Tabel 15 Pertumbuhan sektoral di Kabupaten Maluku Tenggara.
Sektoral Kontribusi
1. Pertanian
2. Perdagangan:
o
Hotel dan Restoran
o
Perdagangan besar dan eceran 3.
Jasa: 4.
Subsektor pemerintahan umum 5.
Angkutan dan komunikasi
39.39 33.63
33.45 16.72
3.80
6. Keuangan, Persewaan dan Jasa
perusahaan. 7.
Sektor lainnya 8.
Sektor industri pengolahan
2.88 3.57
0.24 Sumber : Bappeda Kabupaten Maluku Tenggara 2011
1.5 Lokasi pengembangan dan komoditi budidaya rumput laut di Kabupaten
Maluku Tenggara
Potensi  sektor  kelautan  dan  perikanan  Maluku  Tenggara  yang  besar  jika dikelola  dengan  sebaik-baiknya  diperkirakan  di  masa  datang  akan  memberikan
kontribusi  yang  sangat  besar  bagi  pertumbuhan  ekonomi  dan  peningkatan kesejahteraan  rakyat.  Secara  umum  di  Kabupaten  Maluku  Tenggara  memiliki
penentuan  kompetensi  inti  industri  tahun  2010    yang  diuraikan  dalam  lima komoditas  unggulan    yakni:  Umbi-umbian,  kelapa,  ikan  laut,  rumput  laut  dan
mutiara dengan  dua produk  unggulan diantaranya:  rumput laut dan  mutiara  yang difokuskan kepada produk rumput laut.
Rumput  laut  sebagai  salah  satu  komoditas  ekspor  merupakan  bagian  dari sumber devisa bagi daerah  dan budidayanya sebagai sumber pendapatan nelayan,
dapat menyerap tenaga kerja, serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di Kabupaten Maluku Tenggara  yang sangat potensial.
Perkembangan industri rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara sangat pesat  ditandai  dengan  meningkatnya  suplai  bahan  baku,  yang  saat  ini  mencapai
1200-1500  Ton.    Budidaya  rumput  laut  hasil  produksi  nelayan  desa  Sathean permusim panen setiap 45 hari tambah penjemuran dua bulan sekali panen rata-
rata adalah: 100 – 150 Ton dan  terdapat  6-7 kali panen, sementara harga rumput
laut  kering  di  jual  dengan  harga:  Rp.  7000 –  10.000  perkilogram.    Untuk  Desa
Letvuan rata-rata 80 Ton permusim tanam.  Daerah pengembangan dan komoditi budidaya  di  Kabupaten  Maluku  Tenggara  yang  potensial  untuk  dikembangkan
disajikan pada Tabel 16.
Secara  umum  daerah  yang  paling  potensial  untuk  dikembangkan  sebagai kawasan  budidaya  adalah  kecamatan  Kei  Kecil,  karena  perairan  di  wilayah  ini
memenuhi  persyaratan  budidaya  laut.    Sedang  kecamatan  Kei  Besar,  luasan daerah terlindung dari pengaruh perubahan iklim terbatas sehingga kawasan yang
cocok  untuk  budidaya  hanya  di  sekitar  Teluk  Elat,  Teluk  Ngafan  dan  Teluk Wairat.
Tabel 16   Lokasi pengembangan  komoditi budidaya yang  dikembangkan di Kabupaten  Maluku Tenggara.
No. Nama Desa
Kecamatan Luas Lahan
Ha Jumlah
nelayan org
Peruntukan  Pemanfaatan Ha
Keterangan
1.
Kec. Kei Kecil: Sathean
Letvuan Kelanit
Letman P. Nai
Rewav 343.500
300 66
383.3 573.5
375 139
150 53
101 100
50 1, 2, 3, 4
1 1, 3
1, 2, 3 1, 3
1 288.21
225 18.78
383.3 229.4
130
1.  Long Line Rumput Laut
2.  Long Line Mutiara
3.  Keramba Apung
Kakap Kerapu
4.
Keramba Tancap
Molusca Teripang
.
