pembangunan antar daerah. Ekonomi dari daerah dengan konsentrasi kegiatan ekonomi tinggi cenderung tumbuh pesat, sedangkan daerah dengan
tingkat konsentarsi ekonomi rendah akan cenderung mempunyai tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang rendah.
Alokasi Investasi
Indikator lain yang juga menunjukkan pola serupa adalah distribusi investasi langsung, baik yang bersumber dari luar negeri PMA maupun dari dalam
negeri PMDN. Kurangnya investasi langsung di suatu wilayah membuat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat per kapita di
wilayah tersebut rendah, karena tidak ada kegiatan-kegiatan ekonomi yang produktif seperti industri manufaktur.
Tingkat Mobilitas Faktor Produksi yang Rendah antar Daerah
Kurang lancarnya mobilitas faktor produksi seperti upah gaji dan tingkat suku bunga atau tingkat pengembalian dari investasi langsung antar provinsi
juga merupakan penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi regional. Relasi antara mobilitas faktor produksi dan perbedaan tingkat pembangunan atau
pertumbuhan antar provinsi dapat dijelaskan dengan pendekatan analisis mekanisme pasar output dan pasar input. Perbedaan laju pertumbuhan
ekonomi antar provinsi membuat terjadinya perbedaan tingkat pendapatan per kapita antar provinsi, dengan asumsi bahwa mekanisme pasar output dan
input bebas, mempengaruhi mobilitas atau re alokasi faktor produksi antar provinsi. Jika perpindahan faktor produksi antar daerah tidak ada hambatan,
maka pembangunan ekonomi yang optimal antar daerah akan tercapai dan semua daerah akan lebih baik.
Perbedaan Sumberdaya Alam antar Provinsi
Pembangunan ekonomi di daerah yang kaya sumberdaya alam akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan dengan daerah yang
miskin sumberdaya alam.
Perbedaan Kondisi Demografis antar Wilayah
Kesenjangan ekonomi regional di Indonesia juga disebabkan oleh perbedaab kondisi demografis antar provinsi, terutama dalam hal jumlah dan
pertumbuhan penduduk, tingkat kepadatan penduduk, pendidikan, kesehatan, disiplin masyarakat dan etos kerja. Faktor-faktor ini
mempengaruhi tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi lewat sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi permintaan, jumlah penduduk yang
besar merupakan potensi besar bagi pertumbuhan pasar, yang berarti faktor pendorong bagi pertumbuhan kegiatan-kegiatan ekonomi. Dari sisi
penawaran, jumlah populasi yang besar dengan pendidikan dan kesehatan yang baik, disiplin dan etos kerja yang tinggi merupakan aset penting bagi
produksi.
Kurang Lancarnya Perdagangan antar Provinsi
Kurang lancarnya perdagangan antara daerah juga merupakan unsur yang turut
menciptakan kesenjangan
ekonomi regional
di Indonesia.
Ketidaklancaran tersebut disebabkan terutama oleh keterbatasan transportasi dan komunikasi. Perdagangan antar provinsi meliputi barang jadi, barang
modal, input perantara, bahan baku, material-material lainnya untuk produksi dan jasa. Tidak lancarnya arus barang dan jasa antar daerah
mempengaruhi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu provinsi.
Hampir sama dengan apa yang dikemukakan diatas, menurut Anwar 2005, beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kesenjangan antar wilayah
adalah: 1 perbedaan karekteristik limpahan sumberdaya alam resources endowment; 2 perbedaan demografi; 3 perbedaan kemampuan sumberdaya
manusia human capital; 4 perbedaan potensi lokasi; 5 perbedaan dari aspek aksesibilitas dan kekuasaan dalam pengambilan keputusan dan 6 perbedaan dari
aspek potensi pasar. Faktor-faktor di atas menyebabkan perbedaan karekteristik wilayah ditinjau dari aspek kemajuannya, yaitu: 1 Wilayah maju; 2 Wilayah
sedang berkembang; 3 Wilayah belum berkembang; dan 4 Wilayah tidak berkembang.
