007 wilayah didefinisikan sebagai unit geografis dengan batas-batas spesifik tertentu dimana komponen-komponen wilayah tersebut sub wilayah satu sama lain saling berinteraksi secara fungsional. Sedangkan menurut undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional. Keragaman dalam mendefinisikan konsep wilayah terjadi karena perbedaan dalam permasalahan ataupun tujuan pengembangan wilayah yang dihadapi. Kenyataannya, tidak ada konsep tunggal yang benar-benar diterima secara luas. Para ahli cenderung melepaskan perbedaan-perbedaan konsep wilayah terjadi sesuai dengan fokus masalah dan tujuan-tujuan pengembangan wilayah. Menurut Budiharsono 2005, wilayah dapat dibagi menjadi: 1 wilayah homogen; 2 wilayah nodal; 3 wilayah perencanaan; dan 4 wilayah administratif. Berbeda dengan pengklasifikasian diatas, Rustiadi et al. 2007 berpendapat bahwa kerangka klasifikasi konsep wilayah yang lebih mampu menjelaskan berbagai konsep yang dikenal selama ini adalah 1 wilayah homogen uniform; 2 wilayah sistemfungsional dan 3 wilayah perencanaan pengelolaan planning region atau programming region. Dalam pendekatan klasifikasi konsep wilayah ini, wilayah nodal dipandang sebagai salah satu bentuk dari konsep wilayah sistem. Sedangkan dalam kelompok konsep wilayah perencanaan, terdapat konsep wilayah administratif politis dan wilayah perencanaan fungsional. Wilayah homogen adalah wilayah yang dibatasi berdasarkan pada kenyataan bahwa faktor-faktor dominan pada wilayah tersebut bersifat homogen, sedangkan faktor-faktor yang tidak dominan bisa saja beragam heterogen. Dengan demikian wilayah homogen tidak lain adalah wilayah-wilayah yang di identifikasikan berdasarkan adanya sumber-sumber kesamaan atau faktor perincinya yang menonjol di wilayah tersebut. Berbeda dengan konsep wilayah homogen, konsep wilayah fungsional justru menekankan perbedaan dua komponen-komponen wilayah yang terpisah berdasarkan fungsinya. Pengertian wilayah sebagai suatu sistem dilandasi atas pemikiran bahwa suatu wilayah adalah suatu entitas yang terdiri atas komponen- komponen atau bagian-bagian yang memiliki keterkaitan, ketergantungan dan saling berinteraksi satu sama lain dan tidak terpisahkan dalam kesatuan. Setiap sistem selalu terbagi atas dua atau lebih subsistem, dan selanjutnya setiap