Tabel 24 Perbandingan analisis nilai tambah nelayan, pedagang pengumpul kecil, pedagang pengumpul skala besar
Analisis Rantai Nilai Rumput Laut Jenis
Kegiatan Nelayan
Pengumpul Kecil
Pengumpul Besar
Biaya Rpkg
Persentase Biaya
Rpkg Persentase
Biaya Rpkg
Persentase Produksi
5505 86.09
6500 86.67
7500 83.33
Operasi 42.33
0.65 400
5.32 600
6.66
Biaya penyusutan
665 9.82
50 0.66
50 0.55
Total Biaya 6212.33
95.57 6950
92.65 8150
90.54
Harga jual 6.500
100 7500
100 9.000
100
Margin
287.67 4.43
550 7.35
850 9.46
Dapat dilihat pada Tabel 24 di sini dari nelayan sampai dengan pedagang pengumpul skala besar mempunyai perbandingan yang berbeda-beda dari hasil
produksi sampai dengan memperoleh nilai tambah.
5 Hasil analisis SWOT
Untuk memperoleh strategi pengembangan pemasaran yang baik, maka perlu dilakukan analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan suatu alternatif dari
pendekatan faktor internal meliputi kekuatan strength dan kelemahan weaknesses serta faktor eksternal yang meliputi peluang opportunities dan
ancaman threats.
5.1 Internal
1. Kekuatan a. Pemanfaatan lahan potensial
b. Memiliki lahan yang potensial dengan luas sebesar: 5.103 Ha, lahan yang dimanfaatkan : 2,373.62 Ha atau 46.51 dan lahan yang belum
dimanfaatkan sebesar : 2,729.38 Ha atau 53.49. c. Kondisi perairan yang subur
Kondisi perairan Kabupaten Maluku Tenggara yang subur dan semi tertutup selat dan teluk serta relative dangkal, bebas polutan, jernih dan
kondisi hidrografi perariran yang mendukung usaha budidaya rumput laut.
d. Program pemerintah yang mendukung pengembangan usaha budidaya rumput laut
Program-program pemerintah berupa kemudahan pengurusan perijinan usaha, ketersediaan sarana prasarana jalan ke sentra
–sentra produksi, bantuan sarana prasarana bagi pembudidaya dan peningkatan kualitas
SDM melalui Pelatihan, Magang dan Pembinaan.
e. Nelayan memiliki motivasi yang tinggi masyarakat khususnya nelayan di Kabupaten Maluku tenggara memilki motivasi diri yang tinggi untuk
berkembang dalam usaha budidaya rumput laut 2. Kelemahan
a. Pengetahuan SDM masih rendah Sumber daya manusia yang belum memadai untuk pengembangan usaha
budidaya rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara b. Keadaan alam
Keadaan alam yang tidak mendukung proses pengolahan budidaya rumput laut pada musim pancaroba sehingga timbul biaya-biaya
tambahan dari setiap pelaku rantai nilai dan juga tidak adanya kesadaran optimal dari masyarakat sekitar untuk menjaga dan melestarikan
kebersihan lingkungan laut.
c. Kurangnya sarana infrastruktur Kurangnya sarana infrastruktur dalam proses pembudidayaan rumput laut
terutama dalam proses produksi dan tenaga professional. d. Keterbatasan modal
Modal memiliki peranan yang sangat penting dalam menjalankan suatu usaha dan modal yang dimiliki seringkali tidak mencukupi untuk
mengoptimalkan budidaya rumput laut
e. Kurangnya kegiatan promosi Promosi merupakan strategi yang sangat penting untuk membuat produk
dapat di pasarkan dengan baik dan optimal, jika promosi yang dilakukan tidak sampai ke konsumen maka produk yang akan di jual tidak akan
bertahan, kurangnya kegiatanpromosi juga menjadi kendala dalam memasuki pasar dn mencari pemasok baru karena untuk memasuki suatu
pasar baru tidak semudah yang di harapkan.
f. Belum adanya arsip pembukuan Dalam urusan keuangan nelayan tidak ada pembukuan karena belum ada
SDM yang dapat menangani secara khusus masalah keuangan dan administrasi sehingga sulit untuk melakukan penilaian kinerja keuangan.
