Ikhtisar Analysis of the Leading Sectors and Development Disparity within Development Areas (DA) in Ciamis Regency West Java

6 SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut: Sektor unggulan komparatif secara agregat, wilayah pengembangan WP Utara khususnya sektor industri pengolahan di Kecamatan; Jatinagara dan Rajadesa memiliki keunggulan lebih baik dibandingkan dengan WP Selatan dan WP Tengah. Namun di WP Selatan khususnya Kecamatan Sidamulih pada sektor pertambangan dan penggalian memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan WP Tengah. Sedangkan untuk sektor unggulan kompetitif secara agregat, WP Utara memiliki nilai Rising Star lebih banyak 3 sektor: listrik gas dan air bersih; keuangan persewaan dan jasa perusahaan; jasa-jasa dibanding WP Tengah 2 sektor: industri pengolahan; perdagangan hotel dan restoran dan WP Selatan 1 sektor; keuangan pesewaan dan jasa perusahaan. Dan untuk kombinasi antar sektor unggulan komparatif dan Rising Star terbanyak adalah WP Utara dengan 5 sektor yaitu: industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; perdagangan, hotel dan restoran; keuangan persewaan dan jasa perusahaan serta jasa. Kecamatan Pangandaran yang terletak di WP Selatan berada pada tingkat perkembangan hirarki 1 sedangkan Kecamatan Ciamis yang berada pada WP Utara dan Kecamatan Banjarsari yang beradapada WP Tengah memiliki tingkat perkembangan hirarki 2. Namun demikian masih terjadi penyebaran secara berimbang antara berbagai sektor ekonomi di masing-masing WP maupun kabupaten oleh karena nilainya terus meningkat dan masih mendekati 1. Dimana Kecamatan; Kawali, Ciamis dan Cikoneng WP Utara; Banjarsari dan Padaherang WP Tengah; Pangandaran WP Selatan masuk dalam kuadran I daerah maju dengan laju perekonomian dan pendapatan diatas rata-rata kabupaten Nilai kesenjangan berdasarkan indeks Williamson secara umum, pada tahun 2006 hingga tahun 2010 meningkat yang berarti terjadi kesenjangan yang semakin tinggi dari tahun tersebut. Dimana pada tahun 2007 WP Selatan memiliki nilai kesenjangan paling tinggi diantara WP lain. Sementara nilai kesenjangan berdasarkan Spatial Mean Method dengan variabel Penduduk dan PDRB mengarah ke Utara WP Utara atau tepatnya berada pada Kecamatan Cimaragas walaupun titik centroid berada pada Kecamatan Cidolog. Karakteristik kesenjangan secara umum adalah apabila terjadi suatu konflik wilayah, pengangguran yang tinggi hingga bencana alam maka aktifitas ekonomi sangat terganggu termasuk kepada pendapatan masyarakat yang sangat kecil. Faktor penyebab kesenjangan berdasarkan analisis regresi adalah: PDRB per kapita dan rasio SMP dengan 25.000 Penduduk, berarti kesenjangan yang tinggi pada WP Selatan di tahun 2007 paling dipengaruhi oleh dua faktor tersebut serta paling rendah nilainya diantara WP Utara maupun WP Tengah.

