Arahan Pengembangan Wilayah Berbasis Budidaya Lebah Madu

85 86 87 88 Perumusan arahan yang dituangkan dalam ketujuh prioritas tersebut dipetakan dalam peta arahan pengembangan wilayah berbasis budidaya lebah madu di Kabupaten Cianjur Gambar 44. Penjelasan dari setiap urutan prioritas tersebut diuraikan berikut ini: 1. Prioritas pertama Wilayah yang menjadi prioritas pertama untuk dijadikan sebagai lokasi pengembangan budidaya lebah madu adalah Kecamatan Sukaresmi. Di wilayah ini budidaya lebah madu mulai dilaksanakan sejak tahun 2006 dengan jumlah stup yang dibudidayakan saat ini adalah 150 stup oleh 3 kelompok tani. Jenis penggunaan lahan yang dapat dijadikan alternatif sebagai tempat budidaya dapat berupa semakbelukar, ladangtegalan, kebun atau sawah tadah hujan, dimana semakbelukar dan ladangtegalan menjadi prioritas pilihan yang utama karena mempertimbangkan kemudahan aksesibilitas Gambar 45a. Semakbelukar berada di kawasan HGU yang telah Gambar 44 Peta arahan pengembangan wilayah berbasis budidaya lebah madu di Kabupaten Cianjur Prioritas Pertama Prioritas Ketiga Prioritas Kedua Prioritas Keempat Prioritas Kelima Prioritas Ketujuh Prioritas Keenam Ket: 1Jns: jagung 5Jns: karet, rambutan, kelengkeng, jagung, kaliandra 6Jns: kapuk randu, karet, rambutan, kelengkeng, jagung, kaliandra 89 terlantar seluas 105 ha. Hal ini sebagai salah satu upaya pemberdayaan masyarakat sekitar yang telah menggarap lahan terlantar tersebut, agar mereka mendapat penghasilan tambahan dari budidaya lebah madu. Luas ladangtegalan yang sesuai untuk budidaya lebah madu berdasarkan hasil analisis yaitu 318 ha yang saat ini sebagain besar ditanami oleh jagung. Sumber pakan lebah lain yang ada di Kecamatan Sukaresmi adalah kaliandra. Kaliandra banyak terdapat di kawasan hutan milik Perum Perhutani, sempadan sungai dan kanan-kiri jalan. Pada musim paceklik musim hujan sumber pakan tersebut mampu memenuhi kebutuhan lebah agar bisa bertahan hidup, walaupun jika curah hujan sangat tinggi tetap harus diberi stimulan gula. Kapuk randu yang mulai ditanam oleh kelompok tani dapat tumbuh, berbunga dan berbuah walaupun dengan jumlah pollen dan nektar yang terbatas. Tanaman rambutan sudah mulai digalakan agar ditanam di sekitar pekarangan atau tanah kosong masyarakat untuk menambah pasokan sumber pakan bagi lebah madu. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan untuk budidaya lebah madu, Kecamatan Sukaresmi sesuai untuk 5 jenis pakan lebah yang dianalisis yaitu: karet, rambutan, kelengkeng, jagung dan kaliandra Gambar 45b. Kecamatan Sukaresmi sangat prospektif ditinjau dari pengembangan sektor pariwisata, karena berada di sekitar kawasan pariwisata Puncak. Kawasan ini menyediakan banyak tempat wisata dan hotel yang menjadi obyek kunjungan para wisatawan, baik lokal maupun internasional. Lokasi ini sangat a b Gambar 45 Prioritas pertama pengembangan budidaya lebah madu di Kabupaten Cianjur berdasarkan a sebaran kelas kesesuaian dan b jenis sumber pakan ¯ Legenda Batas Kecamatan Kelas Kesesuaian S_BDP_HGU_LadangTegalan_5Jns S_BDP_HGU_Sawah TH_1Jns S_BDP_HGU_SemakBelukar_5Jns S_BDP_N HGU_Kebun_5Jns S_BDP_N HGU_LadangTegalan_5Jns S_BDP_N HGU_Sawah Ir_1Jns S_BDP_N HGU_Sawah TH_1Jns S_BDP_N HGU_SemakBelukar_5Jns S_BNP_N HGU_Pemukiman_5Jns N Ket: 1Jns: jagung 5Jns: karet, rambutan, kelengkeng, jagung, kaliandra Legenda Batas Kecamatan Lokasi Budidaya Berdasarkan Sumber Pakan karet, rambutan, jagung, kelengkeng, kaliandra jagung N ¯ 90 strategis apabila dikembangkan menjadi Taman Wisata Lebah sesuai dengan konsep yang terdapat dalam Partisipatory Business Plan. Konsepnya adalah menyatukan tempat budidaya lebah madu dengan tempat wisata edukatif