23 Tabel 3 Lanjutan
No. Jenis Pakan Lebah Madu
Masa Berbunga
Bulan
a
Sumber Pollen
Nektar
a
Keunggulan Kelemahan
Penyebaran di Kab. Cianjur
Jagung
f
Tergantung Masa
Tanam sepanjang
tahun P
- Mudah dibudidayakan
- Menghasilkan pollen dalam
jumlah cukup banyak walaupun
pada musim penghujan
Agar tersedia pollen setiap
saat maka penenaman
dilakukan dengan sistem
blok, waktu penanaman-
nya berbeda. Menyebar di
seluruh kecamatan,
produksi yang terbesar: Kec.
Cidaun, Pagelaran,
Sukaresmi, Cibeber,
Sd.barang, Campaka,
Tangeung, Cikalongkulon
Nira Januari s.d.
Desember PN
- Menghasilkan
madu dengan aroma khas nira
- Madu yang secara
umum meningkatkan
ketahanan tubunh
c
Madu yang dihasilkan
tidak begitu dikenal secara
spesifik seperti madu-
madu yang lain
Di wilayah Cianjur Bagian
Selatan : Sukanagara,
Pagelaran, Cidaun,
Naringgul, Tanggeung,
Cibinong
Kelengkeng
f
Juni s.d Agustus
PN - Banyak dicari
orang karena aroma sangat khas dan
rasanya yang enak - Madu yang
dihasilkan berkhasiat utama
memperkuat fungsi ginjal
- Sangat Jarang,
di pekarangan rumah: Kec.
Karangtengah, Cianjur, Mande,
Cikalongkulon
a
Sumber: Sihombing 2005;
b
Sumber: Herdiawan et al. 2005;
c
Sumber: Madu Pramuka 2012;
d
Sumber: Mulyadi 2012;
e
Sumber: BPS 2012;
f
: terpilih untuk dianalisis kesesuaian lahannya
Kesesuaian lahan untuk jenis tanaman pakan lebah madu didasarkan atas satuan unit lahan berupa Satuan Peta Tanah skala 1:250000 Tahun 2011 dari Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian yang dilengkapi dengan data curah hujan, suhu dan keadaan tanah. Pada masing-masing
unit lahan dilakukan pencocokan matching kriteria kesesuaian lahan land requirements
dengan karakteristik lahan land characteristic-nya. Kriteria kesesuaian yang digunakan adalah kriteria dari Puslittanak, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Djaenudin et al. 2000, sebagaimana terdapat dalam Lampiran 1–5 tanaman kapuk randu, karet, rambutan, jagung dan kelengkeng.
Tanaman kaliandra menggunakan kriteria dari beberapa literatur, karena belum ada kriteria kesesuaian lahan untuk tingkat subkelas Lampiran 6. Faktor
pembatas kelas dan subkelas kesesuaian lahan didasarkan pada nilaikualitas lahan yang paling minimum. Kesesuaian lahan yang akan dievaluasi adalah kesesuaian
lahan aktual, yaitu kesesuaian yang dilakukan pada kondisi penggunaan lahan sekarang present land use, tanpa masukan perbaikan Djaenudin et al. 2000.
Evaluasi ini didasarkan atas sifat fisik lingkungan, yang terdiri atas iklim, tanah, topografi, hidrologi danatau drainase.
24 Dalam penelitian ini kelas kesesuaian lahan menggunakan kriteria
FAO 1976 dengan jumlah kelas pada ordo N hanya satu kelas. Adapun pembagian serta definisi kelas secara kualitatif adalah sebagai berikut :
1. Kelas S1 sangat sesuai: lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang
berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor
pembatas yang bersifat minor dan tidak akan mereduksi produktivitas lahan secara nyata.
2. Kelas S2 cukup sesuai: lahan mempunyai faktor pembatas,
dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan
tambahan masukan input. Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri.
3. Kelas S3 sesuai marginal: lahan mempunyai faktor pembatas yang berat,
dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan masukan tambahan yang lebih banyak daripada lahan yang
tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya campur tangan intervensi pemerintah atau
swasta. Tanpa bantuan tersebut petani tidak mampu mengatasinya.
4. N tidak sesuai: lahan yang tidak sesuai N karena memiliki faktor pembatas
yang sangat berat danatau sulit diatasi. Keluaran dari tahap ini adalah peta kesesuaian lahan untuk kapuk randu, karet,
rambutan, kelengkeng, jagung dan kaliandra.
3.3.2 Kesesuaian Habitat untuk Lebah Madu
Analisis kesesuaian habitat lebah madu digunakan untuk menentukan lokasi-lokasi yang sesuai untuk tempat hiduphabitat lebah madu dengan
memanfaatkan analisis
multikriteria berbasis
SIG Multi-Criteria
Evaluation MCE. Metode MCE telah digunakan sebagai teknik pemodelan
kartografi yang menyediakan sebuah pilihan dasar untuk mengevaluasi sejumlah alternatif pilihan yang terdapat di suatu lapangan dengan banyak kriteria
Nijkamp et al. 1990 dalam Store dan Jokimaki 2003.
Analisis kesesuaian habitat lebah madu dilakukan dengan pendekatan Weighted Linear Combination
WLC. Nilai bobot dari setiap kriteria ditentukan dengan pendekatan Analytical Hierarchy Process AHP. Keluaran dari analisis
ini adalah peta kesesuaian habitat untuk lebah madu. Adapun secara umum kriteria kesesuaian habitat lebah madu disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4 dijadikan sebagai acuan dalam menentukan beberapa kriteria yang akan digunakan untuk analisis kesesuaian habitat lebah madu melalui pendekatan AHP.
