2010 Analysis of Value Chain System And Marketing Strategy Seaweed In Southeast Maluku Regency, Maluku Province

setiap ujungnya dipasangkan pelampung besar. Tali ini berfungsi sebagai tempat mengikat tali-tali ris, dan juga sebagai batas kepemilikan lahan budidaya seorang petani. Tali-tali ris dibentangkan tegak lurus pada tali utama serta padanya diikatkan pelampung-pelampung kecil berjarak antara 1 – 2 m agar tanaman dapat berada disekitar permukaan air dengan jarak minimal 30 cm dari dari permukaan laut. Pada tali ris tersebut diikatkan bibit rumput laut oleh tali rafia dengan jarak antara simpul ikatan 25 cm. 2.Pemeliharaan Tanaman budidaya rumput laut dipelihara selama 30 – 60 hari tergantung beberapa faktor yaitu: 1 umur benih; untuk umur benih berumur sekitar 20 hari diperlukan waktu pemeliharaan antara 40 – 60 hari, sedangkan benih berumur sekitar 30 hari umumnya memerlukan waktu antara 30 – 40 hari, 2 kebutuhan nelayan akan uang dan harga jual rumput laut 3 musim yang diperkirakan akan berganti sehingga dikhawatirkan adanya serangan penyakit pada musim kemarau atau hasil panen dikhawatirkan tidak sempat dijemur pada saat musim hujan tiba, serta, 4 sarana pengangkutan dan penjemuran yang terbatas sehingga panen tidak dapat dilakukan seluruhnya. Selama masa pemeliharaan, nelayan melakukan kegiatan-kegiatan pengontrolan dengan menggunakan perahu sampan bertenaga manusia perahu dayung atau bertenaga motor. Kegiatan pemeliharaan rata-rata dilakukan 2 – 3 kali dalam seminggu, umumnya dapat dikerjakan oleh nelayan serta tenaga kerja secara bergantian. Masa pemeliharaan rumput laut dari awal tanam sampai panen selama 2 bulan. 3.Pemanenan dan pasca panen Pemanenan hasil cara lama memang lebih memudahkan nelayan dalam pengadaan bibit sehngga mengurangi biaya yang seharusnya dikeluarkan bagi pekerjaan pengikatan atau penanaman benih ke tali ris yang bagi nelayan cukup berarti besarnya. Produktivitas usaha budidaya rumput laut seorang nelayan selain ditentukan oleh biologis dan alam, secara praktis dapat ditentukan berdasarkan panjang tali ris yang dipergunakannya. 4.Pengawasan dan pengendalian mutu Dari hasil observasi daerah penelitian ditemukan adanya teknologi pengeringan atau pengolahan relatif tradisional sehingga mempengaruhi mutu produk rumput laut kering. Pengukuran kadar air yang belum tepat karena belum adanya fasilitas yang memadai. C. Logistik keluar Dari hasil pengeringan hasil budidaya rumput laut selama 30-60 hari, maka dilakukan pengumpulan hasil dan penggudangan oleh nelayan pengolah rumput laut. Biasanya nelayan langsung menghubungi pedagang pengumpul skala kecil yang berada satu desa untuk menjual hasil budidaya dan karena jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh maka biaya untuk transportasi tidak diperlukan karena hanya menggunakan tenaga manusia untuk memindahkan rumput laut dari penggudangan ke pembeli yang dalam hal ini pedagang pengumpul skala kecil. Rata-rata hasil yang dijual berkisar antara 5- 10 ton per nelayan pembudidaya. D. Pemasaran dan Penjualan 1. Penetapan harga Dari data kuestioner yang dibagikan pada nelayan pengolah rumput laut di dua Desa percontohan ditemukan bahwa rendahnya posisi tawar pembudidaya dalam penentuan harga mempengaruhi pengembangan budidaya rumput laut. Dari perbandingan harga per kg pada tahun 2007 – 2009 sebesar Rp. 8.000-15.000 kini mengalami penurunan pada tahun 2010 – 2011 sebesar Rp. 6.500 - 7.500,-. Harga terendah dengan nilai Rp. 6.500,- per kg yang diberikan dari pedagang pengumpul skala kecil ke nelayan pembudidaya, setelah itu dijual dengan harga yang sama ke pedagang pengumpul Skala besar dengan harga 7.500,-. Dengan harga demikian, tentunya pedagang pengumpul skala besar ini harus menjual lagi dengan harga Rp. 9.000,- per kg kepada pengecer di Surabaya Bagian dari aktifitas utama dalam proses pasca panen, terlihat bahwa proses pengeringan yang dilakukan masih menggunakan cara tradisional, rumput laut dijemur di atas ayakan yang dibuat sendiri oleh nelayan pembudidaya, dapat disajikan pada Gambar 7. Gambar 8 Pemanenan rumput laut di Desa Letvuan Hasil panenan rumput laut di Desa Sathean memiliki kualitas yang cukup baik, karena ukuran yang dihasilkan cukup besar walaupun proses pengeringan pasca panen masih menggunakan cara yang sama yakni mengandalkan tenaga matahari Gambar 8. Gambar 9 Penjemuran rumput laut dengan tenaga matahari

3.2 Aktivitas pendukung

Bagian dari struktur value chain system pada aktifitas penunjang yang telah ditelaah antara lain diijelaskan sebagai berikut: a. Infrastruktur Pada lokasi penelitian, sarana infrastruktur seperti akses jalan yang dilalui cukup memadai sehingga proses pengangkutan cukup hasil budidaya rumput laut tidak mengalami hambatan, namun yang menjadi masalah adalah sarana transportasi baik dari pedagang pengumpul kecil ke pedagang pengumpul besar, dan pedagang pengumpul besar ke eksportir dimana mobil yang digunakan masih disewa dengan harga yang cukup tinggi mengakibatkan pengeluaran ekstra setiap kali pengiriman. Pemerintah dalam mendukung budidaya rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara dalam hal pembangunan pabrik pengolahan rumput laut serta infrastruktur, telah menjalankan program pengembangan sarana unit pengolahan dan pemasaran dengan peningkatan kualitas, nilai jual dan diversifikasi produk rumput laut dengan kegiatan : pengadaan alat pengering rumput laut, pembangunan depo penyimpanan, lantai penjemuran, dan pengembangan kawasan minapolitan rumput laut. Pengembangan budidaya rumput laut melalui pemberian paket sarana budidaya rumput laut kepada kelompok masyarakat pembudidaya. Pembangunan pabrik yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan pengolahan produksi budidaya rumput laut sedang dalam penyelesaian pembangunan fisik yang disertakan dengan pengadaan dan pemasangan alat-alat pabrik Gambar 9. Gambar 10 Pabrik rumahan dan pembangunan pabrik yang terdapat di Desa Letvuan Ada 3 Zona pengembangan rumput laut di Maluku Tenggara :

1. Pengembangan kebun benihbibit

Untuk menjamin tersedianya benih bibit yang bekualitas yang dapat dijangkau dengan mudah dan murah maka pemerintah daerah akan mengembangkan kebun benih di Zona I .