Lanjutan Lampiran 7 c Berapa peningkatan keuntungan yang dapat diperoleh jika
mendapatkan pembinaan? ii Apakah nelayan mendapatkan bantuan modal?
1 Jika ya, bantuan modal berasal dari mana? Pemerintah? LSM? Atau lembaga asing?
a Bantuan modal dalam bentuk apa? i Kucuran dana?
ii Fasilitas? iii
Atau bentuk lain, yaitu….. b Bagaimana sistem pembagian keuntungan dari masing-masing
investor? c Apakah nelayan merasa diuntungkan? Apa harapan nelayan?
2 Jika tidak, a bantuan modal dari mana yang diharapkan nelayan?
b Bantuan modal berupa apa yang diharapan nelayan? c Bagaimana system keuntungan yang diinginkan nelayan?
D. SARANMASUKAN DALAM RANTAI NILAI RUMPUT LAUT DI
KABUPATEN MALUKU TENGGARA dalam kertas terpisah.
1 Input 2 Agroproduksi
3 Agroindustri 4 Produk
5 Pemasaran dan jasa
E. GAMBARKAN SISTEM TATANIAGA RUMPUT LAUT DAN
BERIKAN ULASAN BAGAIMANA INSTANSI DAPAT MENINGKATKAN KERAGAAN PEMASARAN RUMPUT LAUT
AGAR PENDAPATAN NELAYAN RUMPUT LAUT MENINGKAT.
Lampiran 8
KUESIONER KEGIATAN PENELITIAN
ANALISIS VALUE CHAIN SYSTEM DAN STRATEGI PEMASARAN
RUMPUT LAUT DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA, PROVINSI MALUKU
Oleh : Anna M. Ngabalin
Petunjuk khusus :
1. Pembobotan dengan metode paired comparison yaitu penilaian bobot weight dengan membandingkan setiap faktor strategi internal dan eksternal organisasi, dimana setiap
bobot peubah menggunakan skala 1,2, dan 3, dengan keterangan :
NILAI 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal. NILAI 2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal.
NILAI 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
2. Penentuan bobot merupakan pandangan masing-masing responden terhadap setiap faktor strategi internal dan eksternal kelompok nelayan
---------------------------------------------------------------------------------------------------
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama Responden : _______________________________________________
Jabatan : _______________________________________________
Tanggal Pengisian : _______________________________________________
Alamat dan Tlp : _______________________________________________
Lanjutan Lampiran 8
II . Pemberian nilai peringkatrating terhadap faktor-faktor strategik
internal Kekuatan dan Kelemahan
Petunjuk pengisian :
• Tentukan nilai peringkatrating dari masing-masing faktor internal kekuatan dan kelemahan dan faktor eksternal peluang dan ancaman,
berikut ini dengan memberi tanda check list pada pilihan BapakIbu. • Pilihan rating pada isian berikut terdiri dari :
Nilai 4, jika faktor strategi tersebut dinilai menjadi kekuatan utama. Nilai 3, jika faktor strategi tersebut dinilai menjadi kekuatan kecil.
Nilai 2, jika faktor strategi tersebut dinilai menjadi kelemahan kecil. Nilai 1, jika faktor strategi tersebut dinilai menjadi kelemahan utama.
Faktor Internal Kekuatan
4 3
Pemanfaatan Lahan rumput laut yang Potensial Kondisi perairan yang subur
Program pemerintah yang mendukung pengembangan usaha budidaya rumput laut
Motivasi diri yang tinggi untuk berkembang dalam usaha budidaya rumput laut
Kelemahan
2 1
Pengetahuan SDM masih rendah Teknologi produksi masih sederhana
Keterbatasan modal
Belum adanya arsip pembukuan keuangan yang baik
Keadaan alam yang kurang mendukung
Belum adanya kesadaran untuk menjaga dan melestarikan lingkungan laut
Belum adanya lembaga yang mengawasi kualitas dan mutu baku dari hasil budidaya
Lanjutan Lampiran 8
III . Pemberian nilai peringkatrating terhadap faktor-faktor strategik eksternal
Peluang dan Ancaman a.