Tabel 4 Kriteria kesesuaian lahan untuk habitattempat hidup lebah madu
No. Kriteria
S N
1 Tutupan lahan
Pertanian lahan kering, kebun, hutan,
Semak belukar pemukiman, tanah
terbuka, tubuh air 2
Ketinggian tempat 1000 m
1000 m 3
Suhu udara 25 – 35
° C 25
° C atau 35
° C 4
Kemiringan lereng 15 – 25
15 atau 25 5
Jarak dan sungai 200 – 300 m
200 m atau 300 m 7
Jarak dari pemukiman 400 – 800 m
400 m atau 800 m Sumber: Latifah 2011
25
3.3.2.1 Penetapan Nilai Bobot Kriteria Kesesuaian Habitat Lebah Madu
Metode WLC mengasumsikan bahwa bobot setiap kriteria, faktor atau subfaktor tidak sama. Bobot tersebut ditentukan dengan metode AHP. Menurut
Saaty 1991, AHP banyak digunakan pada pengambilan keputusan untuk sejumlah kriteria perencanaan, alokasi sumberdaya, dan penentuan prioritas dari
strategi-strategi yang dimiliki dalam situasi konflik. Analisis ini ditetapkan untuk memecahkan
masalah-masalah yang
terukur kuantitatif,
masalah yang
memerlukan pendapat judgement maupun pada situasi yang kompleks, dimana terdapat keterbatasan data dan informasi statistik, dan hanya bersifat kualitatif
yang didasarkan oleh pendapat, pengalaman atau intuisi.
Pendekatan yang digunakan sebagai teknik analisis untuk menentukan lokasi-lokasi yang sesuai untuk habitattempat hidup lebah madu dengan beberapa
kriteria adalah AHP, karena keterbatasan data dan informasi tentang kriteria kesesuaian habitat lebah madu. Lahan tersedia untuk habitat lebah madu
ditentukan oleh aspek fisik lahan dan aspek infrastruktur serta penggunaan lahan. Kesesuaian yang didasarkan atas kriteria fisik lahan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu ketinggian tempat, kemiringan lereng, suhu, jarak dari sungai dan curah hujan. Kesesuaian yang didasarkan atas aspek infrastruktur dipengaruhi
oleh jarak dari kawasan pemukiman penduduk dan jarak dari jalan. Gambar 3 menunjukkan kerangka AHP untuk analisis MCE. Penentuan interval subfaktor
mengacu pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Latifah 2011 dan ketersediaan data.
Langkah yang dilakukan dengan menggunakan metode AHP menurut Eriyatno dan Sofyar 2007 adalah:
1. Penyusunan hierarki, untuk menguraikan persoalan menjadi unsur-unsur,
dalam wujud kriteria dan alternatif, yang disusun dalam bentuk hierarki. 2.
Penyusunan kriteria, digunakan untuk membuat keputusan yang dilengkapi dengan uraian subkriteria dan bentuk alternatif yang terkait masing-masing
kriteria tersebut untuk dipilih sebagai keputusan tercantum pada tingkatan paling bawah.
3. Penilaian kriteria dan alternatif, untuk melihat pengaruh strategis terhadap
pencapaian sasaran, yang dinilai melalui perbandingan berpasangan. Nilai dan definisi pendapat kualitatif berdasarkan skala perbandingan Saaty 1983,
sebagaimana disajikan pada Tabel 5.
4. Penentuan
Prioritas, menggunakan
teknik perbandingan
berpasangan pairwise comparisons
untuk setiap kriteria, faktor dan subfaktor alternatif. Nilai-nilai perbandingan relatif tersebut diolah dengan menggunakan
manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif yang ada.
Tabel 5 Penilaian kriteria berdasarkan skala perbandingan Saaty
Nilai Keterangan
1 A sama penting dengan B
3 A sedikit lebih penting dari B
5 A jelas lebih penting dari B
7 A sangat jelas lebih penting dari B
9 A mutlak lebih penting dari B
2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
26
Gambar 3
Lahan tersedia
untuk habitat lebah madu
A L
inf pe
Kr
3 Kerangka AHP untuk analisis MCE
Aspek Fisik
Lahan Ketinggian
150-200 m 200-500 m
500 - 1000 m 1000 - 1400 m
Kelas Kelerengan
Datar 0 - Landai 8 -
Sedang 15 Curam 25
Suhu 15 - 20
° C 20 - 25
°C 25 - 30
°C 30 - 35
° C Jarak dari
Sungai 0 - 20
200 - 400 -
80
Curah Hujan
2000 mmthn 2000-2500 mmthn
2500-3000 mmthn 3000-3500 mmthn
3500 mmthn
Aspek infrastruktur
dan penggunaan
lahan Jarak dari
Kawasan Pemukiman
0 - 20 200 -
400 - 80
Jarak dari Jalan
0 - 200 m 200 - 400 m
400 - 800 m 800 m
Penggunaan Lahan
Hu Semak
Pemu La
Perta
Faktor
Kriteria Subfaktor
8 - 15
15 - 25 5 - 40
200 m 400 m
600 m 800 m
200 m 400 m
800 m 800 m
Hutan ak Belukar
ukiman Lahan
rtanian