serta wisata kesehatan. Konsep tempat wisata seperti ini belum ada di kawasan wisata Puncak, sehingga apabila dikembangkan akan sangat prospektif. Pengembangan Taman Wisata Lebah perlu ditangani oleh suatu lembagainstansi, misalanya Badan Usaha Milik Daaerah. Tujuannya adalah agar dapat dikelola secara profesional dengan tetap memberdayakan masyarakat sekitar yang telah ada. Adanya Taman Wisata Lebah diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah dan meningkatkan pendapatan masyarakat, khususnya di Kecamatan Sukaresmi. Lembaga ini juga mengatur distribusi pemasaran jenis madu setiap tahunnya, agar madu dengan nektar yang berbeda bisa tersedia terus menerussepanjang tahun walaupun masa pembungaannya telah berganti. Berdasarkan aspek finansial, yang layak untuk diusahakan adalah dengan melakukan penggembalaan di Kabupaten Cianjur pada 6 atau 5 jenis sumber pakan lebah, namun tidak membangun sumber pakan lebah tetapi dengan sewa lahan untuk budidaya. Investasi lahan untuk pembangunan sumber pakan lebah dapat diadakan oleh pemerintah daerah, bekerjasama dengan pihak swasta, pemegang HGU aktif atau memanfaatkan HGU yang telah terlantar. Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur bersama dengan instansi terkait dapat mengeluarkan kebijakan terkait dengan pemanfaatan tanah HGU terlantar di Kecamatan Sukaresmi sebagai lokasi budidaya lebah madu agar penggunaannya lebih optimal dan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. 2. Prioritas Kedua Wilayah yang menjadi prioritas kedua untuk dijadikan sebagai lokasi budidaya lebah madu adalah Kecamatan Cikalongkulon. Di kecamatan ini budidaya lebah madu jenis Apis mellifera pernah dilaksanakan pada tahun 2007 dengan jumlah stup yang dibudidayakan 50 stup oleh 1 kelompok tani. Kegiatan ini tidak berlangsung lama karena adanya konflik internal kelompok tani. Stup yang telah ada dipelihara oleh kelompok tani di Kecamatan Sukaresmi. Jenis penggunaan lahan yang dapat dijadikan sebagai alternatif sebagai tempat budidaya berupa ladangtegalan, kebun, kawasan pemukiman dan sawah irigasi Gambar 46a. Luasan ladangtegalan yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk budidaya lebah madu dengan 6 jenis sumber pakan lebah adalah 113 ha, sedangkan untuk kebun 43 ha dan kawasan pemukiman 65 ha. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan untuk budidaya lebah madu, Kecamatan Cikalongkulon sesuai untuk 6 jenis pakan lebah yang dianalisis yaitu: kapuk randu, karet, rambutan, kelengkeng, jagung dan kaliandra. Pada lokasi-lokasi yang sesuai untuk 6 jenis tanaman sumber pakan lebah dapat dijadikan sebagai pusat kapuk randu, mengingat luasan yang sesuai untuk kapuk randu sangat terbatas Gambar 46b. Lebah pekerja memiliki radius terbang maksimal 10 km FAO 1990, sehingga wilyah dengan radius 10 km dari lokasi pusat kapuk randu dapat ditanami dengan jenis sumber pakan lain karet, rambutan, kelengkeng, jagung dan kaliandra, seperti pada jenis penggunaan lahan ladangtegalan yang sesuai untuk budidaya dengan 5 jenis 91 sumber pakan 815 ha. Di Kecamatan Cikalongkulon, sawah irigasi yang dapat dijadikan sebagai alternatif sebagai lokasi budidaya terdapat 385 ha. Sawah dapat dimanfaatkan tanpa melakukan konversi ke jenis penggunaan lain, tetapi dilakukan ketika masa pergiliran tanaman, misalanya pada musim kemarau ditanami jagung masa bera. Sumber pakan untuk mendukung aktivitas lebah cukup tersedia, diantaranya perkebunan duren milik pribadi, perkebunan karet, kakao dan kopi yang dikelola oleh perkebunan swasta PBS, selain kaliandra yang berada di kawasan hutan Perum Perhutani dan rambutan yang banyak ditanam oleh masyarakat. Kelompok tani yang ada saat ini pun berdasarkan hasil analisis pendapat, berkeinginan untuk melakukan kembali budidaya lebah madu, karena beberapa anggotanya masih memiliki keterampilan dalam hal budidaya lebah madu. Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa yang layak untuk diusahakan adalah dengan melakukan penggembalaan di Kabupaten Cianjur, namun tidak membangun sumber pakan. Investasi lahan untuk pembangunan sumber pakan lebah dapat diadakan oleh pemerintah daerah atau bekerjasama dengan pihak a b Gambar 46 Prioritas kedua pengembangan budidaya lebah madu di Kabupaten Cianjur berdasarkan a sebaran kelas kesesuaian dan b jenis sumber pakan ¯ Legenda Batas Kecamatan Kelas Kesesuaian S_BDP_HGU_LadangTegalan_5Jns S_BDP_HGU_Sawah TH_1Jns S_BDP_HGU_SemakBelukar_5Jns S_BDP_N HGU_Kebun_5Jns S_BDP_N HGU_LadangTegalan_5Jns S_BDP_N HGU_Sawah Ir_1Jns S_BDP_N HGU_Sawah TH_1Jns S_BDP_N HGU_SemakBelukar_5Jns S_BNP_N HGU_Pemukiman_5Jns N Kelas Kesesuaian Lahan untuk Budidaya S_BDP_HGU_LadangTegalan_6Jns S_BDP_HGU_Sawah TH_1Jns S_BDP_N HGU_Kebun_6Jns S_BDP_N HGU_LadangTegalan_6Jns S_BDP_N HGU_Sawah Ir_1Jns S_BDP_N HGU_Sawah TH_1Jns S_BDP_N HGU_SemakBelukar_6Jns S_BNP_N HGU_Pemukiman_6Jns Buffer 10 Km Ket: 1Jns: jagung 5Jns: karet, rambutan, kelengkeng, jagung, kaliandra 6Jns: Kapuk randu, karet, rambutan, kelengkeng, jagung, kaliandra Legenda Batas Kecamatan Lokasi Budidaya Berdasarkan Sumber Pakan kapuk randu karet, rambutan, jagung, kelengkeng, kaliandra jagung N ¯ 92 swasta. Kecamatan Cikalongkulon berpeluang sangat baik untuk dijadikan sebagai Taman Wisata Lebah, karena aksesibilitas mudah, dekat dengan ibukota kabupaten dan jalur yang dilintasi oleh banyak kendaraan karena berada pada jalur alternatif yang menghubungkan antarkabupaten Kabupaten Bogor dan Purwakarta. 3. Prioritas Ketiga Wilayah yang menjadi prioritas ketiga untuk dijadikan sebagai lokasi pengembangan budidaya lebah madu adalah Kecamatan Haurwangi dan Bojongpicung. Lokasi kedua kecamatan ini berdekatan. Kelompok tani di kecamatan Bojongpicung saat ini sedang melaksanakan budidaya lebah madu jenis Apis cerana dengan jumlah stup yang dibudidayakan sebanyak 30 stup. Jenis lebah lokal ini dapat bertahan hidup karena kondisi agroklimat di Kecamatan Bojongpicung yang sangat mendukung. Jenis penggunaan lahan yang dapat dijadikan sebagai alternatif sebagai tempat budidaya berupa semakbelukar, ladangtegalan atau sawah irigasi Gambar 47a. Luasan semakbelukar yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk budidaya lebah madu dengan 6 jenis sumber pakan lebah adalah 160 ha di Kecamatan Haurwangi dan 216 ha di Kecamatan Bojongpicung. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan untuk budidaya lebah madu, Kecamatan Haurwangi dan Bojongpicung sesuai untuk 6 jenis pakan lebah yang dianalisis yaitu: kapuk randu, karet, rambutan, kelengkeng, jagung dan kaliandra. Pada lokasi-lokasi yang sesuai untuk 6 jenis tanaman sumber pakan lebah dapat dijadikan sebagai pusat kapuk randu Gambar 47b. Radius 10 km dari lokasi tersebut dapat ditanami dengan jenis selain kapuk randu karet, rambutan, kelengkeng, jagung dan kaliandra, seperti pada jenis penggunaan lahan ladangtegalan yang sesuai untuk budidaya dengan 5 jenis sumber pakan 830 ha. Di kedua kecamatan ini sawah irigasi cukup luas dan yang dapat dijadikan sebagai alternatif sebagai lokasi budidaya terdapat 4,446 ha. Sawah dapat dimanfaatkan tanpa melakukan konversi ke jenis penggunaan lain, tetapi dengan memnfaatkan masa bera pada musim kemarau untuk ditanami jagung sebagai sumber pollen. Sumber pakan untuk mendukung aktivitas lebah cukup tersedia, diantaranya kaliandra, rambutan dan jagung serta berbagai jenis tanaman