6.2 Saran

Untuk melengkapi karya ilmiah agar lebih berguna terutama bagi wilayah penelitian maka saran berdasarkan implikasi dari tujuan penelitian ini adalah: Sektor unggulan baik komparatif maupun kompetitif seharusnya bisa lebih merata terutama untuk sektor-sektor yang dapat diperdagangkan tradable khususnya pada WP Selatan untuk sektor pertambangan penggalian serta perdagangan hotel dan restoran. Hal ini agar wilayah tersebut dapat lebih maju dan bersaing dengan wilayah lain dan juga karena WP Selatan merupakan daerah perbatasan dengan wilayah lain. Kecamatan Pangandaran di WP Selatan dengan potensi daerahnya yang cukup besar berdasarkan tingkat perkembangan wilayah maka hendaknya wilayah tersebut diberikan hak yang lebih, baik dalam hal pelayanan maupun infrastruktur karena apabila tidak diperhatikan dapat menyebabkan kecemburuan sosial maupun ekonomi yang berimbas kepada pemisahan wilayah. Kesenjangan dari tahun 2006-2010 nilainya terus meningkat dan yang terbesar ada pada WP Selatan pada tahun 2007 apalagi arah pergerakan kesenjangan arahnya ke utara atau ada pada WP Utara. Melihat hal demikian hendaknya pemerintah kabupaten dapat mencari solusi terbaik guna meminimalisir kesenjangan tersebut dan tanggap bila terjadi: gesekan konflik SARA, penyebaran penduduk tidak merata, kemiskinan dan pengangguran yang tinggi hingga pada bencana alam Faktor kesenjangan salah satunya adalah PDRB per kapita padahal masalah tersebut sangatlah penting oleh karena masalah pendapatan yang tidak merata atau bahkan sangat kecil. Sudah barang tentu kemiskinan dan pengangguran sangatlah berpengaruh dan sangat tinggi nilainya oleh sebab itu pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat pada usia produktif dan berpendidikan baik seluas-luasnya terutama untuk sektor Industri Pengolahan untuk penguatan ekonomi wilayah karena dapat diperdagangkan. Disamping tambahan pekerjaan bagi para petani terutama bagi petani yang tidak memiliki lahan pertanian dan juga mampu menampung penjualan hasil-hasil pertanian agar petani tidak tersandera dengan tengkulak yang seenaknya memainkan harga sektor Pertanian. Visi pembangunan Kabupaten Ciamis 2009-2014 tentang MANTAP yang kurang relevan lebih kepada substansi saja dan tidak sesuai bila melihat hasil penelitian, akan lebih relevan apabila visi sebelumnya tentang Agribisnis dan Pariwisata tetap dipertahankan dan dikembangkan lagi dengan Industri Pengolahan untuk kesejahteraan masyarakat. Diharapkan ada penelitian lanjutan khususnya mengenai Kecamatan Pangandaran yang ingin memisahkan diri dari Kabupaten Ciamis padahal wilayah tersebut sangat potensial terutama sebagai tempat tujuan wisata baik domestik maupun asing sektor Pariwisata dan juga potensi kelautan yang cukup banyak sektor Perikanan. DAFTAR PUSTAKA Adifa Y. 2007. Analisis Kesenjangan Pembangunan antar Wilayah Pengembangan di Kabupaten Alor tesis. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Anwar A. 2005. Ketimpangan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan: Tinjauan Kritis. Bogor: P4W Press. Bappeda Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ciamis. 2011. LKPJ 2009, RPJM 2011: Ciamis. BPS Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis. 2011. Ciamis Dalam Angka, PDRB Kecamatan, Potensi Desa 2008, Suseda 2008 : Ciamis Budiharsono S. 2005. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Jakarta: Pradnya Pamarita. Chaniago NA. 2000. Kamus Sinonim-Antonim Bahasa Indonesia. Bandung Daryanto A dan Hafizrianda Y. 2010. Model-model Kuantitatif Untuk Perekonomian Daerah: IPB Press, Bogor. Dinas Bina Marga, Kebersihan dan Tata Ruang Kabupaten Ciamis. 2011. RTRW Kab. Ciamis 2005-2014: Ciamis. Fauzi A, Sumardjo, Chozin, Khomsan, Sutarto dan Wisnuprapto. 2009. Pembangunan Perdesaan Dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat: IPB Press, Bogor. Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series: IPB Press, Bogor. Friend A M. 2000. Sustainable Development Indicators: Exploring the Objective Functio. Chemosphere, Vol. 33 No. 9, pp. 1865-1887. Fujita M Hu D. 2001.Regional Disparity in China 1985-1994: The Effect of Globalization and Economic Liberalization. The Annals of Regional Science 35:3-37. Hadi S. 2011. Studi Dampak Kebijaksanaan Pembangunan terhadap Disparitas Ekonomi antar Wilayah Pendekatan Model Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi disertasi. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Isard W. 1975. Introductionto Regional Science. Prentice-Hal Inc. Englewood Cliffs, New Jersey. Johnston R.J. 1976. Classificatoin in Geography.CATMOG 6, Geobooks, Norwick. Juanda B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan: IPB Press, Bogor. Juanda B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis: IPB Press, Bogor. Kementrian Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534KPTSM2001. Pedoman Penentuan SPM Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan PU. Krugman P. 1998. The Role of Geography in Development. Paper prepared for the Annual World Bank Confrence of Development Economics. Washington DC April 1998 Kuncoro M. 2003, Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan. Jogjakarta Murty S. 2000. Regional Disparity: Need and Measure for Balanced Development in Regional Planing and Sustainable Development. Shukla, A Ed. Kanishka Publishers, Distributors. New Dehli-111 002. Myrdal G. 1968. Asian Drama: An Iquairy into the Property of Nations, London: Allan Lane