Petunjuk pengisian :
1. Pemberian nilai peringkat atau rating didasarkan pada kemampuan kelompok nelayan dalam meraih peluang yang ada. Pemberian nilai peringkat didasarkan
pada keterangan berikut :
Nilai 4= jika kelompok nelayan mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam
meraih peluang tersebut
Nilai 3= jika kelompok nelayan mempunyai kemampuan yang baik dalam meraih
peluang tersebut 2. Pengisian kolom penilaian peringkatrating menggunakan tanda check list
Faktor Eksternal Peluang
Program pelatihan dan pembinaan dari Dinas setempat Kemudahan pengurusan ijin
Tersedianya Sarana prasarana Adanya investasi pengembangan bisnis rumput laut
Pasar rumput laut dalam negeri masih terbuka lebar
b. Petunjuk pengisian :
1. Pemberian nilai peringkat atau rating didasarkan pada kemampuan kelompok nelayan dalam menghindari ancaman. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada
keterangan berikut : Nilai 2
= jika faktor ancaman memberikan pengaruh biasa terhadap kelompok
nelayan. Nilai 1
= jika faktor ancaman tidak memberikan pengaruh terhadap kelompok
nelayan. 2.
Pengisian kolom penilaian peringkatrating menggunakan tanda check list
Lanjutan Lampiran 8
Faktor Eksternal Ancaman
1
Serangan hama dan penyakit tanaman Tingkat persaingan dengan usaha sejenis
Harga penjualan yang tidak menentu Iklim dan cuaca yang tidak menentu
Kurang adanya peningkatan kerjasama dengan perusahaan pengelolahan
Lampiran 9 Pertanyaan untuk mendapatkan bobot faktor strategik internal pemasaran rumput laut
Faktor Internal A
B C
D E
F G
H I
J Total
A. Pemanfaatan lahan yang potensial x
B. Kondisi perairan yang subur x
C. Dukungan pemerintah x
D. Nelayan memiliki motivasi yang tinggi x
E. Pengetahuan SDM yang masih rendah x
F. Iklim dan cuaca yang tidak menentu x
G. Kurangnya sarana infrastruktur x
H. Keterbatasan modal x
I. Kurangnya kegiatan promosi x
J. Kurang adanya kerjasama dengan perusahaan pengelolah
x
Total Contoh Pengisian
: -
“Pemanfaatan lahan yang potensial” A pada barishorizontal lebih penting dari “kondisi perairan yang subur” B pada kolomvertikal, maka nilainya 3.
-
“Pemanfaatan lahan yang potensial” A pada barishorizontal sama penting dari “kondisi perairan yang subur” B pada kolomvertikal, maka nilainya 2.
-
“Pemanfaatan lahan yang potensial” A pada barishorizontal kurang penting dari “kondisi perairan yang subur” B pada kolomvertikal, maka nilainya 1.
Lampiran 10 Pertanyaan untuk mendapatkan bobot faktor strategik eksternal pemasaran rumput laut
Faktor Eksternal A
B C
D E
F G
H I
J K
L M
Total
A. Pasar rumput laut dalam negeri masih terbuka lebar
x
B. Program pemerintah yang mendukung pengembangan usaha budidaya rumput laut
X
C. Dukungan dunia usaha dan perbankan
x
D. Akses sarana transportasi memadai
x
E. Spektrum pasar nasional dan internasional
x
F. Memiliki peluang investasi
x
G. Adanya loyalitas pelanggan
x
H. Hama dan penyakit yang menyerang
x
I. Fluktuasi harga penjualan
x
J. Belum adanya lembaga yang mengawasi kualitas mutu
x
K. Tidak adanya kegiatan yang bersifat kontinyu
x
L. Kurang adanya kerjasama dengan perusahaan pengelolah
x
M. Keadaan alam yang tidak mendukung proses pengolahan
x
Total
109
Lanjutan Lampiran 10 Contoh Pengisian
: -
“Pasar rumput laut masih terbuka lebar” A pada barishorizontal lebih penting dari “Dukungan pemerintah” B pada kolomvertikal, maka nilainya 3.