2. Kec. Kei Kecil
Timur: Wain
225.6 60
1, 2, 3 78, 01
1.  Long Line Rumput Laut
2.  Long Line Mutiara
3.  Keramba Apung Kakap
Kerapu
4.
Keramba Tancap
Molusca Teripang
3.   Kec. Kei Kecil
Barat: Warbal
P. Tanimbar Kei Wab
Ur Pulau 725.250
125 575
600
120 90
150 170
1, 2 1, 2
1, 2 1, 2
218 75
250 450
4. Kec. Kei Besar:
Elat Waer
P. Ohoiwa P. Manir
P. Tarwa 50
211.36 929.300
306.300 377
100 50
350 107
100 1, 2, 3
1, 2, 3 1, 2, 3
1, 2, 3 1, 2, 3
10 1
668.67 80
140
5.
Kec. Kei Besar Selatan:
Ohoiraut Rahareng
Sungai Ngafan 129.8
144.23 58.4
80 130
200 1, 2, 3
1, 2, 3 1, 2, 3
0.5 15
20
6. Kec. Kei Besar
Utara Timur: Nerong
40 130
1, 2 12.3
Sumber :DKP Kabupaten Maluku Tenggara 2010
1.6 Produksi rumput laut
Peningkatan yang relatif ditunjukan oleh hasil produksi rumput laut secara umum  di  Kabupaten  Maluku  Tenggara.    Beberapa  aspek  pendukung  produksi
rumput laut masih belum memadai sehingga belum mencapai tingkat optimal pada tujuan  pengembangan  kesejahteraan  masyarakat.    Dalam  Tabel  15  dapat  dilihat
hasil produksi  rumput laut  di  Kabupaten Maluku Tenggara pada kondisi  4 tahun
terakhir.  Upaya  pemanfaatan  secara  terpadu  berarti  dengan  mempertimbangkan berbagai keselarasan dengan aktivitas ekonomi lainnya yang sudah ada.
Optimal  berarti  pemanfaatan  potensi  lahan  yang  ada  harus  sesuai  dengan daya dukung lingkungan, sehingga usaha budidaya laut yang dikembangkan dapat
dikembangkan  dalam  jangka  panjang  berkelanjutan.    Kondisi  parameter lingkungan merupakan kriteria utama dalam penilaian kesesuaian lahan budidaya
ikan  kerapu  dan  budidaya  rumput  laut,  disamping  aspek  lainnya  seperti  aspek sosial dan ekonomi masyarakat.
Tabel 17 Produksi komoditas budidaya Kabupaten Maluku Tenggara
Komoditi Tahun
Produksi Volume ton
Nilai Rp Rumput Laut
2007 44.1
220,500.000,- 2008
381.12 3,811.200.000,-
2009 3,285
32,850.000.000,- 2010
4,872.9 48,729.091.250,-
Kerapu
2007 12.940
1,682.200.000,- 2008
10.265 1,334.450.000,-
2009 8.4
1,444.800.000,- 2010
11.695 1,520.350.000,-
Siput Mutiara
2007 445.662
4,456.620.000,- 2008
528.700 5,287.000.000,-
2009 473.04
4,730.400.000,- 2010
41.116 411,160.000,-
Mutiara
2007 0.112
4,456.620.000,- 2008
0.11804 5,287.000.000,-
2009 0.10036
2,500.000.000,- 2010
- -
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara tahun 2010
2 Pemetaan pelaku dalam value chain system budidaya rumput laut
2.1 Nelayan budidaya rumput laut di Maluku Tenggara
Potensi lahan budidaya Kabupaten Maluku Tenggara seluas 10.900,76 Ha, saat  ini  telah  banyak  dimanfaatkan  untuk  kegiatan  budidaya  oleh  masyarakat
yakni  budidaya  rumput  laut,  kerapu  dan  teripang.    Di  Kabupaten    Maluku Tenggara,  seiring  dengan  upaya  peningkatan  kontribusi  perikanan  budidaya  bagi
peningkatan  produksi  dan  kesejahteraan  masyarakat  maka  perkembangan  jumlah pembudidaya,  rumah  tangga  produksi  budidaya  dan  kelompok  budidaya  terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.