5.2 Eksternal 1. Peluang
a. Pasar rumput laut yang masih terbuka lebar Hal ini merupakan peluang untuk menarik minat masyarakat terhadap
pasar rumput laut sehingga tidak menutup kemungkinan nelayan dapat memenuhi kebutuhan konsumen-konsumen di sekitarnya.
b. Dukungan pemerintah Meskipun dukungan pemerintah masih kecil di rasakan oleh nelayan tetapi
perlahan-lahan dukungan pemerintah sedikit demi sedikit diperlihatkan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan proses
produksi rumput laut, pemerintah juga membantu dengan tersedianya sarana produksi, dukungan pemerintah daerah berupa kemudahan
pengurusan ijin usaha, ketersediaan sarana prasarana jalan ke sentra-sentra produksi, bantuan sarana prasarana bagi pembudidaya dan peningkatan
kualitas SDM melalui pelatihan, magang dan pembinaan.
c. Dukungan dunia usaha dan perbankan Dukungan dunia usaha dan perbankan dalam pemberian kredit ke nelayan
dalam bentuk pinjaman kredit yang disebut sebagai KUR kredit usaha rakyat .
d. Akses sarana transportasi memadai Akses sarana transportasi laut dan darat dari dan ke Kabupaten Maluku
tenggara terbuka bebas dan memadai. e. Spektrum pasar nasional dan internasional
Spektrum pasar yang sngat luas meliputi pangsa pasar nasional dan internasional dalam bentuk produk : rumput laut basah, kering dan olahan
rumput laut dalam skala industri kecil dan menegah seperti sirup, dodol, permen kerupuk dll.
f. Memiliki peluang investasi Memiliki peluang investasi pengembangan bisnis rumput laut dalam
bentuk skala rumah tangga dalam bentuk home industri dan industri pabrik pengolahan skala kecil dan menegah dengan pola kemitraan.
g. Adanya loyalitas pelanggan Meskipun masih memiliki sedikit pasar dalam memasarkan produknya
namun terdapat pelanggan yang setia membeli produk yang ditawarkan, hal ini dapat di jadikan peluang agar selalu menjaga mutu dari rumput laut
sesuai selera dan menjaga kepercayaan yang diberikan.
2. Ancaman a. Hama dan penyakit yang menyerang
Salah satu penyebab nelayan merasa takut gagal dalam menjalankan usaha rumput laut adanya serangan hama dan penyakit yaitu penyakit ice-ice
yang di tandai dengan warna putih pucat, dan tindakan pencegahan yang dilakukan nelayan masih sangat minim karena hanya membersikan rumput
laut dari kotoran-kotoran yang menempel.
b. Fluktuasi harga penjualan yang tidak menentu Fluktuasi harga penjualan yang tidak menentu di akibatkan karena tidak
adanya pengawasan dari pemerintah yang mengakibatkan adanya penentuan harga sepihak ke nelayan.
c. Belum adanya lembaga yang mengawasi kualitas mutu Belum adanya lembaga di kabupaten Maluku tenggara yang dapat
mengawasi kualitas dan mutu baku dari hasil budidaya rumput laut. d. Tidak adanya kegiatan yang bersifat kontinue
Tidak adanya kegiatan yang bersifat continue dan merata dari pemerintah dalam meningkatkan sumber daya manusia.
e. Kurang adanya kerjasama dengan perusahaan pengolahan Kurang adanya peningkatan kerjasama dengan perusahaan pengolahan.
f. Iklim dan cuaca yang tidak menentu Iklim dan cuaca yang tidak menentu menjadi ancaman dalam menjalankan
usaha budidaya rumput laut misalnya pada pergantian musim yang dapat mengakibatkan serangan hama dan penyakit sehingga nelayan harus
paham benar apa yang harus dilakukan jika iklim dan cuaca tidak menentu ini sehingga gagal panen dapat di antisipasi.
5.3 Matriks internal dan eksternal
Proses dari berbagai strategi pengembangan dapat menentukan prioritas strategi. Untuk menetapkannya perlu dibuat matriks Internal dan matriks
Eksternal dari strategi pemasaran rumput laut hasil analisis matriks IFE dapat disajikan pada Tabel 25.