buah- buahan dan tanaman kehutanan sumber pakan lebah lainnya. Kelompok tani yang ada saat ini berkeinginan untuk melakukan budidaya lebah madu jenis Apis mellifera , karena budidaya lebah madu jenis ini lebih mudah dan lebih produktif dibandingkan dengan Apis cerana. Investasi lahan untuk pembangunan sumber pakan lebah dapat diadakan oleh pemerintah daerah atau bekerja sama dengan pihak swasta. Kecamatan Bojongpicung dan Haurwangi memiliki peluang cukup baik untuk dijadikan sebagai Taman Wisata Lebah, karena aksesibilitas mudah dan dekat dengan ibukota kabupaten sehingga akan mudah dikembangkan untuk dijadikan sebagai tempat wisata. 93 4. Prioritas Keempat Wilayah yang menjadi prioritas keempat untuk dijadikan sebagai lokasi pengembangan budidaya lebah madu adalah Kecamatan Campaka dan Campakmulya. Lokasi kedua kecamatan ini berdekatan dan berada di wilayah Cianjur Bagian Tengah. Di kecamatan Campaka terdapat kelompok tani yang memiliki pengalaman budidaya lebah madu jenis Apis cerana. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan untuk budidaya lebah madu, Kecamatan Campaka sesuai untuk 6 jenis pakan lebah yang dianalisis yaitu: kapuk randu, karet, rambutan, kelengkeng, jagung dan kaliandra. Jenis penggunaan lahan yang dapat dijadikan sebagai alternatif sebagai tempat budidaya berupa kebun dan semakbelukar Gambar 48a. Luasan kebun yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk budidaya lebah madu dengan 6 jenis sumber pakan lebah adalah 242 ha dan semakbelukar seluas 92 ha. Pada a b Gambar 47 Prioritas ketiga pengembangan budidaya lebah madu di Kabupaten Cianjur berdasarkan a sebaran kelas kesesuaian dan b jenis sumber pakan Buffer 10 Km ¯ Ket: 1Jns: jagung 5Jns: karet, rambutan, kelengkeng, jagung, kaliandra 6Jns: Kapuk randu, karet, rambutan, kelengkeng, jagung, kaliandra Kelas Kesesuaian Lahan untuk Budidaya S_BDP_HGU_LadangTegalan_6Jns S_BDP_HGU_Sawah TH_1Jns S_BDP_N HGU_Kebun_6Jns S_BDP_N HGU_LadangTegalan_6Jns S_BDP_N HGU_Sawah Ir_1Jns S_BDP_N HGU_Sawah TH_1Jns S_BDP_N HGU_SemakBelukar_6Jns S_BNP_N HGU_Pemukiman_6Jns Legenda Batas Kecamatan Kelas Kesesuaian S_BDP_HGU_LadangTegalan_5Jns S_BDP_HGU_Sawah TH_1Jns S_BDP_HGU_SemakBelukar_5Jns S_BDP_N HGU_Kebun_5Jns S_BDP_N HGU_LadangTegalan_5Jns S_BDP_N HGU_Sawah Ir_1Jns S_BDP_N HGU_Sawah TH_1Jns S_BDP_N HGU_SemakBelukar_5Jns S_BNP_N HGU_Pemukiman_5Jns N karet, rambutan, jagung, kelengkeng, kaliandra jagung N Legenda Batas Kecamatan Lokasi Budidaya Berdasarkan Sumber Pakan kapuk randu ¯ 94 lokasi-lokasi yang sesuai untuk 6 jenis tanaman sumber pakan lebah dapat dijadikan sebagai pusat kapuk randu dan radius 10 km dari lokasi tersebut dapat ditanami dengan jenis sumber pakan yang lain karet, rambutan, kelengkeng, jagung dan kaliandra, seperti pada jenis penggunaan lahan ladangtegalan yang sesuai untuk budidaya dengan 5 jenis sumber pakan yang berada di Kecamatan Campakamulya seluas 335 ha Gambar 48b. Sumber pakan untuk mendukung aktivitas lebah cukup tersedia, diantaranya kaliandra, rambutan, nira dan jagung. Investasi lahan untuk pembangunan sumber pakan lebah dapat diadakan oleh pemerintah daerah atau bekerja sama dengan pihak swasta. Kecamatan Campaka dan Campakamulya memiliki peluang cukup baik untuk dijadikan sebagai Taman Wisata Lebah, karena aksesibilitas mudah walaupun agak jauh dari ibukota kabupaten sehingga akan cukup mudah dikembangkan untuk dijadikan sebagai tempat Hal ini sebagai upaya pengembangan ekonomi wilayah di Cianjur Bagian Tengah, dimana selama ini terkonsentrasi di wilayah Cianjur Bagian Utara. a b Gambar 48 Prioritas keempat pengembangan budidaya lebah madu di Kabupaten Cianjur berdasarkan a sebaran kelas kesesuaian