Namun dalam literatur ekonomi pembangunan yang relatif baru telah mulai dibahas bagaimana terjadinya mekanisme ekonomi yang menciptakan
kesenjangan;
Teori Pertumbuhan Baru New Growth Theory
Sering pula disebut dengan Teori Pertumbuhan Endogen Endogenous Growth Theory dipelopori oleh Paul M. Romer 1986 dan Robert Lucas 1988
yang awalnya merasa tidak puas dengan Model Solow karena dinilai tidak cukup untuk menjelaskan long-run growth yang menyatakan kesenjangan antara negara-
negara wilayah maju dengan negara-negara wilayah terbelakang bisa tetap berlangsung karena adanya akumulasi ilmu pengetahuan yang mendorong
terjadinya inovasi. Dimana lahirnya inovasi ini bersifat meningkatkan pengembalian increasing return yang mengoreksi menurunnya keuntungan
produksi dari pemilik modal marginal product of capital disamping mengenai suku bunga dan perubahan populasi adalah faktor endogen.
Teori Geografi Ekonomi Baru New Economic Geography
Teori ini dipelopori oleh Fujita, Venables, Sachs, Krugman 1991 yang menjelaskan mekanisme pemusatan aglomerasi investasi, industri dan tenaga
kerja penduduk melalui proses tegangan antara daya centripetal yang mendorong pemusatan dan centrifugal yang mendorong penyebaran. Daya
centripetal difasilitasi oleh ukuran pasar domestic economies of scale dan linkages, pasar kerja spesialisasi dan eksternalitas positif. Sementara daya
centrifugal difasilitasi oleh faktor produksi tak bergerak sumberdaya alam, kesuburan tanah, harga tanah land rent dan eksternalitas negatif polusi,
kemacetan.
Industri akan cendrung mendekat ke pusat-pusat aglomerasi untuk meminimalkan biaya transport, mengeksploitasi keuntunga skala, mendapatkan
keuntungan berdekatan dengan industri penyuplai backward linkages dan pemakai forward linkages dan berbagi informasi dan inovasi dengan industri
serumpun klaster. Kesemuanya ini akan menghasilkan keuntungan aglomerasi yang mendorong pemusatan, namun demikian pemusatan yang berlebihan akan
meningkatkan biaya aglomerasi agglomeration diseconomies berupa naiknya harga tanah, memburuknya kualitas lingkungan dan meningkatnya kemacetan
yang akan meningkatkan biaya transportasi.
Apabila kerugian semakin membesar maka industri akan terdorong untuk menyebar ke lokasi lain. Tetapi apabila keuntungan aglomerasi masih jauh lebih
besar, industri masih akan terdorong untuk berlokasi ke pusat-pusat aglomerasi kota-kota utama. Sedangkan industri yang tidak mengikuti pola ini adalah
industri yang berbasis faktor-faktor tak bergerak immobile seperti; pertambangan, pertanian dan pariwisata.
2.9 Urgensi Pembangunan antar Wilayah Secara Berimbang
Meskipun kesenjangan antar wilayah merupakan suatu hal wajar yang bisa ditemui, baik di negara maju maupun berkembang, namun seperti halnya bagian
tubuh manusia, ketidakseimbangan pertumbuhan wilayah akan mengakibatkan suatu kondisi yang tidak stabil. Kesenjangan antar wilayah telah menimbulkan
banyak permasalahan sosial, ekonomi dan politik. Kemiskinan di suatu tempat akan sangat berbahaya bagi kesejahteraan di semua tempat sedangkan
kesejahteraan di suatu tempat harus didistribusikan ke semua tempat.
Menurut Rustiadi et al. 2007 bahwa setiap pemerintah baik di negara berkembang developing countries maupun belum berkembang less developed
countries selalu berusaha untuk mengurangi disparitas antar wilayah karena beberapa alasan, yaitu: 1 untuk mengembangkan perekonomian secara simultan
dan bertahap; 2 untuk mengembangkan ekonomi secara cepat; 3 untuk mengoptimalkan dan mengkonvesi sumberdaya; 4 untuk mengingkatkan
lapangan kerja; 5 untuk mengurangi beban sektor pertanian; 6 untuk mendorong desentralisasi; 7 untuk menghindari konflik internal dan instabilitas
politik disintegrative; dan 8 untuk meningkatkan ketahanan nasional.
