Nelayan Pembudidaya Instansi Pemerintah Kabupaten
maksimal karena ada faktor-faktor penghambat. Sedangkan pada desa Sathean pernah dilakukan ekspor langsung ke Negara China pada Tahun 2000 dengan
jumlah 1000 ton rumput laut kering dalam 1 bulan, namun saat ini tidak lagi melakukan ekspor langsung karena kurangnya biaya serta transportasi dan harga
pasar yang tidak tetap dengan kurangnya dukungan dari pemerintah. 2.4 Pemerintah daerah dan dinas terkait
Dengan melihat peluang usaha serta income yang dihasilkan oleh budidaya rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara, maka pemerintah daerah
mengupayakan program-program pembudidayaan rumput laut dalam hal ini instansi terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikanan yang bekerja sama dengan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam rencana pembangunan jangka menengah diantaranya rencana pengembangan rumput laut 3 zona di Kabupaten
Maluku Tenggara.
Adanya rencana kerja seperti ini maka secara langsung dapat membantu pembudidaya rumput laut untuk lebih meningkatkan pengolahan produk
unggulan. Pemerintah juga telah memberikan bantuan dana dalam bentuk KUR atau kredit usaha rakyat yang telah memudahkan proses usaha budidaya yang ada
pada desa percontohan maupun desa-desa pengembangan rumput laut di daerah ini. Dari hasil penelitian ini ditemukan juga ada beberapa kegiatan dalam rangka
mengembangkan produksi rumput laut yang berasal dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Maluku Tenggara dirangkai dalam beberapa rencana aksi
yang telah dikerjakan dalam betuk kegiatan dan pelaksanaan kegiatan. 3
Struktur Value Chain System Budidaya Rumput Laut 3.1
Aktivitas Utama
Aktifitas utama dari struktur value chain system budidaya rumput laut diantaranya:
A.Logistik kedalam Pemerintah daerah telah memberikan bibit unggul yang berasal dari kebun
bibit untuk meningkatkan produksi dan produktivitas usaha budidaya namun jumlahnya masih terbatas, namum dari hasil wawancara serta pengisian questioner
kepada 6 orang pembibit yang di bagi 3 untuk tiap desa, 5 dari 6 orang menyatakan bahwa bibit yang didapat berasal dari nelayan budidaya itu sendiri.
benih rumput laut yang berasal dari hasil pembibitan sendiri ini juga secara langsung telah menekan biaya pengeluaran dari modal usaha nelayan
pembudidaya untuk membeli bibit dengan harga per kg sebesar Rp 1000,-.
B.Operasi 1. Pengolahan
Proses awal dari pengolahan budidaya rumput laut ini menggunakan metode long line system yaitu metode lepas dasar dengan menggunakan tali
rawai, dilakukan dengan menanam bibit rumput laut pada bentangan tali yang terendam dan terletak disekitar permukaan air laut. Dengan perlengkapan yang
telah disediakan maka, rata-rata lahan yang diolah sekitar ½ hektar mulai dibentangkan dengan tali utama dibentangkan sepanjang 25 m x 25 m dengan
setiap ujungnya dipasangkan pelampung besar. Tali ini berfungsi sebagai tempat mengikat tali-tali ris, dan juga sebagai batas kepemilikan lahan budidaya seorang
petani. Tali-tali ris dibentangkan tegak lurus pada tali utama serta padanya diikatkan pelampung-pelampung kecil berjarak antara 1
– 2 m agar tanaman dapat berada disekitar permukaan air dengan jarak minimal 30 cm dari dari permukaan
laut. Pada tali ris tersebut diikatkan bibit rumput laut oleh tali rafia dengan jarak antara simpul ikatan 25 cm.
2.Pemeliharaan
Tanaman budidaya rumput laut dipelihara selama 30 – 60 hari tergantung
beberapa faktor yaitu: 1 umur benih; untuk umur benih berumur sekitar 20 hari diperlukan waktu pemeliharaan antara 40
– 60 hari, sedangkan benih berumur sekitar 30 hari umumnya memerlukan waktu antara 30
– 40 hari, 2 kebutuhan nelayan akan uang dan harga jual rumput laut 3 musim yang diperkirakan akan
berganti sehingga dikhawatirkan adanya serangan penyakit pada musim kemarau atau hasil panen dikhawatirkan tidak sempat dijemur pada saat musim hujan tiba,
serta, 4 sarana pengangkutan dan penjemuran yang terbatas sehingga panen tidak dapat dilakukan seluruhnya. Selama masa pemeliharaan, nelayan melakukan
kegiatan-kegiatan pengontrolan dengan menggunakan perahu sampan bertenaga manusia perahu dayung atau bertenaga motor. Kegiatan pemeliharaan rata-rata
dilakukan 2
– 3 kali dalam seminggu, umumnya dapat dikerjakan oleh nelayan serta tenaga kerja secara bergantian. Masa pemeliharaan rumput laut dari awal
tanam sampai panen selama 2 bulan. 3.Pemanenan dan pasca panen
Pemanenan hasil cara lama memang lebih memudahkan nelayan dalam pengadaan bibit sehngga mengurangi biaya yang seharusnya dikeluarkan bagi
pekerjaan pengikatan atau penanaman benih ke tali ris yang bagi nelayan cukup berarti besarnya. Produktivitas usaha budidaya rumput laut seorang nelayan
selain ditentukan oleh biologis dan alam, secara praktis dapat ditentukan berdasarkan panjang tali ris yang dipergunakannya.
4.Pengawasan dan pengendalian mutu
Dari hasil observasi daerah penelitian ditemukan adanya teknologi pengeringan atau pengolahan relatif tradisional sehingga mempengaruhi mutu
produk rumput laut kering. Pengukuran kadar air yang belum tepat karena belum adanya fasilitas yang memadai.
C. Logistik keluar Dari hasil pengeringan hasil budidaya rumput laut selama 30-60 hari,
maka dilakukan pengumpulan hasil dan penggudangan oleh nelayan pengolah rumput laut. Biasanya nelayan langsung menghubungi pedagang pengumpul skala
kecil yang berada satu desa untuk menjual hasil budidaya dan karena jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh maka biaya untuk transportasi tidak diperlukan karena
hanya menggunakan tenaga manusia untuk memindahkan rumput laut dari penggudangan ke pembeli yang dalam hal ini pedagang pengumpul skala kecil.
Rata-rata hasil yang dijual berkisar antara 5- 10 ton per nelayan pembudidaya.