dan b jenis sumber pakan Legenda Batas Kecamatan Kelas Kesesuaian Kelas Kesesuaian Lahan untuk Budidaya S_BDP_HGU_LadangTegalan_6Jns S_BDP_HGU_Sawah TH_1Jns S_BDP_N HGU_Kebun_6Jns S_BDP_N HGU_LadangTegalan_6Jns S_BDP_N HGU_Sawah Ir_1Jns S_BDP_N HGU_Sawah TH_1Jns S_BDP_N HGU_SemakBelukar_6Jns S_BNP_N HGU_Pemukiman_6Jns Buffer 10 Km ¯ Ket: 1Jns: jagung 5Jns: karet, rambutan, kelengkeng, jagung, kaliandra 6Jns: Kapuk randu, karet, rambutan, kelengkeng, jagung, kaliandra S_BDP_HGU_LadangTegalan_5Jns S_BDP_HGU_Sawah TH_1Jns S_BDP_HGU_SemakBelukar_5Jns S_BDP_N HGU_Kebun_5Jns S_BDP_N HGU_LadangTegalan_5Jns S_BDP_N HGU_Sawah Ir_1Jns S_BDP_N HGU_Sawah TH_1Jns S_BDP_N HGU_SemakBelukar_5Jns S_BNP_N HGU_Pemukiman_5Jns N karet, rambutan, jagung, kelengkeng, kaliandra jagung N Legenda Batas Kecamatan Lokasi Budidaya Berdasarkan Sumber Pakan kapuk randu ¯ 95 5. Prioritas Kelima Wilayah yang menjadi prioritas kelima untuk dijadikan sebagai lokasi pengembangan budidaya lebah madu adalah Kecamatan Sindangbarang, Cikadu dan Cibinong. Lokasi ketiga kecamatan ini berdekatan dan berada di wilayah Cianjur Bagian Selatan. Di kecamatan tersebut belum ada kelompok tani yang memiliki pengalaman dalam budidaya lebah madu, namun berdasarkan hasil analisis pendapat, kelompok tani di Kecamatan Sindangbarang memiliki keinginan untuk melakukan budidaya lebah madu. . Jenis penggunaan lahan yang dapat dijadikan sebagai alternatif sebagai tempat budidaya berupa kebun dan ladangtegalan. Luasan kebun yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk budidaya lebah madu dengan 6 jenis sumber pakan lebah adalah 472 ha yang berada di Kecamatan Cikadu-Sindangbarang, 263 ha berada di Kecamatan Cikadu serta semakbelukar pada lahan HGU seluas 88 ha di Kecamatan Sindangbarang Gambar 49a. Hasil analisis kesesuaian lahan untuk budidaya lebah madu menunjukkan bahwa di Kecamatan Sindangbarang dan Cikadu sesuai untuk 6 jenis pakan lebah yang dianalisis yaitu: kapuk randu, karet, rambutan, kelengkeng, jagung dan kaliandra. Pada lokasi-lokasi yang sesuai untuk 6 jenis tanaman sumber pakan lebah dapat dijadikan sebagai pusat kapuk randu Gambar 49b, dan radius 10 km dari lokasi tersebut dapat ditanami dengan jenis selain kapuk randu karet, rambutan, kelengkeng, jagung dan kaliandra, seperti pada jenis penggunaan lahan semakbelukar yang sesuai untuk budidaya dengan 5 jenis sumber pakan yang berada pada kawasan HGU di Kecamatan Cibinong seluas 186 ha Sumber pakan untuk mendukung aktivitas lebah cukup tersedia, diantaranya kaliandra, rambutan, nira, karet dan jagung. Karet ditanam di kawasan HGU yang lokasinya berada di ketiga kecamatan tersebut. Investasi lahan untuk pembangunan sumber pakan lebah dapat diadakan oleh pemerintah daerah, bekerja sama dengan pihak swasta atau pemegang HGU aktif dengan memanfaatkan lahan yang tidak produktif seperti semakbelukar. Kecamatan Sindangbarang, Cikadu dan Cibinong memiliki peluang cukup baik untuk dijadikan sebagai lokasi Taman Wisata Lebah, walaupun jauh dari ibukota kabupaten. Hal ini sebagai upaya pengembangan ekonomi wilayah Cianjur Bagian Selatan. Kecamatan Sindangbarang merupakan pusat ekonomi di wilayah Cianjur Bagian Selatan, sehingga akan lebih mudah untuk pengembangan tempat wisata. 