2009 2010 Analysis of Value Chain System And Marketing Strategy Seaweed In Southeast Maluku Regency, Maluku Province

2. Pengembangan produksi budidaya

Penggunaan teknologi modern melalui metode budidaya tepat guna dapat meningkatkan produksi budidaya rumput laut. Zona pengemban produksi di Maluku Tenggara Zona II .

3. Pengembangan industri pengolahan rumput laut

Kedepan perlu dibangun industri pengolahan rumput laut untuk menghasilkan produk seperti chip dan tepung rumput laut melalui pengembangan industri pengolahan rumput laut pada Zona III . Pola alur rantai nilai komoditas rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara Gambar 11 Pola alur rantai nilai Keterangan: I : Nelayan II.k : Pedagang Pengumpul Kecil II.b : Pedagang Pengumpul Besar Tabel 18 Kondisi pembudidaya dan kelompok budidaya rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara Sumber : DKP Kabupaten Maluku Tenggara 2011 Pada Tabel 18 terlihat kondisi pembudidaya per orang dan per kelompok pada jumlah kelompok di tahun 2009 ada yang sudah mendapat bantuan sebanyak 45 sedangkan yang belum mendapat bantuan sebesar 37.71 dari jumlah kelompok sebesar 40.55. Gambar 12 menyajikan peta pengembangan budidaya rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara: Tahun Jumlah Pembudidaya orang Jumlah Klmpk Jumlah Yang Sudah Menerima Bantuan Klmpk Jumlah Yang Belum Menerima Bantuan Klmpk 2009 2.773 589 253 336 2010 3.558 864 309 555 II.k II.b I AKTIFITAS UTAMA Sathean Luas Lahan : 343,5 Ha Pemanfaatan : 118,21 Ha Rata-rata Produksi : 50,99 Ton45 Hari Letvuan Luas Lahan : 165 Ha Pemanfaatan : 48,14 Ha Rata-rata Produksi : 25,67 Ton45 hari Kelanit Luas Lahan : 66 Ha Pemanfaatan : 18,78 Ha Rata-rata Produksi : 5,22 Ton45 hari Warbal Luas Lahan : 725,25 Ha Pemanfaatan : 28 Ha Rata-rata Produksi : 14 Ton45 hari Ibra Luas Lahan : 52,3 Ha Pemanfaatan : 21,83 Ha Rata-rata Produksi : 14 Ton45 hari Elat Luas Lahan : 28 Ha Pemanfaatan : 15,25 Ha Rata-rata Produksi : 14 Ton45 hari Sungai Ngafan Luas Lahan : 58,4 Ha Pemanfaatan : 1,6 Ha Rata-rata Produksi : 0,81 Ton45 hari PETA CLASTER PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT DI KAB. MALUKU TENGGARA Gambar 12 Peta pengembangan budidaya rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara Terlihat pada Gambar 12 rata-rata produksi sangat berbeda secara signifikan pada tiap-tiap daerah di sebabkan karena luas lahan dan pemanfaatan dari tiap-tiap daerah yang berbeda sehingga rata-rata produksi masing-masing daerah berbeda-beda. b. Manajemen sumber daya manusia Peran serta masyarakat dan pemerintah maupun lembaga-lembaga terkait demi mendukung pengembangan usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara sangat penting. Realitas SDM suatu bangsa tidak bisa dilepaskan dari realitas pendidikan sebagai system fundamental pengelolaan dan penghasil pengetahuan itu sendiri. Pada dasarnya, konsep SDM, setidak-tidaknya mengandung 3 pengertian yang maknanya tercemin pada kata awal yang mendahului istilah SDM tersebut Tamin, 1998, yaitu : Pertama, Peningkatan SDM yaitu upaya menambah kemampuan SDM yang ada, agar lebih produktif hal ini terkait dalam dunia tenaga kerja; Kedua, Pengembangan SDM, yaitu upaya membina dan mengembangkan kemampuan dasar SDM agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal; Ketiga, Pembangunan SDM, yaitu menciptakan SDM secara berkesinambungan, yang meliputi seluruh aspek hidup manusia untuk dapat memenuhi ciri-ciri hidup manusia seutuhnya. Dalam keterkaitan dengan penjelasan tersebut maka pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tenggara telah memberikan perhatiannya terhadap apa yang menjadi kebutuhan nelayan pembudidaya rumput laut dengan adanya program peningkatan kapasitas SDM dan kelembagaan melalui pelatihan dan magang pembudidaya yang telah dilaksanakan saat ini bekerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Perindustrian dan Perdagangan dengan melakukan ekstensifikasi areal budidaya, yang telah dilaksanakan dalam bentuk training pelatihan kelompok-kelompok. Berikut ini adalah Tabel 19 pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut dan peningkatan jumlah pembudidaya Tahun 2007- 2010. PETA PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT DI KAB.MALUKU TENGGARA Tabel 19 Pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut dan peningkatan jumlah pembudidaya No. Tahun Luas Lahan yang Dimanfaatkan Ha Persentase Jumlah Pembudidaya Orang 1. 2007 3.68 88.5 257 2. 2008 32 95.92 735

3. 2009

785.66 66.90 2.773 4. 2010 2,373.62 - 3.558 Sumber : DKP Kabupaten Maluku Tenggara 2011 Berdasarkan Tabel dapat dilihat perkembangan yang sangat pesat pada jumlah pembudidaya sehingga lahan yang dibutuhkan semakin besar. Hal ini menunjukan bahwa keinginan serta minat yang ditunjukkan oleh masyarakat di Kabupaten Maluku Tenggara sangat tinggi, sehingga perlu dilakukan pendampingan serta dukungan dari Pemerintah dalam mengarahkan tujuan pengembangan budidaya rumput laut di daerah ini. c. Pengembangan teknologi Dalam penelitian ini dan berdasarkan observasi lapangan, selain pembangunan pabrik, bentuk dari pengembangan teknologi belum begitu terlihat untuk proses budidaya rumput laut secara keseluruhan, sehingga pengolahan budidaya rumput laut masih lebih cenderung menggunakan sistem tradisonal, sehingga belum mampu untuk bersaing dalam pasar global yang secara keseluruhan telah menggunakan sistem kerja yang modern dengan menggunakan teknologi yang setiap saat mengalami perkembangan pesat. Dibandingkan dengan wilayah yang telah menggunakan pengembangan teknologi yang sudah bisa mengekspor langsung hasil olahan rumput laut langsung ke Negara-negara konsumen. d.Pembelian Hasil penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa sistem tata niaga yang belum terkoordinir dengan baik yang mengacu pada norma-norma industrialitas mempengaruhi laba yang dihasilkan dari penjualan. Koefisienan pasar yang belum maksimal sehingga pelaku rantai nilai belum menikmati prinsip win-win solution yang seharusnya ada dalam setiap kegiatan pasar. Dalam hal keefisienan pasar, diperlukan perhatian khusus dari pemerintah guna melakukan promosi investasi sampai kepada memfasilitasi kemitraan antara pembudidaya dengan investor terhadap akses teknologi, pasar dan modal usaha sehingga pemerataan fluktuasi harga dapat teratasi. Bagian dari struktur value chain system pada aktifitas pendukung yang telah ditelaah antara lain dijelaskan dalam Tabel 20.