Tabel 25 Hasil analisis matriks IFE
Faktor Internal
Bobot A
Rating B
Skor AxB
I. KEKUATAN
A. Pemanfaatan lahan yang potensial
0.091 4
0.363
B. Kondisi peraiaran yang subur
0.100 4
0.400
C. Program pemerintah yang mendukung program pengembangan budidaya rumput
laut
0.107 4
0.430
D. Nelayan memiliki motivasi yang tinggi
0.111 4
0.444
II. KELEMAHAN
E. Pengetahuan SDM yang masih rendah
0.122 1.333
0.163
F. Keadaan alam yang tidak mendukung proses pengolahan
0.089 2
0.178
G. Kurangnya sarana infrastruktur
0.107 2
0.214
H. Keterbatasan Modal
0.115 1
0.115
I. Kurangnya kegiatan promosi
0.094 1.667
0.157
J. Belum adanya arsip pembukuan
0.063 0.167
0.010
TOTAL
1.000 2.474
Sumber : Data diolah 2013
Tabel 26 Hasil analisis matriks EFE
Faktor Eksternal Bobot
A Rating
B Skor
AxB
1. PELUANG
A. Pasar rumput laut dalam negeri masih terbuka 0.065
4 0.261
B. Dukungan pemerintah
0.074 3.667
0.270
C. Dukungan dunia usaha dan perbankan 0.069
3 0.208
D. Akses sarana transportasi yang memadai 0.080
3 0.240
E. Spektrum pasar nasional dan internasional 0.073
3.333 0.242
F. Memiliki peluang investasi
0.080 3.333
0.267
G. Adanya loyalitas pelanggan 0.075
3 0.224
2. ANCAMAN
H. Hama dan penyakit yang menyerang 0.090
2 0.18
I. Fluktuasi harga penjualan 0.079
2 0.158
J. Belum adanya lembaga yang mengawasi kualitas
mutu
0.085 1.667
0.142
K. Tidak adanya kegiatan yang bersifat kontinu 0.058
1.667 0.096
L. Kurang adanya kerja sama dengan perusahaan
pengelolah
0.076 2
0.152
M. Iklim dan cuaca yang tidak Menentu
0.096 2
0.192
TOTAL
1.000 2.634
Sumber : Data diolah 2013
Setelah skor akhir diperoleh, langkah selanjutnya adalah memasukkan angka tersebut ke dalam Matrik Internal Eksternal untuk menentukan posisi
perusahaan. Apabila posisi sudah diketahui, maka penyusunan formulasi strategi dapat segera dilakukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 13.
Pemetaan hasil Matrix IE Kuat Sedang Lemah
3,0 – 4,0 2,0 – 2,99 1,0 – 1,99
Tinggi 4,0
3,0 2.474 2,0 1,0
3,0 – 4,0
Sedang 3,0 2,0-2,99
2.634
2,0 Rendah 1,0
– 1,99
1,0 Gambar 13 Hasil matrix IE
Berdasarkan hasil analisis internal diperoleh skor tertimbang 2.474 sedangkan dari hasil analisis eksternal diperoleh skor tertimbang 2.634. Maka
gabungan dari faktor internal dan faktor eksternal Tabel IFE dan EFE tersebut memperlihatkan posisi obyek yang sedang diteliti yaitu berada pada ruang V yaitu
stabilitas menjaga dan mempertahankan. Strategi yang layak ditawarkan untuk posisi stabil tersebut yaitu para nelayan dapat melakukan kegiatan penetrasi pasar
dan langkah penyempurnaan strategi pengembangan produknya untuk mempertahankan dan memelihara kinerja yang sudah dicapai.