Lanjutan Lampiran 10
-
“Pasar rumput laut masih terbuka lebar” A pada barishorizontal sama penting dari “Dukungan pemerintah” B pada kolomvertikal, maka nilainya 2.
-
“Pasar rumput laut masih terbuka lebar” A pada barishorizontal kurang penting dari “Dukungan pemerintah” B pada kolomvertikal, maka nilainya 1.
Lampiran 11 Gambar peta perencanaan pengembangan kluster budidaya Kabupaten Maluku Tenggara.
Lampiran 12 Gambar Peta Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara.
Lampiran 13 Tabel rencana pengembangan budidaya rumput laut TA 2011-2015.
Lanjutan Lampiran 13 114
Lanjutan Lampiran 13
115
Lampiran 14 Tabel anggaran pengembangan budidaya rumput laut APBN Pusat, APBD Provinsi, dan APBD Kabupaten TA 2011-2015:
NO URAIAN
KEGIATAN KEBUTUHAN ANGGARAN Rp. Juta
APBD II APBD I
PUSAT
2011 2012
2013 2014
2015 2011
2012 2013
2014 2015
2011 2012
2013 2014
2015
1. PENGEMBANGAN
BUDIDAYA PERAIRAN
- Pengembangan Produksi
Budidaya Rumput Laut
BANTUAN SARANA DAN MODAL USAHA BUDIDAYA
RUMPUT LAUT 1.462,487
1.295,8 1.425,3
1.567 1.724,7
- -
- -
- -
6.000,5 6.600,5 7.260,61 7.986,6 PENGEMBANGAN KEBUN
BIBIT RUMPUT LAUT TP -
54.45 59.90
65.88 72.47
- -
- -
- -
544.5 598.95
658.85 724.73
MONITORING DAN PEMBINAAN USAHA
BUDIDAYA RUMPUT LAUT 65,216
150.00 165.00
181,5 200.00
30 33 36.30 39.93
43.92 -
- -
- -
PEMBINAAN, PEMANTAUAN DAN
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT RUMPUT
LAUT -
50.00 55.00
60.50 66.55
30 3 36.30 39.93
43.92 50
55.0 60.50
66.55 73.21
PENGEMBANGAN SARANA TRANSPORTASI USAHA
BUDIDAYA RUMPUT LAUT 300,00
495,00 544,50
520,0 572.00
- -
- -
- -
2,799.5 3,079.4 3,387.40 3,726.1 PENGADAAN KENDARAAN
OPERASIONAL BUDIDAYA KENDARAAN RODA
4MOBIL 25.00
- -
- -
- -
- -
- 250
- -
- -
NO URAIAN
KEGIATAN KEBUTUHAN ANGGARAN Rp. Juta
APBD II APBD I
PUSAT
2011 2012
2013 2014
2015 2011
2012 2013
2014 2015
2011 2012
2013 2014
2015
Wirausaha Budidaya PUMP
Budidaya TP -
- -
- -
- -
- -
- 400
800 800
800 800
2. PENGOLAHAN DAN
PEMASARAN HASIL PERIKANAN
- PENGEMBANGAN SARANA UNIT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL
PERIKANAN
Pengadaan Kendaraan Roda
Tiga untuk Transportasi Hasil
Budidaya -
250 275
302,5 332,75
- -
- -
- -
250 275
302,5 332,75
Pembangunan Gudang
Penyimpanan Lantai Penjemuran
Rumput Laut Depo -
75 82,5
90,75 99,825
- -
- -
- 443
750 825
907,5 998,25
Pembangunan Pabrik Pengolahan
Rumput Laut SRC -
500.00 400.00
300.00 363.00
- -
- -
- -
4.000 3.000
3.300 3.630
Pembinaan dan Pengembangan
Pengolah Hasil Perikanan
49,2375 53,161
59,577 65,535
72,088 -
- -
- -
- -
- -
- Pelatihan
Penanganan Hasil Perikanan
48 52,8
58,08 63,888
70,276 -
- -
- -
- -
- -
-
- Pengembangan Kawasan Mina Politan
Pengembangan Kawasan
Minapolitan -
150.00 100.00
121.00 121.00
- -
- -
- -
1.500,0 1.000,00 1.200,00
1.210,00 JUMLAH
1.949,941 2.976,21 3.224,86 3.338,55 3.694,66 60,00
36,00 72,60 79,86
87,84 1.143,00 16.699,50 16.239,35 17.883,41 19.481,64
Lanjutan Lampiran 14 Tabel anggaran pengembangan budidaya rumput laut APBN Pusat, APBD Provinsi, dan APBD Kabupaten
1 1
7
Lampiran 15 Gambar aktifitas selama penelitian.
