Analisis Perkembangan Wilayah  MetodeAnalisis .1 Identifikasi Sektor Unggulan per Wilayah Pengembangan

indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah seperti yang diutarakan oleh Sjafrizal 2008. Melalui analisis ini diperoleh empat karakteristik pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda yaitu daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh high growth and high income, daerah maju tapi tertekan high income but low growth, daerah berkembang cepat high growth but low income, dan daerah ralatif tertinggal low growth and low income. Kriteria yang digunakan untuk membagi daerah kecamatan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:  Daerah cepat-maju dan cepat tumbuh Kuadran I. Kuadran ini merupakan kuadran daerah kecamatan dengan laju pertumbuhan PDRB gi yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan daerah kabupaten g dan memiliki pertumbuhan PDRB per kapita gki yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daerah kabupaten gk. Klasifikasi ini dilambangkan dengan gig dan gkigk.  Daerah maju tapi tertekan Kuadran II. Daerah kecamatan yang berada pada kuadran ini memiliki nilai pertumbuhan PDRB gi yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah kabupaten g, tetapi memiliki pertumbuhan PDRB per kapita gki yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daerah kabupaten gk. Klasifikasi ini dilambangkan dengan gig dan gkigk.  Daerah berkembang cepat Kuadran III. Kuadran ini merupakan kuadran untuk daerah kecamatan yang memiliki pertumbuhan PDRB gi yang lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB daerah kabupaten g, tetapi pertumbuhan PDRB per kapita daerah kecamatan tersebut gki lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB per kapita daerah kabupaten gk. Klasifikasi ini dilambangkan dengan gig dan gkigk.  Dearah relatif tertinggal Kuadran IV. Kuadran ini ditempati oleh daerah kecamatan yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB gi dan pertumbuhan PDRB per kapita gki yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB g dan pertumbuhan PDRB per kapita daerah kabupaten gk. Klasifikasi ini dilambangkan dengan gig dan gkigk. Keempat klasifikasi daerah kuadran tersebut ditunjukkan pada Gambar 6. Laju Pertumbuhan Ekonomi Di atas Rata-Rata Di Bawah Rata-Rata PD R B p er K a p it a D i A ta s R a ta -r a ta Kuadran I Daerah Maju gi g , gki gk Kuadran II Daerah Maju Tapi Tertekan gi g , gki gk D i B a w a h R a ta – R a ta Kuadran III Daerah Berkembang Cepat gi g , gki gk Kuadran IV Daerah Relatif Terbelakang gi g , gki gk Gambar 6 Klasifikasi Tipologi Klassen pendekatan daerah Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah rata-rata laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2006 – 2010 dan rata-rata PDRB per kapita tahun 2010 tiap kecamatan di Kabupaten Ciamis. 3.5.3 Analisis Tingkat Kesenjangan Untuk melihat tingkat kesenjangan wilayah digunakan indeks Williamson dan Spatial Mean Method.  Indeks Williamson Indeks Williamson merupakan salah satu indeks yang paling sering digunakan untuk melihat disparitas antar wilayah. Williamson pada tahun 1975 mengembangkan indeks kesenjangan wilayah yang diformulasikan sebagai berikut Rustiadi 2007: � = − 2 Dimana : V w = Indeks kesenjangan Williamson Y i = PDRB per kapita WP ke-i Ý = Rata-rata PDRB per kapita WP Pi= fin, dimana fi jumlah penduduk WP ke-i dan n adalah total penduduk kabupaten Indeks kesenjangan Williamson akan menghasilkan indeks yang lebih besar atau sama dengan nol. Jika Yi= Ý maka akan dihasilkan indeks = 0, yang berarti tidak adanya kesenjangan ekonomi antar daerah. Indeks lebih besar dari 0 menunjukkan adanya kesenjangan ekonomi antar wilayah. Semakin besar indeks yang dihasilkan semakin besar tingkat kesenjangan antar kecamatan di suatu kabupaten. Dalam analisis ini data yang digunakan adalah PDRB ADHK dan jumlah penduduk tengah tahun tiap kecamatan tahun 2006- 2010, sehingga dihasilkan perkembangan indeks kesenjangan Williamson dari tahun 2006- 2010.  Spatial Mean Method Merupakan sepasang koordinat spasial yang menyatakan posisi pusat dari sebaran fenomena tiap wilayah. Nilai koordinat spatial mean mean centre Xc, Yc merupakan rataan nilai koordinat fenomena yang diukur pada sumbu X dan Y sehingga koordinat mean centre sangat sensitif terhadap nilai ekstrim Smith 1995. Dalam penentuan koordinat mean centre, sebaiknya dipertimbangkan apakah posisi-posisi pencilan dari sebaran fenomena diikutsertakan dalam perhitungan atau tidak. Data yang dimasukkan dalam analisis adalah data koordinat fasilitas fisik di daerah dan variabel yang mempengaruhinya diformulasikan sebagai berikut: Xm= Ƶi.Xc =1 Ƶi n i=1 Ym= Ƶi.Yc =1 Ƶi n i=1 Dimana: Xm=koordinat sumbu X berdasarkan variabel yang mempengaruhinya Ym=koordinat sumbu Y berdasarkan variabel yang mempengaruhinya Xc= koordinat mean centre pada sumbu X Yc= koordinat mean centre pada sumbu Y Zi= variabel yang mempengaruhi kesenjangan