Untuk itu
dibutuhkkan pemecahan
secara kebijakan
terhadap permasalahan kesenjangan antar wilayah dan perencanaan yang mampu
mewujudkan pembangunan wilayah yang berimbang. Keberimbangan antar wilayah menjadi penting karena keterkaitan yang bersifat simetris akan mampu
mengurangi disparitas antar wilayah, dan pada akhirnya mampu memperkuat pembangunan ekonomi wilayah secara menyeluruh.
2.10 Upaya Penanggulangan Kesenjangan Pembangunan
Kebijakan dan upaya untuk menanggulangi kesenjangan pembangunan wilayah sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kesenjangan. Kebijakan yang dimaksud disini adalah merupakan upaya pemerintah, baik pusat maupun daerah, yang dapat dilakukan dalam rangka
penanggulangan disparitas pembangunan antar daerah dalam suatu negara atau wilayah. Upaya-upaya tersebut diantaranya adalah sebagai berikut Sjafrizal
2008:
Penyebaran Pembangunan Prasarana Perhubungan
Salah satu penyebab terjadinya kesenjangan pembangunan antar wilayah adalah karena adanya perbedaan kandungan sumberdaya alam yang cukup besar
antar daerah. Sementara itu, ketidaklancaran proses perdagangan dan mobilitas
faktor produksi antar daerah juga turut mendorong terjadinya kesenjangan wilayah tersebut. Oleh karena itu kebijakan dan upaya yang dapat dilakukan untuk
mengurangi ketimpangan tersebut adalah dengan memperlancar mobilitas barang dan faktor produksi antar daerah, diantaranya melalui penyebaran pembangunan
sarana dan prasarana perhubungan ke seluruh pelosok wilayah.
Prasarana tersebut meliputi fasilitas jalan, terminal dan pelabuhan laut guna mendorong proses perdagangan antar daerah. Selain itu, jaringan dan
fasilitas telekomunikasi juga sangat penting untuk dikembangkan agar tidak ada daerah yang terisolir dan tidak dapat berkomunikasi dengan daerah lainnya. Bila
hal tersebut dapat dilakukan, maka kesenjangan pembangunan antar wilayah akan dapat dikurangi karena usaha perdagangan dan mobilitas faktor produksi,
khususnya investasi akan dapat lebih diperlancar.
Mendorong Transmigrasi dan Migrasi Spontan
Dua tujuan utama transmigrasi yaitu pertama mengurangi kepadatan penduduk yang terdapat di pulau Jawa yang telah memicu peningkatan
pengangguran dan kemiskinan. Kedua, mendorong proses pembangunan di wilayah terbelakang dan menjadi tujuan transmigrasi, sehingga lahan yang luas
tetapi belum dapat dimanfaatkan karena keterbatasan tenaga kerja dapat diatasi. Dengan digerakannya kegiatan pertanian melalui pemanfaatan tenaga transmigran
tersebut, maka tujuan transmigrasi untuk meningkatkan kegiatan ekonomi pada daerah terbelakang akan dapat dilaksanakan sehingga ketimpangan pembangunan
antar wilayah dapat dikurangi.
Pengembangan Pusat Pertumbuhan growth poles Secara Tersebar
Kebijakan ini diperkirakan akan dapat mengurangi ketimpangan pembangunan antar wilayah, karena pusat pertumbuhan tersebut menganut konsep
konsentrasi dan desentralisasi secara sekaligus. Aspek konsentrasi diperlukan agar penyebaran kegiatan pembangunan tersebut dapat dilakukan dengan masih
mempertahankan tingkat efisiensi usaha yang sangat diperlukan untuk mengembangkan usaha tersebut. Sedangkan aspek desentralisasi diperlukan agar
penyebaran kegiatan pembangunan antar daerah dapat dilakukan sehingga ketimpangan antar wilayah akan dapat dikurangi.
