Kerangka Pemikiran Regional Development Plan Based on Beekeeping Activity in Cianjur Regency

7 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Budidaya Lebah Madu

Lebah termasuk hewan jenis serangga atau insekta. Jenis lebah yang banyak ditemukan di Indonesia adalah jenis Apis cerana, Apis dorsata dan Apis mellifera. A. cerana dan A. dorsata madu hutan adalah lebah asli Asia, sedangkan A. mellifera berasal dari Eropa. Secara umum A. cerana mirip dengan A. mellifera , hanya saja ukuran tubuhnya lebih kecil, agak lebih suka berpindah tempat, namun lebih tahan terhadap serangan predator pemangsa. Penggolongan zoologis Apis mellifera adalah sebagai berikut : Kelas : Insecta Ordo : Hymenopthera Family : Apidae Genus : Apis Species : Apis meliifera Apis mellifera termasuk jenis yang banyak dibudidayakan di Indonesia karena produksi dan daya adaptasinya tinggi. Galur baru dari spesies lebah ini dapat terbentuk di daerah dengan lingkungan dan iklim yang berbeda dari tempat aslinya. Lebah ini tidak agresif dan kurang suka bermigrasi di daerah beriklim dingin atau berelevasi tinggi serta peka terhadap penyakit, terutama terhadap tungau Varroa. Lebah madu adalah insekta sosial yang selalu hidup dalam suatu keluarga besar yang disebut koloni lebah. Setiap sarang dihuni oleh satu koloni. Keunikan koloni lebah ini adalah mempunyai sifat polimorfisme, yaitu anggotanya mempunyai keunikan anatomis, fisiologis dan fungsi biologis yang berbeda satu golongan dari golongan atau strata yang lain. Di dalam satu koloni terdapat hanya satu ratu queen, beberapa ratus lebah jantan droves, beberapa puluh ribu lebah pekerja worker-bees, ditambah dengan penghuni dalam bentuk telur, larva dan pupa. Jumlah anggota masing-masing strata, kecuali ratu yang hanya satu ekor, tergantung dari spesies lebah dan kondisi lingkungan, terutama ketersediaan bahan makanan dan temperatur lingkungan. Ketiga strata lebah dewasa dapat dibedakan dengan jelas dari ukuran tubuh, atau bagian-bagian tubuh; yang paling besar adalah ratu, diikuti oleh jantan dan yang paling kecil adalah lebah pekerja. Struktur tubuh, fisiologis atau insting, dan tugas setiap strata maupun individu-individu lebah madu telah terprogram dan terspesialisasi sedemikian teraturnya sehingga koloni dapat bertahan hidup. Ketergantungan lebah ratu dan jantan dari lebah pekerja sangat mencolok. Tugas lebah ratu hanya bertelur dan lebah jantan tugasnya mengawini ratu dara saja dan segera mati. Lebah pekerja adalah lebah betina yang organ reproduksinya terkekang sehingga tidak sempurna berfungsi. Tugas lebah pekerja antara lain menghisap nektar dari bunga, membawa pollen tepung sari bunga, mempertahankan koloni dari serangan musuh, menyediakan royal jeli atau susu ratu bagi calon atau bakal ratu, menghasilkan enzim untuk mematangkan madu dan menghasilkan malam. Fenomena dalam suatu koloni lebah memperlihatkan adanya suatu keteraturan pembagian kerja dan saling ketergantungan yang sempurna Sihombing 2005. 8 Lebah pekerja mengenali ratu mereka tidak dari struktur fisiknya tetapi dari aroma tubuhnya, yaitu feromon. Feromon terdiri atas sekitar 30 senyawa organik, yang memiliki efek langsung dan tidak langsung pada perilaku sosial koloni. Dalam keadaan tertentu, kehadiran feromon dalam sarang akan membantu pembuatan ratu dari pekerja dan membantu menjaga kestabilan koloni. Komunikasi feromon dalam koloni merupakan salah satu komponen yang paling penting dari kehidupan sosial dari semua spesies lebah madu. Seekor ratu dapat hidup untuk beberapa tahun sebelum digantikan oleh ratu yang muda. Peternak lebah madu profesional membuat ratu requeen dalam koloni setiap 1-2 tahun untuk menjaga agar ratu berada pada efisiensi biologis maksimum FAO 1990. Koloni A. mellifera biasanya dihuni 60,000-80,000 lebah pekerja pada musim bunga berlimpah, sedangkan pada musim paceklik death period hanya terdapat sekitar 10,000 lebah pekerja, atau kurang dari jumlah tersebut. Jumlah lebah jantan jauh lebih kecil, hanya beberapa ratus hingga 2-3 ribu ekor. Demikian juga halnya dengan tetasan brood, jumlahnya bervariasi tergantung dari musim dan kondisi lingkungan. Dalam koloni yang normal biasanya terdapat sekitar 5.000 telur , 10.000 larva dan 20.000 pupa Sihombing 2005. A. mellifera di Amerika mampu menghasilkan 25–30 kg madu per koloni lebah. Koloni lebah akan menghasilkan madu lebih banyak apabila dimusim semi nektar tersedia dalam jumlah yang memadai, dikelola dengan baik dan dioperasikan secara komersial. Keberhasilan budidaya lebah di beberapa negara Asia didukung oleh daya adaptasi A. mellifera, teknologi budidaya yang tepat dan pemahaman yang lebih baik tentang ekologi pakan lebah, serta kesesuaian sosial ekonomi FAO 1990. Budidaya lebah biasa disebut perlebahan. Perlebahan adalah suatu rangkaian kegiatan budidaya lebah dan produk-produknya beserta vegetasi penunjang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat dengan memperhatikan aspek kelestarian Dirjen RLPS 2004. Perlebahan merupakan kegiatan agribisnis akrab lingkungan yang dikenal sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pedesaan. Manfaat yang dapat diperoleh dari pengembangan usaha perlebahan antara lain adalah meningkatnya pendapatan dan multi gizi masyarakat dari hasil-hasil usaha perlebahan yang berupa madu, tepung sari, royal jeli, lilin lebah, propolis, koloni lebah dan ratu lebah. Dalam hal pelestarian sumber daya alam, lebah madu berperan penting dalam membantu proses penyerbukan tanaman. Usaha perlebahan juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi terhadap upaya-upaya pelestarian alam Dirjen RLPS 2004. Pengelolaan populasi lebah madu dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk penyakit, parasit, pestisida, lingkungan, dan faktor sosial-ekonomi. Faktor-faktor ini dapat bertindak sendiri atau dalam kombinasi dengan yang lain. vanEngelsdorp dan Meixner 2009. Menurut Gordo et al. 2008 faktor lingkungan yang paling mempengaruhi variabilitas spasial dari tampilan fenologis lebah madu Apis mellifera adalah perubahan suhu dan ketinggian, sedangkan produktivitas vegetasi dan tutupan lahan memberikan pengaruh yang relevansinya rendah. Data fenologi ini berhubungan dengan aspek spasial, topografi, iklim, penggunaan lahan dan produktivitas vegetasi. Latifah 2011 telah melakukan penelitian tentang penentuan lokasi yang berpotensi untuk budidaya lebah madu secara spasial dengan pendekatan Sistem 9 Informasi Geografis di Kabupaten Karo Sumatera Utara. Faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan lokasi tersebut adalah penutupan lahan, kemiringan lereng, ketinggian tempat, jarak dari pemukiman dan jarak dari sungai. Metode yang digunakan adalah weighted overlay. Penelitiannya hanya sebatas penentuan lokasi yang berpotensi untuk budidaya lebah madu tanpa memperhatikan kesesuaian jenis sumber pakan lebah yang akan dikembangkan untuk menunjang budidaya.