5.4 Formulasi Strategi
Dalam merumuskan dan menetapkan alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh nelayan, maka terlebih dahulu dibuat matriks SWOT sebagaimana
terlihat pada Tabel 27. I
II III
IV V
VI
VII VIII
IX
Tabel 27 Matrix SWOT Faktor
– factor Kekuatan
S Kelemahan
W Internal
Eksternal
1. Ketersediaan lahan yang potensial
2. Kondisi perairan yang subur 3. Dukungan pemerintah
4. Nelayan memiliki motivasi yang tinggi
1. SDM yang belum memadai 2. Iklim dan cuaca yang tidak
menentu 3. Kurangnya sarana infrastruktur
4. Keterbatasan modal 5. Kurangnya kegiatan promosi
6.Kurang adanya kerjasama dengan
perusahaan pengelolah PELUANG O
1.Pengembangan rumput laut dalam negeri masih terbuka
lebar 2. Program pemerintah yang
mendukung pengembangan usaha budidaya rumput laut
3.Dukungan dunia usaha dan perbankan
4.Akses sarana transportasi memadai
5.Spectrum pasar
yang nasional dan internasional
6.Memiliki peluang investasi 7.Adanya loyalitas pelanggan
STRATEGI SO 1.Memberdayakan
nelayan dalam
program budidaya
rumput laut pada lahan yang ada S1,S2,O1
2.Memanfaatkan pendanaan yang tersedia
untuk mengembangkan
budidaya rumput laut dan ketrampilan
nelayan S2,O2,O3 3.Memperluas jaringan distribusi
untuk memasuki pasar guna mendapatkan konsumen serta
membuat program loyalitas pelanggan S4,O4,O5,O6,O7
STRATEGIWO 1. Mengikutsertakan
nelayan dalam
program pengembangan
dan ketrampilan serta melakukan
pelatihan manajemen
keuangan dan strategi bisnis serta
pengadministrasian dengan melakukan kerjasama
secara intensif
dalam peningkatan
SDM dan
pinjaman modal
W1,W2,W3,O1,O2,O3 2. Meningkatkan dan melakukan
promosi secara continue untuk mendapatkan
pasar dan
loyalitas pelangganW4,W5,W6,O4,O5
,O6,O7 ANCAMAN T
1. Hama dan penyakit yang menyerang
2. Fluktuasi harga penjualan yang tidak menentu
3. Belum adanya lembaga yang mengawasi kualitas
mutu 4. Tidak
adanya kegiatan
yang bersifat kontinu 5. Belum
adanya arsip
pembukuan 6. Keadaan alam yang tidak
mendukung proses
pengolahan STRATEGI ST
1. Melakukan dan merencanakan pola tanaman yang baik untuk
menghadapi hama
yang menyerang
dan dapat
memanfaatkan harga
yang kompetitif S1,S2,S4,T1,T2,T6
2. Bekerjasama dengan pemerintah dan swasta untuk memanfaatkan
infrastruktur pengolahan dan sarana promosi S3,T3,T4,T5
STRATEGI WT 1.
Meningkatkan pengetahuan
SDM untuk
mengatasi serangan
hama penyakit dan cuaca yang tidak
menentu W1,T1,T6 2.
Menjamin usaha budidaya rumput laut yang layak financial
dan menbangun
jaringan kerjasama dengan perusahan lain
serta melakukan
kegiatan pelatihan
yang continue
W2,W3,W4.W5,W6,T2,T3,T4,T 5
Berdasarkan matriks SWOT di atas maka dapat diambil 9 alternatif strategi adalah sebagaimana terurai sebagai berikut:
1. Alternatif strategi pertama – strategi SO
Strategi ini merupakan kombinasi antara menggunakan kekuatan internal dan memanfaatkan peluang yaitu terdiri dari:
a. Nelayan budidaya rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara pada kekuatan memiliki lahan yang potensial dan memilki kondisi perairan
yang subur dimana pemasaran rumput laut dalam negeri masih terbuka lebar sehingga para nelayan sebaiknya diberikan pelatihan-pelatihan
dalam program budidaya rumput laut agar lahan dan koindisi perairan dapat di manfaatkan, jaringan distribusi merupakan strategi yang baik
untuk memanfaatkan pasar rumput laut yang masih terbuka lebar untuk mendapatkan konsumen baru.
b. Nelayan membutuhkan dukungan pemerintah dan mengharapkan agar program pemerintah dapat mendukung pengembangan usaha budidaya
rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara dengan memanfaatkan pendanaan yang tersedia untuk mengembangkan budidaya rumput laut
dengan ketrampilan nelayan.
c. Nelayan budidaya rumput laut memiliki motivasi yang tinggi yang didukung dengan akses sarana transportasi yang memadai serta spektrum
pasar yang luas sehingga dapat mempertahankan loyalitas pelanggan serta memiliki peluang untuk berinvestasi dimasa mendatang serta
jaringan distribusi merupakan strategi yang baik untuk memanfaatkan pasar rumput laut yang masih terbuka lebar untuk mendapatkan
konsumen baru.
2. Alternatif strategi kedua – strategi WO
Strategi ini bertujuan untuk meminimalkan, atau memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil manfaat dari peluang eksternal.
a. Untuk mengembangkan usaha budidaya rumput laut diperlukan manajemen pembukuan keuangan yang baik untuk dapat melakukan
evaluasi, perencanaan dan pengadministrasian usaha, selain manajemen pembukuan keuangan, pengetahuan SDM yang memadai, modal yang
tersedia dapat juga dilakukan dengan memanfaatkan program pelatihan dan pembinaan yang diadakan oleh dinas-dinas terkait.
b. Dalam memasarkan produknya belum dilakukan secara optimal oleh karena itu perlu adanya peningkatan kegiatan promosi agar konsumen
yang belum mengenal atau mengetahui sebelumnya dapat mengakses melalui media internet karena dapat menjangkau ke masyarakat luas.