Pelaksanaan Otonomi Daerah
Dengan dilaksanakannya otonomi daerah dan desentralisasi pembangunan, maka aktifitas pembangunan daerah, termasuk daerah terbelakang akan dapat
lebih digerakkan karena ada wewenang yang berada pemerintah daerah dan masyarakat setempat. Adanya wewenang tersebut, maka berbagai inisiatif dan
aspirasi masyarakat untuk menggali potensi daerah akan lebih dapat digerakkan. Bila hal ini dapat dilakukan, maka proses pembangunan daerah secara
keseluruhan dapat lebih ditingkatkan dan secara bersamaan kesenjangan pembangunan antar wilayah akan dapat dikurangi.
Menurut Rustiadi et al. 2007, beberapa upaya mengatasi masalah kesenjangan dan membangun keterkaitan antar wilayah dapat dilakukan secara
simultan antara lain dengan mendorong pemerataan investasi, pemerataan permintaan demand dan pemerataan tabungan. Untuk itu, investasi harus terjadi
pada semua sektor dan semua wilayah secara simultan, sehingga infrastruktur
wilayah bisa berkembang. Setiap industri dan wilayah harus dikembangkan secara simultan sehingga bisa menciptakan demand untuk masing-masing produk.
Sedangkan tabungan diperlukan untuk bisa memacu investasi, karena apabila jumlah tabungan suatu wilayah meningkat, maka potensi investasi juga akan
meningkat.
Lebih lanjut Rustiadi et al. 2007 menjelaskan bahwa kesenjangan antar wilayah dapat ditanggulangi dengan beberapa tahapan reformasi ekonomi yang
memperhatikan dimensi spasial, yaitu tahap pertama dengan: 1 redistribusi aset tanah, kapital, finansial dll; 2 pengembangan lembaga dan pasar finansial di
wilayah perdesaan; 3 kebijakan insentif lapangan kerja yang membatasi masalah migrasi penduduk dari desa ke kota; 4 kebijaksanaan mempertahankan nilai
tukar exchange rate policy yang mendorong ekspor pertanian menjadi selalu kompetitif dan 5 pengendalian sebagian partial controlled melalui
kebijaksanaan perpajakan dan monitoring kepada lalu lintas devisa dan modal. Tahap kedua meliputi: 1 pembangunan regional berbasis kepada pemanfaatan
sumberdaya wilayah kawasan berdasarkan keunggulan komparatif masing- masing wilayah; 2 kebijaksanaan insentif fiskal mendorong produksi dan
distribusi lokasi kegiatan ekonomi ke arah wilayah perdesaan; 3 investasi dalam human capital dan social capital serta teknologi berbasis perdesaan yang lebih
kuat dengan membangun trust fund di daerah-daerah untuk dapat membiayai pembangunan dua kapital tersebut dan 4 industrialisasi berbasis wilayah
perdesaan pertanian melalui pembangunan sistem mikropolitan, seperti industri pengolahan makanan dan pakan, industri pengolahan pertanian lain dan industri
peralatan dan input-input pertanian serta barang konsumsi lain. Secara berangsur- angsur tersebut akan mengurangi kesenjangan antar wilayah kawasan dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara lebih menyeluruh.
Dalam konteks nasional, strategi pembangunan wilayah yang pernah dilaksanakan untuk mengatasi berbagai permasalahan kesenjangan pembangunan
antar wilayah antara lain: 1 membentuk Kementrian Negara Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia; 2 percepatan pembangunan wilayah-
wilayah unggulan dan potensial berkembang, tetapi relatif tertinggal dengan menetapkan kawasan-kawasan seperti Kawasan Andalan Kadal dan Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu Kapet yang merupakan salah satu Kadal terpilih di tiap provinsi; 3 program percepatan pembangunan yang bernuansa
mendorong pembangunan kawasan perdesaan dan sentra produksi pertanian seperti Kawasan Sentra Produksi KSP, pengembangan kawasan perbatasan,
pengembangan kawasan tertinggal dan proyek pengembangan ekonomi lokal dan 4 program-program sektoral dengan pendekatan wilayah seperti pewilayahan
komoditas unggulan, pengembangan sentra industri kecil, pengembangan masyarakat pesisir PEMP, dan lain-lain Rustiadi dan Hadi 2004. Program-
program tersebut sebagian besar dilaksanakan setelah munculnya berbagai tuntutan pemerataan pembangunan, khususnya pada saat menjelang dan awal era
reformasi.