96 6. Prioritas Keenam Wilayah yang menjadi prioritas keenam untuk dijadikan sebagai lokasi pengembangan budidaya lebah madu adalah Kecamatan Cibeber dan Gekbrong. Lokasi kedua kecamatan ini berdekatan dan berada di wilayah Cianjur Bagian Tengah. Di kecamatan tersebut sudah ada kelompok tani yang memiliki pengalaman dalam hal budidaya lebah madu yaitu jenis Apis cerana. Jenis penggunaan lahan yang dapat dijadikan sebagai alternatif sebagai tempat budidaya berupa ladangtegalan. Pemilihan lokasi tersebut dengan mempertimbangkan akses jalan kabupaten yang telah ada. Luasan ladangtegalan yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk budidaya lebah madu dengan 5 jenis sumber pakan lebah adalah 245 ha yang berada di Kecamatan Cibeber dan 233 ha di Kecamatan Cibeber-Gekbrong Gambar 50a. Hasil analisis kesesuaian lahan untuk budidaya lebah madu menunjukkan bahwa di Kecamatan Cibeber dan Gekbrong sesuai untuk 5 jenis pakan lebah yang dianalisis yaitu: karet, rambutan, kelengkeng, jagung dan kaliandra Gambar 50b a b Gambar 49 Prioritas kelima pengembangan budidaya lebah madu di Kabupaten Cianjur berdasarkan a sebaran kelas kesesuaian dan b jenis sumber pakan ¯ Legenda Batas Kecamatan Kelas Kesesuaian S_BDP_HGU_LadangTegalan_5Jns S_BDP_HGU_Sawah TH_1Jns S_BDP_HGU_SemakBelukar_5Jns S_BDP_N HGU_Kebun_5Jns S_BDP_N HGU_LadangTegalan_5Jns S_BDP_N HGU_Sawah Ir_1Jns S_BDP_N HGU_Sawah TH_1Jns S_BDP_N HGU_SemakBelukar_5Jns S_BNP_N HGU_Pemukiman_5Jns N Kelas Kesesuaian Lahan untuk Budidaya S_BDP_HGU_LadangTegalan_6Jns S_BDP_HGU_Sawah TH_1Jns S_BDP_N HGU_Kebun_6Jns S_BDP_N HGU_LadangTegalan_6Jns S_BDP_N HGU_Sawah Ir_1Jns S_BDP_N HGU_Sawah TH_1Jns S_BDP_N HGU_SemakBelukar_6Jns S_BNP_N HGU_Pemukiman_6Jns Buffer 10 Km Ket: 1Jns: jagung 5Jns: karet, rambutan, kelengkeng, jagung, kaliandra 6Jns: Kapuk randu, karet, rambutan, kelengkeng, jagung, kaliandra Legenda Batas Kecamatan Lokasi Budidaya Berdasarkan Sumber Pakan kapuk randu karet, rambutan, jagung, kelengkeng, kaliandra jagung N ¯ 97 Sumber pakan untuk mendukung aktivitas lebah cukup tersedia, diantaranya kaliandra, rambutan dan jagung. Kecamatan Cibeber dan Gekbrong memiliki peluang cukup baik untuk dijadikan sebagai lokasi Taman Wisata Lebah, karena relatif dekat dengan ibukota kabupaten. 7. Prioritas Ketujuh Wilayah yang menjadi prioritas ketujuh untuk dijadikan sebagai lokasi pengembangan budidaya lebah madu adalah Kecamatan Mande. Lokasinya berada di wilayah Cianjur Bagian Utara. Di kecamatan tersebut belum ada kelompok tani yang memiliki pengalaman dalam hal budidaya lebah madu, tetepi berdasarkan hasil analisis pendapat kelompok tani, pada dasarnya mereka berkeinginan untuk melakukan budidaya lebah madu. Jenis penggunaan lahan yang dapat dijadikan sebagai alternatif sebagai tempat budidaya berupa kebun seluas 672 ha Gambar 51a. Hasil analisis kesesuaian lahan untuk budidaya lebah madu menunjukkan bahwa di Kecamatan Mande sesuai untuk 5 jenis pakan lebah yang dianalisis yaitu: karet, rambutan, kelengkeng, jagung dan kaliandra Gambar 50b. Sumber pakan untuk mendukung aktivitas lebah cukup tersedia, diantaranya karet, kaliandra, rambutan dan jagung. Karet ditanam oleh perkebunan pemegang ijin HGU. Kecamatan Mande memiliki peluang cukup baik untuk dijadikan sebagai lokasi Taman Wisata Lebah, karena relatif dekat dengan ibukota kabupaten dan dari segi agroklimat sangat sesuai. a b Gambar 50 Prioritas keenam pengembangan budidaya lebah madu di Kabupaten Cianjur berdasarkan a sebaran kelas kesesuaian dan b jenis sumber pakan Legenda Batas Kecamatan Kelas Kesesuaian ¯ Ket: 1Jns: jagung 5Jns: karet, rambutan, kelengkeng, jagung, kaliandra S_BDP_HGU_LadangTegalan_5Jns S_BDP_HGU_Sawah TH_1Jns S_BDP_HGU_SemakBelukar_5Jns S_BDP_N HGU_Kebun_5Jns S_BDP_N HGU_LadangTegalan_5Jns S_BDP_N HGU_Sawah Ir_1Jns S_BDP_N HGU_Sawah TH_1Jns S_BDP_N HGU_SemakBelukar_5Jns S_BNP_N HGU_Pemukiman_5Jns N Legenda Batas Kecamatan Lokasi Budidaya Berdasarkan Sumber Pakan karet, rambutan, jagung, kelengkeng, kaliandra jagung N ¯ 98 Berdasarkan tujuh prioritas yang telah disusun, maka prioritas pertama merupakan prioritas yang paling