Djuhria Wonggo, Penerimaan Analysis of Value Chain System And Marketing Strategy Seaweed In Southeast Maluku Regency, Maluku Province

Selain aktifitas utama, dalam penelitian ini perlu dianalisis juga aktifitas pendukung yang menunjang aktifitas utama produk rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara. Peranan lembaga pemerintahan dalam aktifitas pendukung ini lebih mendominasi diantaranya pada 1 Infrastruktur yang sedang dalam proses penyelesaian pabrik pengolahan rumput laut di Desa Levuan Ohoi Letvuan Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara yang melibatkan kerjasama antara Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara, 2 Sumber Daya Manusia dalam kaitannya dengan pengolahan rumput laut telah disediakan beberapa kegiatan pelatihan secara berkala bagi pembudidaya maupun tenaga penyuluh yang berasal dari pemerintah daerah yang bekerja sama dengan pemerintah pusat. Secara garis besar, aktifitas pendukung dari rantai nilai produk rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara pada Tabel 5. Tabel 5 Aktivitas pendukung AK T IF IT AS P E NDUK U NG Infrastruktur Pabrik dalam proses penyelesaian, sarana transportasi cukup memadai, tetapi ketersedian jalan masih belum memadai. Sumber Daya Manusia Adanya pelatihan-pelatihan yang disediakan Dinas Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan Pusat. Pengembangan Teknologi Bantuan alat-alat pabrik serta pemudidayaan rumput laut untuk daerah telah disediakan oleh Kemnterian Kelautan dan Perikanan Pusat. Pembelian Pangsa pasar hasil budidaya rumput laut di daerah masih sangat minim sehingga pembudidaya tidak memiliki alternatif untuk menjual hasil. Sumber : Data diolah 2012