Penjelasan pengisian kuesioner kepada nelayan pembudidaya.
Proses penjemuran dengan cara tradisonal menggunakan tenaga matahari
Budidaya rumput laut dengan metode long line.
Rumput laut yang sedang dalam masa pengontrolan oleh nelayan pengolah.
Proses penggudangan rumput laut kering yang siap untuk dijual.
Penjemuran rumput laut yang dialaskan jaring bekas diatas jalan raya.
Daerah panen raya rumput laut bersama Menteri PDT di Desa Letvuan.
Pabrik olahan rumput laut yang sedang dalam proses pembangunan.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Langgur, Maluku Tenggara pada Tanggal 13 Januari 1982 dari Ayah Drs. M. Ngabalin dan Ibu
Monica Elsoin. Penulis merupakan putri sulung dari tiga bersaudara. Tahun 1999 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Ambon
dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke Universitas Sam Ratulangi Manado pada program DIII Akuntansi dan lulus pada
Tahun 2002. Selanjutnya ditahun 2003 penulis melanjutkan S1 pada Universitas Katolik Widya Karya Malang dengan program
studi yang sama yaitu Akuntansi dan lulus pada Tahun 2005. Penulis diterima sebagai mahasiswa pascasarjana Institut Pertanian
Bogor pada tahun 2010 program studi Ilmu Manajemen dengan beasiswa BPPS. penulis bekerja sebagai tenaga pendidik pada Politeknik Perikanan Negeri Tual
dari Tahun 2008 hingga sekarang.
RINGKASAN
ANNA MARIA NGABALIN. Analisis Value Chain System dan Strategi Pemasaran Rumput Laut di Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku.
Dibimbing oleh MA‟MUN SARMA dan WILSON H. LIMBONG.
Analisis value chain system merupakan alat analisis strategi yang digunakan untuk memahami secara lebih baik keunggulan kompetitif yang terdapat pada
kegiatan-kegiatan dari hulu sampai dengan hilir, yaitu dari proses pembibitan rumput laut sampai pada proses pemasaran rumput laut yang ada di Kabupaten
Maluku Tenggara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari sistem rantai nilai produk rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara saat ini dan menganalisis
serta menentukan strategi pemasaran produk rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara dan dapat menciptakan proses pemasaran yang efisien.
Data primer diperoleh dari pengamatan langsung kegiatan operasional dan wawancara dengan tiap pelaku rantai nilai. Pengambilan sampel menggunakan
metode purposive sampling, dengan jumlah responden 41 orang. Pengolahan data menggunakan analisis value chain system untuk proses dari hulu ke hilir, analisis
nilai tambah dengan melihat pada faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang di gunakan dan tenaga kerja, sedangkan faktor
pasar yang berpengaruh adalah harga output, upah tenaga kerja, dan nilai input yang disesuaikan dengan margin tataniaga serta analisis SWOT untuk
merumuskan strategi pemasaran produksi rumput laut.