tepat untuk dijadikan sebagai acuan dalam menentukan arahan pengembangan wilayah berbasis budidaya lebah madu di Kabupaten Cianjur. Berbagai aspek telah dipertimbangkan dalam menentukan Kecamatan Sukaresmi sebagai wilayah yang menjadi prioritas pertama untuk pengembangan budidaya lebah madu di Kabupaten Cianjur. a b Gambar 51 Prioritas ketujuh pengembangan budidaya lebah madu di Kabupaten Cianjur berdasarkan a sebaran kelas kesesuaian dan b jenis sumber pakan Legenda Batas Kecamatan Kelas Kesesuaian ¯ Ket: 1Jns: jagung 5Jns: karet, rambutan, kelengkeng, jagung, kaliandra S_BDP_HGU_LadangTegalan_5Jns S_BDP_HGU_Sawah TH_1Jns S_BDP_HGU_SemakBelukar_5Jns S_BDP_N HGU_Kebun_5Jns S_BDP_N HGU_LadangTegalan_5Jns S_BDP_N HGU_Sawah Ir_1Jns S_BDP_N HGU_Sawah TH_1Jns S_BDP_N HGU_SemakBelukar_5Jns S_BNP_N HGU_Pemukiman_5Jns N Legenda Batas Kecamatan Lokasi Budidaya Berdasarkan Sumber Pakan karet, rambutan, jagung, kelengkeng, kaliandra jagung N ¯ 99 6 SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

1. Hasil analisis kesesuaian lahan untuk tanaman sumber pakan lebah adalah sebagai berikut : a. Kelas kesesuaian lahan untuk kapuk randu yaitu S3 dan N, sedangkan karet dan rambutan memiliki kelas kesesuaian S1, S2, S3 dan N. Kelas kesesuaian lahan untuk jagung terdiri atas S3 dan N, kelengkeng S2, S3 dan N serta kaliandra sebagian besar kelas kesesuaiannya S. b. Setiap unit lahan memiliki variasi kombinasi kelas kesesuaian, yaitu sesuai untuk 6 jenis, sesuai untuk 5 jenis, sesuai untuk 4 jenis dan sesuai untuk 2 jenis sumber pakan lebah. Berdasarkan jenis pakan yang dianalisis terdapat 19 kombinasi kelas kesesuaian pada unit lahan. 2. Luasan wilayah Kabupaten Cianjur yang sangat sesuai untuk dijadikan habitat lebah madu sebesar 83,030 ha 22.94 , sesuai 121,030 ha 33.44 dan tidak sesuai seluas 157,880 ha 43.62 . Kecamatan yang sangat sesuai untuk dijadikan habitat lebah madu antara lain Kecamatan Bojongpicung, Cibinong, Cikalongkulon, Haurwangi, Mande, Naringgul, Sindangbarang dan Sukaluyu. 3. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan untuk budidaya lebah madu serta mempertimbangkan aspek penggunaan lahan dan aspek regulasi RTRWK dan HGU Perkebunan terpilih beberapa lokasi yang berpotensi untuk budidaya lebah madu yang sesuai untuk 6 jenis pakan antara lain: Kecamatan Bojongpicung, Cikalongkulon, Haurwangi, Sukaluyu, Campaka, Takokak, Cikadu dan Sindangbarang. Adapun untuk lokasi yang sesuai untuk 5 jenis pakan tanpa kapuk randu adalah Kecamatan Sukaresmi, Mande, Ciranjang, Cibeber, Cibinong, Cijati, Leles, Kadupandak, Pasirkuda dan Tanggeung. 4. Berdasarkan hasil analisis finansial, usaha budidaya lebah madu lebih menguntungkan layak jika tetap digembalakan di Kabupaten Cianjur dengan melakukan sewa lahan, tanpa melakukan pembangunan sumber pakan lebah. Biaya investasi lahan untuk pembangunan sumber pakan lebah menjadi faktor pembatas kelayakan usaha. 5. Analisis pendapat masyarakat menunjukkan bahwa beberapa kelompok tani di lokasi terpilih pada dasarnya berkeinginan untuk melaksanakan budidaya lebah madu baik dengan adanya pembinaan dari instansi pemerintahswasta ataupun tidak, dengan ketersediaan sumber daya yang dimiliki dan sejumlah hambatan yang dihadapi. 