Budidaya Lebah Madu Regional Development Plan Based on Beekeeping Activity in Cianjur Regency

9 Informasi Geografis di Kabupaten Karo Sumatera Utara. Faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan lokasi tersebut adalah penutupan lahan, kemiringan lereng, ketinggian tempat, jarak dari pemukiman dan jarak dari sungai. Metode yang digunakan adalah weighted overlay. Penelitiannya hanya sebatas penentuan lokasi yang berpotensi untuk budidaya lebah madu tanpa memperhatikan kesesuaian jenis sumber pakan lebah yang akan dikembangkan untuk menunjang budidaya.

2.2 Syarat Lokasi Perlebahan

Menurut Latifah 2011, syarat lokasi perlebahahan terdiri atas : a Tutupan Lahan Sumber pakan lebah adalah bunga-bungaan dari tanaman pertanian, perkebunan ataupun tanaman kehutanan. Dengan demikian, sebaiknya kegiatan budidaya lebah madu dilakukan di sekitar lahan pertanian, perkebunan atau tanaman kehutanan. Lebah bisa juga diternakkan di lahan agroforestri. b Ketinggian Tempat Wilayah subtropis Indonesia sangat ideal untuk mengembangbiakkan dan membudidayakan lebah, karena rata-rata suhu udaranya 26 o C-35 o C. Dataran yang ketinggiannya di atas 1000 meter dari permukaan laut kurang cocok untuk budidaya lebah, karena suhu udaranya dibawah 15 o C. Hal ini akan menyebabkan lebah malas keluar sarang dan memilih bermain-main di dalam sarang, yang akan mengakibatkan kekurangan bahan makanan karena lebah pekerja enggan mencari nektar dan tepung sari. Lokasi yang cocok untuk beternak lebah madu ini adalah di lereng pegunungan atau dataran tinggi yang bersuhu normal diatas 25 o C. Tidak semua jenis lebah bisa hidup pada berbagai ketinggian, hal ini erat kaitannya dengan suhu dan sumber pakannya. c Kemiringan lereng Kemiringan lereng suatu tempat mempengaruhi keberadaaan lebah. Semakin tinggi kemiringan lereng, maka kelembaban juga semakin tinggi, tetapi lebah menghendaki tempat yang tidak terlalu lembab dan tidak terlalu kering. Lebah mampu menciptakan kondisi lembab di sekitarnya apabila air di daerah tersebut tersedia dan cuaca mendukung. Kondisi yang terlalu lembab bisa mengakibatkan timbulnya bakteri maupun jamur di sekitar sarang yang dapat berakibat terhadap pembusukan telur dan berkurangnya kesehatan lebah. Bina Apiari 2010 dalam Latifah 2011. Kemiringan lereng tempat yang cocok untuk ternak lebah madu adalah kemiringan lereng pada kelas yang sedang, yaitu 15 - 25 . d Jarak dari Sungai Lokasi peternakan lebah tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin karena dapat mempengaruhi produksi madu. Jarak antarstup hendaknya paling sedikit dua meter. Jarak lokasi dengan sumber air sungai minimal 200-300 meter agar memudahkan lebah menyejukkan sarangnya di musim kemarau Tim Karya Tani Mandiri 2010. 10 e Jarak dari Pemukiman Kegiatan manusia yang tak lepas dari polusi dan pencemaran sebaiknya dijauhkan dari stup-stup tempat lebah berada. Lebah yang berada di tempat yang banyak terjadi polusi, akan menyebabkan lebah kesulitan untuk menjangkau sumber-sumber makanan yang jaraknya jauh karena kurang peka penciumannya. Tempat budidaya lebah madu sebaiknya berada di daerah yang jauh dari pemukiman dan aktivitas manusia, tetapi stup-stup lebah harus dipantau setiap harinya layaknya hewan ternak lainnya.