Alternatif strategi pemasaran yang di analisis menggunakan metode SWOT dengan memperhatikan tiap uraian pemetaan rantai nilai yang diharapkan dapat
memperbaiki tataniaga sehingga lebih terstruktur serta pengolahan komoditi unggulan di masing-masing daerah percontohan yang dampaknya adalah
memaximalkan hasil komoditi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa aktivitas utama adalah proses pembibitan, operasional, logistik keluar, serta tahap pemasaran dan penjualan,
yang di dukung juga dengan infrastruktur, manajemen sumber daya manusia, serta pengembangan teknologi rumput laut. Hasil analisis nilai tambah per kg rumput
laut pada nelayan Rp. 287.67, pedagang pengumpul kecil Rp. 550 dan pedagang pengumpul besar Rp. 850 hasil analisis SWOT yang di peroleh analisis internal
skor tertimbang 2.474 dan hasil dari analisis eksternal 2.634. Sehingga gabungan faktor internal dan eksternal tersebut memperlihatkan posisi objek yang sedang
diteliti berada pada ruang V yaitu stabilitas menjaga dan mempertahankan sehingga strategi yang layak ditawarkan untuk posisi stabil tersebut yaitu para
nelayan dapat melakukan kegiatan penetrasi pasar dan langkah penyempurnaan strategi pengembangan produk untuk mempertahankan dan memelihara kinerja
yang sudah dicapai.
Kata Kunci : Nilai tambah, value chain system, pemasaran rumput laut, SWOT.
SUMMARY
ANNA MARIA NGABALIN. Analysis of Value Chain System And Marketing Strategy Seaweed In Southeast Maluku Regency, Maluku Province, Supervised
by MA‟MUN SARMA and WILSON H. LIMBONG. Analysis of value chain system is a strategic analysis tool that is used to
better understand the competitive advantage found in the activities of upstream to the downstream, from the nursery to the seaweed marketing process in Southeast
Maluku district. The purpose of this researchs to study the system of seaweed products value chain in Southeast Maluku regency at present and analyze and
determine the marketing strategy of seaweed products in Southeast Maluku regency to create efficient marketing processes.
Primary data were obtained from direct observations and interviews with the operational activities of each value chain actors. Sampling was purposive
sampling method, the number of respondents is 41 people. Data processing used to analysis of value chain system for the process from upstream to downstream,
value added analysis to look at the technical factors that influence the production capacity, the amount of raw materials used and labor, while the factors that
influence the market price of output, wage labor, and the input values are adjusted for margin trading system as well as a SWOT analysis to formulate marketing
strategies seaweed production.
Alternative marketing strategies are analyzed by using SWOT method with respect to any description of the expected value chain mapping that can improve
the trading system that is more structured and commodity processing in each of the pilot areas is to maximize the impact of commodity.
These results indicate that the main activity of which is the process of breeding, outbound logistics, marketing and sales as well as the stage, which is
also supported by the infrastructure, human resources management, as well as technology development of seaweed. The analysis of value added of seaweed on
fishermen Rp. 287.67, small traders Rp. 550 and large traders Rp. 850 SWOT analysis of the results obtained from the internal analysis of 2.474 weighted score
and external analysis of the results of 2.634. The combination of internal and external factors shows the position of the object being studied is located in the
space V of stability keep and maintain that offered a viable strategy for the stable position of the fishermen are able to do the activities and measures market
penetration improving product development strategy to sustain and maintain the performance that has been achieved.
Keywords: Value added, value chain system, marketing seaweed, SWOT.
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Konsep rantai nilai yang dipopulerkan oleh Michael E. Porter pada tahun 1985 dalam buku Competitive Advantage, Creating and Sustaining Superior
Performance memberikan pemahaman rantai nilai sebagai sebuah kombinasi dari sembilan aktivitas operasi penambahan nilai umum dalam sebuah perusahaan.