2.2 Syarat Lokasi Perlebahan

Menurut Latifah 2011, syarat lokasi perlebahahan terdiri atas : a Tutupan Lahan Sumber pakan lebah adalah bunga-bungaan dari tanaman pertanian, perkebunan ataupun tanaman kehutanan. Dengan demikian, sebaiknya kegiatan budidaya lebah madu dilakukan di sekitar lahan pertanian, perkebunan atau tanaman kehutanan. Lebah bisa juga diternakkan di lahan agroforestri. b Ketinggian Tempat Wilayah subtropis Indonesia sangat ideal untuk mengembangbiakkan dan membudidayakan lebah, karena rata-rata suhu udaranya 26 o C-35 o C. Dataran yang ketinggiannya di atas 1000 meter dari permukaan laut kurang cocok untuk budidaya lebah, karena suhu udaranya dibawah 15 o C. Hal ini akan menyebabkan lebah malas keluar sarang dan memilih bermain-main di dalam sarang, yang akan mengakibatkan kekurangan bahan makanan karena lebah pekerja enggan mencari nektar dan tepung sari. Lokasi yang cocok untuk beternak lebah madu ini adalah di lereng pegunungan atau dataran tinggi yang bersuhu normal diatas 25 o C. Tidak semua jenis lebah bisa hidup pada berbagai ketinggian, hal ini erat kaitannya dengan suhu dan sumber pakannya. c Kemiringan lereng Kemiringan lereng suatu tempat mempengaruhi keberadaaan lebah. Semakin tinggi kemiringan lereng, maka kelembaban juga semakin tinggi, tetapi lebah menghendaki tempat yang tidak terlalu lembab dan tidak terlalu kering. Lebah mampu menciptakan kondisi lembab di sekitarnya apabila air di daerah tersebut tersedia dan cuaca mendukung. Kondisi yang terlalu lembab bisa mengakibatkan timbulnya bakteri maupun jamur di sekitar sarang yang dapat berakibat terhadap pembusukan telur dan berkurangnya kesehatan lebah. Bina Apiari 2010 dalam Latifah 2011. Kemiringan lereng tempat yang cocok untuk ternak lebah madu adalah kemiringan lereng pada kelas yang sedang, yaitu 15 - 25 . d Jarak dari Sungai Lokasi peternakan lebah tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin karena dapat mempengaruhi produksi madu. Jarak antarstup hendaknya paling sedikit dua meter. Jarak lokasi dengan sumber air sungai minimal 200-300 meter agar memudahkan lebah menyejukkan sarangnya di musim kemarau Tim Karya Tani Mandiri 2010.