3.5.4 Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kesenjangan 

Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan pembangunan antar wilayah. Karena kesenjangan antar wilayah dapat dilihat dari indeks perkembangan, tingkat perkembangan ekonomi dan produktivitas suatu wilayah, maka uji regresi dilakukan antara indeks Williamson antar WP sebagai variabel tujuan dependent terhadap variabel independent, yaitu: PDRB per kapita, rasio penduduk dengan luas, rasio sekolah, rasio puskesmas, rasio pasar. Adapun persamaan umumnya adalah sebagai berikut : Y=fX 1 ,X 2 ,X 3 ….X k . Dimana: Y = variabel tidak bebas respon dependent X i = variabel bebas independent Sedangkan model regresi berganda dapat diturunkan menjadi : Y i = β + β 1 X 1i + β 2 X 2i + … + β i X 7i + ε Dimana: Y i = Indeks Williamson WP ke i X 1 = PDRB per kapita WP ke i X 2 = rasio penduduk dengan luas wilayah WP ke i X 3 = rasio sekolah SD dengan penduduk WP ke i X 4 = rasio sekolah SMP dengan penduduk WP ke i X 5 = rasio sekolah SMA dengan penduduk WP ke i X 6 = rasio puskesmas dengan penduduk WP ke i X 7 = rasio pasar dengan penduduk WP ke i β i = koefisien fungsi regresi ε = variabel pengganggu residual Y adalah variabel tidak bebas yang nilainya tergantung dari k variabel bebas x 1 , ….,x k . Untuk variabel bebasnya Xi; x1i: PDRB per kapita, x2i: jumlah penduduk dengan luas wilayah, x3i: mengenai sarana sekolah SD, x4i: mengenai sarana sekolah SMP ,x5i: mengenai sarana sekolah SMA ,x6i: mengenai sarana puskesmas, x7i: mengenai sarana pasar, … . Di asumsikan bahwa nilai variabel bebas diketahui dan nilai β 0, β 1, … β k, belum diketahui. Untuk menghasilkan model yang dapat digunakan sebagai penduga yang baik maka beberapa asumsi yang harus dipenuhi, yaitu: 1 residual ε berdistribusi normal dengan rata-rata mendekati 0 E ε i = 0; 2 tidak ada korelasi a ntar residual; 3 varian dari variabel pengganggu ε i adalah sama Eε i 2 = σ 2 Nachrowi Usman 2006; Widarjono 2007. Secara garis besar, alur penelitian dapat dijelaskan dalam kerangka penelitian seperti terlihat pada Gambar 7. Wilayah Kabupaten CIAMIS Kondisi Potensi Wilayah: SDA, SDM, SD Buatan, Sosial- Ekonomi Wilayah Kebijakan Pembangunan Pemerintah Daerah Data-data Statistik PODES, Kab. Ciamis Dlm Angka, Suseda, RTRW,PDRB Kecamatan Identifikasi Sektor Unggulan per WP LQ, Shift Share Analysis Karakteristik Tipologi Wilayah Tingkat Kesenjangan Pembangunan Antar Wilayah Analisis Tingkat KesenjanganIndeks Williamson, Spatial Mean Analisis Tingkat Perkembangan Skalogram, Indeks Entropi, Tipologi Klassen Tingkat Perkembangan Hirarki Wilayah Dokumen Rencana dan Kebijakan Pembangunan Analisis Kebijakan Pembangunan Daerah Deskripsi Kebijakan Analisis Penyebab Kesenjangan Regresi Berganda Gambar 7 Kerangka analisis penelitian 45 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Kondisi Umum Kabupaten Ciamis

Posisi g eografis wilayah Kabupaten Ciamis berada pada 108°20’ sampai dengan 108°40’ Bujur Timur dan 7°40’20” sampai dengan 7 o 41’20’’ Lintang Selatan. Wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan, sebelah Barat dengan Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya, sebelah Timur dengan Kota Banjar dan Propinsi Jawa Tengah, dan sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia. Luas Wilayah Kabupaten Ciamis secara keseluruhan mencapai 244.479 ha. Wilayah selatan Kabupaten Ciamis yang dapat dilihat pada Gambar 8 berbatasan langsung dengan garis pantai Samudera Indonesia yang membentang di 6 kecamatan dengan panjang garis pantai mencapai 91 KM. Dengan adanya garis pantai tersebut, maka Kabupaten Ciamis memiliki wilayah laut seluas 67.340 ha. Gambar 8 Peta wilayah Kabupaten Ciamis