Rantai nilai value chain adalah pola yang digunakan perusahaan untuk memahami posisi biayanya dan untuk mengidentifikasi cara-cara yang dapat
digunakan untuk memfasilitasi implementasi dari strategi tingkat-bisnisnya dan menggambarkan berbagai kegiatan yang diperlukan untuk membawa produk atau
jasa dari konsepsi.
Pengembangan rantai nilai merupakan proses partisipatif yang mengarah pada intervensi menyeluruh dan terkoordinasi untuk mencapai pertumbuhan
ekonomi yang pro-masyarakat miskin bagi semua pelaku rantai nilai, termasuk produsen yang miskin sumber daya. Analisis sistem rantai nilai membuat kita
memahami tantangan kompetisi internasional, mengidentifikasi hubungan dan mekanisme koordinasi, dan memahami bagaimana pelaku rantai berhubungan
dengan kekuasaan Porter 1990.
Dapat dikatakan bahwa tujuan dari analisis value chain adalah untuk mengidentifikasi tahap-tahap value chain di mana perusahaan dapat meningkatkan
value untuk pelanggan atau untuk menurunkan biaya. Bentuk value chain yang ada pada produksi rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara melibatkan lebih
dari satu lembaga pemasaran yang menghubungkan nelayan rumput laut ke konsumen maupun eksportir Porter 1990. Usaha untuk mempertahankan
keunggulan kompetitif membutuhkan rencana jangka panjang. Keberhasilan jangka pendek tidak lagi merupakan ukuran yang utama tentang kesuksesan,
karena kesuksesan jangka panjang membutuhkan rencana dan tindakan jangka panjang yang stratejik.
Rumput laut merupakan salah satu komoditi ekspor yang potensial untuk dikembangkan. Saat ini Indonesia masih merupakan salah satu negara eksportir
penting di Asia karena rumput laut tumbuh dan tersebar hampir diseluruh perairan Indonesia. Rumput laut masih banyak diekspor dalam bentuk bahan mentah yaitu
berupa rumput laut kering tetapi tidak semua bermanfaat bagi manusia. Rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari jenis ganggang merah dan ganggang
cokelat karena mengandung agar-agar, keraginan, porpiran, dan furcelaran. menurut Departemen Kelautan dan Perikanan 2010 sebanyak 70 produksi
bahan mentah rumput laut kering di ekspor ke China, Uni Eropa, dan Filipina. Pasar dalam negeri masih menyerap 30 persen bahan mentah rumput laut kering.
Jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan di Kabupaten Maluku Tenggara adalah jenis Eucheuma cottonii. Rumput laut jenis Eucheuma cottonii
ini juga dikenal dengan nama Kappaphycus alvarezii. Genus Eucheuma popular di bidang niaga untuk jenis rumput laut penghasil karaginan.
Potensi lain yang dihasilkan dari budidaya rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara dengan luas kepulauan sebesar 40.213.6 km
3
, memiliki jumlah tenaga kerja pada sektor budidaya rumput laut kurang lebih 30.000 orang saat
ini 30 jumlah penduduk Kabupaten Maluku Tenggara dapat dikatakan bahwa Rumput Laut merupakan salah satu jenis sumber daya laut yang dapat
dimanfaatkan sebagai lahan pekerjaan yang sesuai dengan keadaan masyarakat pesisir sehingga mampu mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan secara
bertahap di Kabupaten Maluku tenggara.