3.Alternatif strategi ketiga – strategi ST
Strategi ini diciptakan dengan menggunakan kekuatan untuk menghindari, atau mengatasi dampak ancaman eksternal, yaitu antara lain :
a. Serangan hama dan penyakit datang pada saat tertentu, seperti pada musim panas tanaman akan sering terkena hama dan penyakit, sehingga nelayan
dituntut untuk dapat mengatasi ancaman tersebut. Salah satunya dengan cara perencanaan pola tanam yang baik di setiap awal musim tanam
membangun kerjasama dengan perusahaan lain untuk memperluas pasar, transportasi, dan menghadapi persaingan. Ancaman eksternal yang muncul
dan senantiasa merongrong bisnis akan mudah teratasi jika dilakukan penggabungan kekuatan dari pelaku bisnis sejenis. Penggabungan
kekuatan dimaksud adalah dilakukannya kerjasama antara koperasi atau pelaku bisnis sejenis sehingga persaingan dapat teratasi, perluasan pasar
dapat diwujudkan, biaya transportasi akan dapat direduksi sehingga menjadisehingga dapat mengatasi ancaman-ancaman yang ada lebih ringan
dan kondisi lainnya yang tidak menciptakan kondisi bisnis yang lebih sulit dibandingkan sebelumnya.
b. Dengan adanya kerjasama pemerintah dan swasta untuk memanfaatkan infrastruktur pengolahan dan sarana promosi pengembangan budidaya
rumput laut di kabupaten Maluku tenggara, masyarakat maupun pemerintah seyogyanya terlibat dalam upaya pengembangan produk
unggulan dengan meningkatkan SDM sebagai aspek fundamental sehingga dapat mengatasi ancaman-ancaman yang ada
4.Strategi keempat – strategi WT
Strategi ini diciptakan untuk meminimalkan kelemahan dan menghindari ancamanyaitu antara lain adalah sebagai berikut:
a. Dalam menghadapi ancaman serangan hama dan penyakit serta iklim yang tidak menentu maka nelayan harus memiliki pengetahuan yang memadai
sehingga dapat melakukan pencegahannya. b. Dalam usaha menjamin usaha budidaya rumput laut yang layak secara
financial, perlu
terus dilakukan
upaya pemberdayaan
nelayan pembudidaya sehingga dapat melaksanakan intensifikasi usaha dengan
secara baik. Pemberdayaan nelayan pembudidaya dapat dilaksanakan melalui peningkatan kualitas SDM maupun bantuan-bantuan permodalan
yang disediakan serta membangun kerjasama dengan perusahaan pengelolah lain dan juga dapat melakukan pelatihan-pelatihan yang
diselenggarakan pemerintah sehingga diharapkan dapat saling melengkapi antara satu dengan lainnya dan dapat mengatasi ancaman tersebut.
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Nelayan pembudidaya sebagai pelaku pada sub sistem operasional dalam aktifitas utama value chain system rumput laut memiliki pengalaman kerja rata-
rata 2 tahun dan pengetahuan yang sederhana dalam mengatasi dan menghindari kerugian yang terjadi serta proses pengolahan maupun proses
pemeliharaan akibat keadaan alam dan kurangnya pengetahuan formal tentang budidaya rumput laut yang baik. Bagian sub sistem pemasaran dan penjualan
memiliki rantai tataniaga yang belum memiliki kinerja yang baik karena adanya penentuan harga secara sepihak oleh pedagang pengumpul lokal skala
kecil kepada nelayan pembudidaya, begitu pula dengan investasi pasar yang belum dapat dijangkau oleh pemerintah daerah. Adanya program
pengembangan sektor produk unggulan oleh pemerintah daerah dengan bantuan-bantuan materil serta pengembangan sumber daya manusia tidak
berkesinambungan belum diimbangi dengan infrastruktur yang memadai dalam mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang sangat potensial.
2. Hasil analisis SWOT diperoleh analisis internal skor tertimbang 2.474 sedangkan dari hasil analisis eksternal diperoleh skor tertimbang 2.634.