b. Poin utama yang dievaluasi dalam rantai nilai produk rumput laut

Beberapa poin penting yang dievaluasi dalam rantai nilai komoditi rumput laut meliputi: 1. Sarana – Prasarana dalam budidaya rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku, diantaranya: a. Ketersediaan bibit Jenis Bibit sumber atau asal bibit, misalnya skala industri rumah tangga, atau skala industri besar, atau benih berasal dari alam untuk pengembangan jumlah stok atau sub sistem, nilai atau harga bibit b. Ketersediaan bantuan teknis budidaya dari pemerintah, swasta, atau pendidikan dan penyuluhan yang praktis dapat dilaksanakan dengan model budidaya yang diintrodusir c. Ketersediaan bantuan finansial ketersedian akses terhadap kredit bank, dan perencaanaan jasa finansial lokal atau LKM Lembaga Keuangan Mikro. d. Aksesibilitas terhadap sarana produksi e. Infrastruktur produksi diantaranya transportasi, jalan, dan telekomunikasi. f. Budidaya rumput laut yang menjadi aktifitas dari sebagian masyarakat wilayah pesisir diuraikan dalam profil komoditi produksi rumput laut Kabupaten Maluku Tenggara produksi rumput laut Kering secara umum dalam permusim 45 hari di tahun 2008 sebesar: 394 ton, 2009, 521 ton diperkirakan menjadi 600 ton, di tahun 2010 namun meningkat hingga 1.220 ton. Dengan demikian total produksi rumput laut Kering di Kabupaten Maluku Tenggara dalam tahun 2010 adalah sebesar 7.320 ton, yang didapat dari 1220 dikali minimal 6X musim panen. Jumlah tenaga kerja pada sektor budidaya rumput laut kurang lebih 30.000 orang saat ini 30 jumlah penduduk Malra, maka peluang untuk lebih meningkatkan hasil komoditi rumput laut sangat dimungkinkan dengan lebih meningkatkan keterkaitan dalam rantai nilai produk rumput laut. g. Pengolahan rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara yang dilakukan, akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan dan perlu untuk dievaluasi antara lain: h. Proses produksi rumput laut memiliki beberapa tahapan antara lain : i. Pemilihan lokasi dalam hal ini lokasi budidaya tidak beresiko aman, memiliki kemudahan dalam sarana budidaya serta keadaan ekologi diantaranya keadaan air, arus yg harus disesuaikan dan keadaan alam lainya. ii. Faktor pendukung diantaranya faktor musim, manajemen pemilikan budidaya serta kemampuan mengelola tanaman, juga tata letak arah arus maupun gelombang. Persiapan penanaman merupakan bagian dari faktor pendukung ini. iii. Pemilihan bibit harus berkualitas baik dan sesuai strandar sehingga proses pertumbuhannya lebih terjamin. iv. Metode Penanaman pada umumnya memiliki beberapa metode diantaranya metode dasar bottom method di dalam tambak dengan menebarkan bibit pada dasar tambak dan metode lepas dasar off bottom method seperti budidaya Echeuma sp, yaitu dengan cara mengikat bibit pada tali ris ropeline kemudian diikatkan pada patok-patok atau pada rakit. Dikembangkan pula budidaya gracilaria dengan metode rakit floating rack method dan metode rawai longline method. Yang paling diminati adalah metode rawai . v. Pemeliharaan budidaya rumput laut diantaranya mengawasi perkembangan konstruksinya secara terus menerus, membersihkannya dan lainnya. vi. Penanganan panen dan pasca panen untuk produksi, rumput laut di panen jika berumur 6-8 minggu 45-60 hari dan menggunakan metode pemanenan yang dianjurkan. Setelah di panen, dilakukan pencucian rumput laut dari kotoran-kotoran, pengeringan dan penjemuran 2-3 hari pada kondisi panas yang baik, sortasi dan pengepakan. Pengendalian mutu produksi hasil panen rumput laut sangat penting untuk diketahui, karena ukuran hasil panen berkualitas telah ditentukan oleh konsumen, sehingga diperlukan pengujian secara klinis di laboratorium guna mengetahui tingkat kualitas hasil panen yang ada. i. Pemasaran i. Profil pasar dan konsumen dalam produksi rumput laut perlu di evaluasi dengan metode rantai nilai baik dari penawaran maupun permintaan, karena belum adanya standar regulasi yang baku terhadap keadaan pasar produksi rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara sehingga dapat terjadi kemungkinan ketidak seimbangan dinamika harga pasar walaupun informasi harga bisa saja terdapat di sarana komunikasi internet. ii. Rantai pemasaran produk rumput laut dalam keadaan kering di daerah penelitian Kabupaten Maluku Tenggara secara umum mempunyai 5 tahap dalam proses pemasaran yang meliputi: o Proses pembudidayaan rumput sampai panen dan penanganan pasca panen serta penggudangan laut oleh nelayan, o Setelah diperoleh hasil budidaya, maka nelayan menjual hasil tersebut kepada pedagang pengumpul lokal I dengan harga yang telah ditentukan sendiri oleh pedagang pengumpul. yang dimaksud dengan pedagang pengumpul lokal skala kecil disini adalah pedagang yang berada dekat dengan lokasi budidaya dan juga memiliki akses lanjutan untuk mengumpulkan dan mengantar hasil panenan ke pedagang pengumpul yang jauh dari lokasi pembudidayaan. o Hasil pembelian dan pengumpulan yang ada pada pedagang pengumpul skala kecil kembali dijual kepada pedagang pengumpul lokal skala besar. Dalam hal ini, pedangan pengumpul lokal skala besar dapat langsung membeli hasil panen budidaya rumput laut pada nelayan, karena rata-rata memiliki modal yang cukup besar untuk menjangkau lokasi- lokasi budidaya. o Hasil pembelian yang ada pada pedagang pengumpul seterusnya dijual dan dikirim kepada pengecer yang berada di luar daerah seperti Makassar dan Surabaya melalui transpotasi laut milik pribadi maupun sewaan. o Pengecer yang telah membeli hasil panen budidaya rumput laut dapat langsung mengekspor ke luar negeri misalnya china dengan harga yang lebih baik. Rantai Pemasaran hasil budidaya rumput laut dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Rantai pemasaran j. Sarana prasarana dari hasil pengolahan produksi rumput laut dalam hal ini keadaan pasar serta promosi untuk pemasaran produksi rumput laut perlu di lakukan evaluasi mengingat bahwa sarana prasarana merupakan elemen penting dalam memberikan kemajuan hasil produksi serta pendapatan kepada setiap pelaku dalam keterkaitan rantai nilai. NELAYAN PEDAGANG PENGUMPUL Skala Kecil PENGECER SURABAYA MAKASAR EKSPOR KE CHINA PEDAGANG PENGUMPUL Skala Besar