Produksi rumput laut kering di Kabupaten Maluku Tenggara dihasilkan dari pengolahan Budidaya rumput laut dalam masa tanam 45 hari dan dalam 1
Tahun dilakukan 6 kali panen. Hasil produksi rata-rata rumput laut kering Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun 2008 yang sebesar 2.364 Ton yang
dihasilkan dari jumlah hasil produksi panen 45 dikali 6 kali panen, jika dibandingkan dengan tahun 2011 yang menghasilkan 7.944 Ton DKP 2011
maka sangat jelas terlihat bahwa ada peningkatan yang cukup tinggi pada produksi rumput laut dalam jangka waktu 3 tahun sehingga memiliki peluang
pada pengembangan serta mencapai tujuan di bidang ekonomi dan sosial yakni meningkatkan kualitas sumberdaya masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil
sebagai salah satu potensi pembangunan serta mewujudkan peningkatan dan keterpaduan pendayagunaan potensi sumberdaya alam kawasan pesisir dan laut
secara berkelanjutan untuk menunjang perekonomiam kawasan pesisir.
Tabel 1 Hasil produksi rumput laut kering di Kabupaten Maluku Tenggara
Tahun Produksi
Ton Pertumbuhan
Hasil Produksi TonTahun
2008 394
24.37 2364
2009 521
57.29 3126
2010 1220
1323 7320
2011 1324
- 7944
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malra 2010-2011 Walaupun dalam dua tahun terakhir ini produksi rumput laut kering sangat
bagus, namun kondisi perdagangan rumput laut sangat berpotensi besar menjadi permainan pedagang pengumpul. Ini terjadi karena peran pedagang pengumpul
sangat besar bagi terlaksananya perdagangan rumput laut dari petani ke pedagang besar dan pasar ekspor. Secara empiris dilapangan seringkali dijumpai bahwa
para nelayan produsen tampaknya tetap saja menghadapi fluktuasi harga terutama saat melakukan aktifitas penjualan dalam pemasaran.
Proses pemasaran yang efisien menjadi tujuan utama dari aktifitas pemsaran budidaya rumput laut. Suatu proses pemasaran dikatakan berjalan
dengan efisien apabila terciptanya kepuasan bagi semua pelaku rantai pemasaran baik bagi nelayan sebagai produsen, konsumen dan lembaga pemasaran yang
menghubungkan antara nelayan dengan konsumen dalam hal ini pedagang pengumpul.
Sistem pemasaran yang efisien juga harus dapat membentuk harga pasar yang saling berkaitan dengan perubahan tempat melalui biaya pengangkutan,
dengan perubahan bentuk melalui biaya pengolahan dan dengan perubahan waktu melalui biaya penyimpanan. Dalam konteks ini, analisis sistem rantai nilai sangat
penting untuk meningkatkan akses pasar dan memastikan arus produk yang lebih efisien, serta menjaga agar semua pelaku mendapat manfaat yang proporsional
sesuai dengan kontribusinya.
Perumusan Masalah
Kemampuan produksi Rumput Laut yang tinggi tidak akan berarti apabila tidak didukung oleh sistem pemasaran yang tepat serta struktur rantai nilai yang
efisien. Strategi pemasaran yang tepat akan membuat usaha rumput laut berkembang dan menguntungkan. Akan tetapi realitas yang terjadi, peningkatan
hasil budidaya rumput laut tidak secara signifikan meningkatkan pendapatan nelayan budidaya. Ada beberapa kekurangan dalam rantai nilai rumput laut yang
dapat diperhatikan antara lain misalnya pada aktifitas utama dalam opersional teknologi pengolahan, mengubah rumput laut menjadi produk akhir yang
langsung dapat dikonsumsi, distribusi dan pemasaran ke pelanggan yang didukung informasi, tata kelola dan praktik usaha yang baik dengan perbaikan
berkelanjutan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat disusun perumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah sistem rantai nilai produk rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara saat ini?
2. Bagaimana bentuk strategi pemasaran produk rumput laut yang harus digunakan agar dapat terciptanya proses pemasaran yang efisien?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Mempelajari sistem rantai nilai produk rumput laut di Kabupaten Maluku
Tenggara saat ini. 2. Menganalisis dan menentukan strategi pemasaran produk rumput laut di
Kabupaten Maluku Tenggara agar dapat menciptakan proses pemasaran yang efisien.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan masukan dan evaluasi oleh pemerintah daerah dalam
pengembangan industri budidaya rumput laut yang berkelanjutan guna peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir, terutama pembudidaya.