Gabungan dari faktor internal dan faktor eksternal tersebut memperlihatkan posisi obyek yang sedang diteliti berada pada ruang V yaitu stabilitas menjaga
dan mempertahankan. Strategi yang layak ditawarkan untuk posisi stabil tersebut yaitu para nelayan dapat melakukan kegiatan penetrasi pasar dan
langkah
penyempurnaan strategi
pengembangan produknya
untuk mempertahankan dan memelihara kinerja yang sudah dicapai.
Saran
Saran yang dapat disampaikan bagi pengembangan budidaya rumput laut adalah sebagai berikut:
1. Untuk mewujudkan usaha budidaya rumput laut yang berkelanjutan perlu dilakukan penataan terhadap rantai tataniaga dan tidak beraturan, yang tidak
sesuai dengan norma industri dan keefisienan pasar. Penataan budidaya rumput laut perlu memiliki legalitas yang kuat agar tidak memberi peluang
timbulnya konflik melihat semakin meningkatnya pembudidaya rumput laut dalam 4 tahun terakhir ini.
2. Strategi pemasaran budidaya rumput laut yang memperhatikan peluang dan kekuatan internal dari value chain system dengan program strategis
pengembangan rumput laut misalnya: a Pengembangan teknologi melalui kerja sama dengan institusi litbang dan
perguruan tinggi dalam hal pengadaan mesinperalatan teknologi terapan
dan ahli teknologi yang spesifik untuk pengolahan rumput laut contohnya teknologi dari luar negeri seperti Perancis
b Fasilitasi pendidikan melalui pelatihan dan seminarworkshop dalam rangka peningkatan pengetahuan, keahlian dan teknologi SDM untuk
mendukung industri pengolahan. c Perlu adanya strategi pengembangan usaha rumput laut ke depan dari hulu
ke hilir sebagai upaya mengontrol kualitas produk, mengoptimalkan nilai tambah produk, mengeliminasi intervensi harga dari luar, memberi peran
kepada stakeholder secara proporsional dan membantu pemerintah daerah di dalam mengembangkan produk unggulan daerah.
d Memfasilitasi kemitraan antara pembudidaya dengan investor terhadap akses teknologi, pasar dan modal dan penjaminan kualitas rumput laut
dengan mengembangkan laboratorium pengujian.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, Liviawaty. 1993. Budidaya Rumput Laut dan Cara Pengolahannya. Jakarta ID: Bhratara.
Ahmed N U, Sushil KS. 2008. Poters Value Chain Model of the Internet for Environmental Gains. [Internet]. [diunduh 2012 Mei 16] tersedia pada:
http:www.knowledgeboard.comdownload3026ijed_3_3_200. Aimin W, Li Shunxi. 2011. A Model of Value Chain Managemen Based on
Customer Relationship Management [Internet]. [diunduh 2012 April 7]. Terdapat pada: http:www.research2008.uct.ac.zapdfsResearch2008.
Aslan L M.1998. Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta ID : Kanisius. Aslaam NM. 2011. Pengembangan Pelabuhan: Faktor Kompetitif dalam rantai
Nilai. [Internet].
[diunduh 2012
Mei 10]
Tersedia pada:
http:www.globalreseach.com.myjournalmanagement_vol2no1
.
Atmaja W S. 1989. Potensi Alga Laut Sebagai Sumber Obat-obatan. Makalah disampaikan pada seminar nasional obat dan pangan kesehatan 26-27 Juni.
Jakarta ID. [Bappeda] Badan Perencanaan dan Pendapatan Daerah Malra. 2011. Kabupaten
Maluku Tenggara. [BPS] Badan Pusat Statistik Malra. 2011. Kabupaten Maluku Tenggara.
Cahyani. 2006. Analisis Rantai Nilai dan Determinan Keunggulan Kompetitif Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Bogor [Tesis] Bogor ID: Institut
Pertanian Bogor. Clarke K J, Flanagan, Neill SO. 2010. Value chain of Accounting information,
Reposised of Knowledge Accounting. [Internet]. [diunduh 2012 Mei 16] tersedia pada: http:www.forda-mof.orgjurnal.php?kategori=27
.
Dahuri R J dan Rais SP, Ginting dan Sitepu MJ. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta ID: Pradya
Paramita. David FR. 2009. Manajemen Strategis: Konsep-konsep. Edisi Kesembilan. Jakarta
ID: PT Indeks Kelompok gramedia _p278. [DKP] Departemen Kelutan Perikanan. 2010. [internet]. [diunduh 2012 April 12]
tersedia pada: http:www.dkp.go.idbrs_filepdb. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Malra. 2011. Kabupaten Maluku Tenggara.