terakhir. Upaya pemanfaatan secara terpadu berarti dengan mempertimbangkan berbagai keselarasan dengan aktivitas ekonomi lainnya yang sudah ada.
Optimal berarti pemanfaatan potensi lahan yang ada harus sesuai dengan daya dukung lingkungan, sehingga usaha budidaya laut yang dikembangkan dapat
dikembangkan dalam jangka panjang berkelanjutan. Kondisi parameter lingkungan merupakan kriteria utama dalam penilaian kesesuaian lahan budidaya
ikan kerapu dan budidaya rumput laut, disamping aspek lainnya seperti aspek sosial dan ekonomi masyarakat.
Tabel 17 Produksi komoditas budidaya Kabupaten Maluku Tenggara
Komoditi Tahun
Produksi Volume ton
Nilai Rp Rumput Laut
2007 44.1
220,500.000,- 2008
381.12 3,811.200.000,-
2009 3,285
32,850.000.000,- 2010
4,872.9 48,729.091.250,-
Kerapu
2007 12.940
1,682.200.000,- 2008
10.265 1,334.450.000,-
2009 8.4
1,444.800.000,- 2010
11.695 1,520.350.000,-
Siput Mutiara
2007 445.662
4,456.620.000,- 2008
528.700 5,287.000.000,-
2009 473.04
4,730.400.000,- 2010
41.116 411,160.000,-
Mutiara
2007 0.112
4,456.620.000,- 2008
0.11804 5,287.000.000,-
2009 0.10036
2,500.000.000,- 2010
- -
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara tahun 2010
2 Pemetaan pelaku dalam value chain system budidaya rumput laut
2.1 Nelayan budidaya rumput laut di Maluku Tenggara
Potensi lahan budidaya Kabupaten Maluku Tenggara seluas 10.900,76 Ha, saat ini telah banyak dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya oleh masyarakat
yakni budidaya rumput laut, kerapu dan teripang. Di Kabupaten Maluku Tenggara, seiring dengan upaya peningkatan kontribusi perikanan budidaya bagi
peningkatan produksi dan kesejahteraan masyarakat maka perkembangan jumlah pembudidaya, rumah tangga produksi budidaya dan kelompok budidaya terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2010, keragaan aktivitas budidaya mengalami peningkatan yang signifikan dengan tingkat pemanfaatan lahan yang semakin tinggi. Pada dua
desa percontohan diantaranya Sathean dan Letvuan, nelayan merupakan unsur penting yang ada dalam aktifitas budidaya rumput laut. Dari hasil pengumpulan
data melalui kuesioner menjelaskan bahwa sebagaian besar penduduk mempunyai mata pencaharian utama sebagai nelayan. Desa Letvuan mencapai 820 orang dan
Desa Sathean 485 orang yang tergabung dalam usaha perorangan atau kelompok.
Rata-rata nelayan rumput laut memiliki tingkat pendidikan maksimal adalah sekolah menengah atas, sedangkan paling minimal adalah sekolah dasar. Dalam
pembudidayaan rumput laut pada desa percontohan, nelayan budidaya rumput laut dapat terdiri dari penyedia bibit, nelayan pembudidaya rumput laut dan pengolah
rumput laut yang juga biasanya menjadi tenaga kerja juga pada saat pasca panen. Ketiga jenis pekerjaan nelayan tersebut dapat juga ditemukan dalam satu orang
nelayan karena dapat menghasilkan bibit, membudidayakan rumput laut dan mengolah rumput laut sekaligus. Tindakan ini diambil apabila nelayan ingin
melakukan penghematan biaya modal kerja yang minim. 2.2 Pedagang pengumpul lokal budidaya rumput laut
Berdasarkan hasil wawancara dengan 6 orang pedagang pengumpul lokal dalam dua desa percontohan, terdapat dua bentuk pedagang pengumpul lokal
diantaranya pedagang pegumpul skala kecil dan pedangang pengumpul skala besar. Yang dimaksud dengan pedagang pengumpul skala kecil adalah pedagang
pengumpul yang berada satu lokasi satu desa dengan para nelayan rumput laut, dengan fungsi sebagai penjual hasil budidaya rumput laut kering kepada pedagang
pengumpul lokal skala besar dengan kisaran harga Rp. 6.500,- sampai dengan Rp. 7.500,-.
Sedangkan pada pedagang pengumpul lokal besar merupakan pedagang pengumpul yang memiliki badan usaha dalam bentuk CV maupun koperasi.
Selain memiliki akses yang setingkat lebih cepat dari pedangan pengumpul skala kecil, lokasi yang berada di daerah perkotaan memudahkan proses pengiriman
terhadap eksportir. Ada juga beberapa pedagang pengumpul kecil yang merupakan perpanjangan tangan dari pedagang pengumpul skala besar. Penelitian
yang dilakukan pada masing-masing desa terdapat pedagang pengumpul skala besar yang cukup dikenal dalam bentuk badan usaha diantaranya CV. Sumber
Rejeki dan KUD Elomel.
2.3 Pengekspor hasil budidaya rumput laut
Berdasarkan pengambilan data dalam satu tahun terakhir ini di Kabupaten Maluku Tenggara belum terdapat pengekspor hasil budidaya rumput laut ke luar
negeri karena adanya beberapa hambatan yang menjadi kekurangan untuk akses eksport. Salah satunya masalah transportasi untuk sampai ke luar negeri serta
pengurusan hal-hal administrasi pengiriman. Namun bukan hal tersebut yang menjadi perhatian utama melainkan permintaan dari Negara eksportir yang
menginginkan hasil budidaya rumput laut yang telah menjadi bahan baku obat- obatan, alat kosmetik dan lain-lain. Setelah dilakukan observasi lapangan pada
dua desa percontohan ini maka ditemukan adanya satu industri rumahan yang memiliki alat teknologi untuk mengolah hasil budidaya rumput laut menjadi
tepung karangenan di Desa Letvuan, namun kegiatan pengolahan tersebut tidak