2. Bahan informasi kepada pembudidaya rumput laut tentang sistem dan strategi pemasaran yang efektif dalam pengembangan usaha budidaya rumput laut.
3. Sebagai acuan penentuan strategi pemasaran yang efisien dalam pengelolaan industri budidaya rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada analisis rantai nilai produksi dan pemasaran rumput laut yang terdiri dari aktifitas utama maupun aktifitas pendukung yang
dikhususkan di desa percontohan di Kabupaten Maluku Tenggara serta alternatif strategi pemasaran yang dapat menciptakan efisiensi sistem pemasaran yang di
dasarkan atas hasil analisis Strenghts, Weaknesses, Opportunities, dan Threats SWOT.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teoritis
1 Rumput laut
Budidaya di laut marikultur yang biasanya digunakan berupa perairan laut yang terlindung, yakni berupa teluk, selat dan shallow sea. Pada daerah
terlindung tersebut
selanjutnya dikaji
aspek aksesibilitas,
legalitas, hidrooseanografi, kualitas air, ekosistem dan sosekbud untuk menduga daya
dukung dan kesesuaian lingkungan untuk marikultur Effendi, 2004. Sirkulasi air banyak dipengaruhi oleh arus akibat pasut air laut. Teluk yang memiliki pasut
laut dengan kisaran yang kecil umumnya memiliki arus laut yang relatif lambat 0,01
– 0,10 mdetik sehingga sirkulasi air di perairan ini relatif kecil. Teluk demikian sering kali sangat subur bahkan terlampau subur eutrofikasi bila
banyak menerima nutrien dari daratan Effendi 2004. Rumput laut seaweed merupakan nama dalam perdagangan nasional
untuk jenis alga yang dipanen dari laut. Dari segi morfologisnya, rumput laut tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar, batang dan daun. Secara
keseluruhan, tumbuhan ini mempunyai bentuk yang mirip. Walaupun sebenarnya berbeda, yaitu berbentuk thallus. Budidaya rumput laut di Indonesia banyak
dilakukan karena memiliki manfaat antara lain: sebagai pupuk organik, bahan baku industri makanan dan kosmetik, sampai obat-obatan Nontji 1993.
Ada beberapa jenis rumput laut yang dianggap potensial. rumput laut potensial yang dimaksud disini adalah jenis-jenis rumput laut yang sudah
diketahui dapat digunakan di berbagai industri sebagai sumber karagin, agar-agar dan alginat. Karaginofit adalah rumput laut yang mengandung bahan utama
polisakarida karagin, agarofit adalah rumput laut yang mengandung bahan utama polisakarida agar-agar keduanya merupakan rumput laut merah Rhodophyceae.
Alginofit adalah rumput laut coklat Phaeophyceae yang mengandung bahanutama polisakarida alginat. Selain itu ada juga jenis alga hijau
Chlorophyceae kebanyakan bermanfaat sebagai makanan manusia, pakan hewan dan obat Atmadja 1989.
Rumput laut di Indonesia sekarang sudah merupakan komoditi ekspor, terlihat dari semakin meningkatnya nilai ekspor terutama jenis Rhodophyceae dan
Chlorophyceae. Potensi ini ditunjang oleh keadaan wilayah perairan dan ketersediaan alami yang cukup banyak serta lahan budidaya yang luas. Di
Indonesia rumput laut yang bernilai ekonomis penting adalah Rhodophyceae, namun Chlorophyceae dan Phaeophyceae juga mempunyai prospek cerah untuk
dikembangkan.
Rumput laut yang mengandung karaginan adalah dari marga Eucheuma. karaginan ada tiga macam, yaitu iota karaginan dikenal dengan tipe spinosum,
kappa karaginan dikenal dengan tipe rumput laut dan lambda karaginan. Eucheuma rumput laut dan Eucheuma spinosum dibudidayakan oleh masyarakat