2.3 Tanaman Pakan Lebah

Seperti halnya dengan ternak yang lain, lebah juga membutuhkan pakan yang cukup untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan koloni, produksi madu dan aktivitas reproduksi lebah. Pakan lebah yang penting adalah nektar dan pollen yang dihasilkan tanaman. Hampir semua tanaman berbunga adalah penghasil nektar. Selain nektar, lebah juga memerlukan pollen dan air untuk kelangsungan hidup anggota koloni Rusfidra 2006. Tanaman pakan lebah adalah vegetasi baik yang tumbuh secara alami maupun dibudidayakan manusia yang menghasilkan nektar dan atau pollen tepung sari yang diambil oleh lebah madu sebagai pakannya. Nektar adalah cairan yang umumnya berasa manis yang disekresikan oleh bagian tumbuhan. Pollen dalah organ bunga jantan tumbuhan kaya akan kandungan protein Dirjen RLPS 2004. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, baik berupa tumbuhan alam maupun tanaman hasil budidaya. Berbagai jenis vegetasi yang ada merupakan tumbuhan penghasil pollen dan nektar sebagai sumber pakan lebah. Beberapa tumbuhan yang potensial dan telah dikenal sebagai sumber pakan lebah antara lain tanaman kehutanan kaliandra, aren, petai, eukaliptus dll, tanaman buah-buahan rambutan, kelengkeng, durian, mangga, dll, tanaman perkebunanindustri kapuk randu, kelapa, karet, dll Latifah 2011. Beberapa tanaman sumber pakan lebah yang akan dianalisis dalam penelitian ini yaitu : a Kapuk Randu Kapuk randu merupakan tanaman tropis berukuran besar dan termasuk kedalam keluarga Malvaceae. Kapuk randu berasal dari daerah tropis Amerika. Pohon ini penyebaran benihnya dibantu oleh angin dan air, memiliki serbuk sari dan nektar serta menggugurkan daunnya ketika musim kering Woodward 2010. Tanaman kapuk di beberapa tempat di Indonesia telah diusahakan secara intensif seperti di lereng Gunung Muria Pati, di sekitar Weleri antara Semarang dan Pekalongan, di daerah Pandaan antara Gunung Arjuno dan Penanggungan Mulyadi 2012. Di Jawa Tengah, pohon randu pada umumnya berada di lahan masyarakat, antara lain di lahan pekarangan, kebun, dan pematang sawahtegalan. Demikian halnya di Jawa Timur, lebih dari 95 kebun randu merupakan kebun rakyat yang ditanam di lahan milik Kuntadi 2008 dalam Widiarti dan Kuntadi 2012. 11 Adanya potensi pohon kapuk randu di Kabupaten Pati sebagai sumber pakan telah mendukung budidaya lebah A. mellifera sehingga dapat berkembang dengan baik. Kabupaten Pati sejak jaman Kolonial Belanda dikenal sebagai penghasil kapuk terbesar di Jawa Tengah Mulyadi 2011. Tanaman kapuk randu merupakan salah satu tanaman sumber pakan lebah yang penting karena bunganya menghasilkan nektar dan pollen Widiarti dan Kuntadi 2012. b Karet Karet merupakan tanaman cepat tumbuh dan termasuk famili Euphorbiaceae . Pembungaannya khas yaitu pada ketiak daun dan memiliki bunga jantan dan betina. Karet berasal dari lembah sungai Amazon dan menyebar ke seluruh dunia termasuk Asia Tenggara. Karet tumbuh pada ketinggian 300-500 m dengan temperatur rata-rata tahunan 23-35 °C dan curah hujan rata-rata tahunan 1500-3000 maksimal 4000 mm ICRAF c2004. Karet dikenal di Indonesia sejak masa kolonial Belanda. Ada lebih dari 3.4 juta hektar perkebunan karet di Indonesia, 85 diantaranya 2.9 juta hektar merupakan perkebunan karet yang dikelola oleh rakyat atau petani skala kecil, dan sisanya dikelola oleh perkebunan besar milik negara atau swasta Janudianto et al. 2013. c Rambutan Rambutan merupakan tanaman buah tropis dengan dan termasuk famili Sapindacaeae . Pohon ini berasal dari Malaysia yang dibudidayakan di daerah dataran rendah. Tumbuh dengan subur pada kelembaban tropis. Intensitas curah hujan yang dikehendaki oleh pohon rambutan berkisar antara 2000- 3000 mmtahun dengan suhu rata-rata tahunan sekitar 25-35 °C. Rambutan dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, bahkan pada tanah yang drainasenya buruk, tetapi tidak mampu bertahan pada tanah dengan air berlebih. Tumbuh baik di ketinggian 0-600 maksimal 1950 m dpl ICRAF c2004. Menurut BPPT 2005 pada ketinggian dibawah 30 m dpl rambutan dapat tumbuh, namun hasilnya tidak begitu baik. Kelembaban udara yang dikehendaki cenderung rendah karena kebanyakan tumbuh di dataran rendah dan sedang. Sentra penanaman rambutan di Indonesia adalah Pulau Jawa, khususnya yang sangat besar produksi buah rambutan antara lain Bekasi, Kuningan, Malang, Probolinggo, Lumajang dan Garut. d Jagung Jagung merupakan jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan Graminaceae. Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal 85-200 mmbulan dan harus merata. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34 °C, akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27 °C. Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan dengan ketinggian 1000-1800 m dpl. Daerah dengan ketinggian optimum 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 2000. Menurut Ismail et al. 2012 jagung