6. Arahan pengembangan wilayah berbasis budidaya lebah madu disusun menjadi tujuh prioritas. Prioritas tersebut disusun dengan mempertimbangkan hasil analisis yang telah dilakukan dan potensi wilayah yang dimiliki. Wilayah yang menjadi prioritas pertama untuk pengembangan budidaya lebah madu adalah Kecamatan Sukaresmi. Kecamatan ini sesuai untuk budidaya lebah madu dengan lima sumber pakan lebah yaitu karet, rambutan, kelengkeng, jagung dan kaliandra. Lokasi budidaya yang dapat dijadikan sebagai alternatif pengembangan adalah HGU terlantar. Kelompok tani yang ada di kecamatan 100 ini sudah berpengalaman dalam budidaya. Pengembangan Taman Wisata Lebah di Kecamatan Sukresmi sangat prospektif karena berada di sekitar kawasan wisata Puncak. Prioritas wilayah pengembangan berikutnya berturut- turut adalah sebagai berikut: Kecamatan Cikalongkulon prioritas kedua, Kecamatan Haurwangi-Bojongpicung prioritas ketiga, Kecamatan Campaka- Campakamulya prioritas keempat, Kecamatan Sindangbarang-Cikadu- Cibinong prioritas kelima, Kecamatan Cibeber-Gekbrong prioritas keenam dan Kecamatan Mande prioritas ketujuh.

6.2 Saran

1. Perlu penelitian berikutnya tentang analisis kesesuaian lahan tanaman sumber pakan lebah lainnya selain kapuk randu, karet, rambutan, kelengkeng, jagung dan kaliandra di Kabupaten Cianjur. 2. Perlu penelitian selanjutnya tentang inventarisasi tanaman sumber pakan lebah yang potensial di Kabupaten Cianjur untuk keberlanjutan budidaya lebah madu. 3. Pemerintah Daerah perlu melakukan pembinaan terus menerus pada wilayah sesuai prioritas pengembangan budidaya lebah madu agar produksinya dapat optimal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 4. Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur bersama dengan instansi terkait dapat mengeluarkan kebijakan terkait dengan pemanfaatan tanah HGU terlantar di Kecamatan Sukaresmi sebagai lokasi budidaya lebah madu agar penggunaannya lebih optimal dan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. 101 DAFTAR PUSTAKA Adeva JJG. 2012. Simulation Modelling of Nectar and Pollen Foraging by Honeybees. Biosystems Engineering. 112:304-318. Banai R. 1993. Fuzziness in Geographic Information Systems: Contributions from The Analytic Hierarchy Process. International Journal of Geographical Information Systems , 74:315–329. [BPPT] Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi. 2005. Rambutan Nephelium sp.. [internet]. [diunduh pada 2013 Nopember 4]. Tersedia pada: http:www.iptek.net.idindwarintek?mnu=6danttg=2dandoc=2a21. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Kabupaten Cianjur dalam Angka 2012. Cianjur ID .Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. Bupati Cianjur. 2012. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 7 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cianjur Tahun 2011-2031. Cianjur ID: Sekretariat Daerah Kabupaten Cianjur. Chakkar S, Mousseau V. 2007. Spatial Multi Criteria Decision Making. LAMSADE . France FR: University of Paris Dauphine. Chang K. 2004. Introduction to Geographic Information System, Second Edition. Iowa US: Mc.Graw-Hill. Corbet SA, Fussell M, Ake R, Fraser A, Gunson C, Savage A, Smith K, 1993. Temperature and Pollination Activity of Social Bees. Ecological Entomology. 18 1:17–30. Danoedoro P. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Yogyakarta ID: Andi. Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2000. Jagung Zea mays L [internet]. [diunduh 2013 Nopember 11]. Tersedia pada: http:www.warintek.ristek.go.id pertanianjagung.pdf Djaenudin D, Marwan, Subagjo, Mulyani, Suharta N. 2000. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Versi 3.0 . Bogor ID: Puslittanak, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Djaenudin D, Marwan, Subagjo, dan Hidayat A. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian . Bogor ID: Balai Penelitian Tanah, Puslitbangtanak, Badan Penelitian dan Pengembangan Petanian. [Dirjen RLPS] Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. 2004. Surat Keputusan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor SK.50V-UPR2004 tentang Pedoman Pembangunan Model Usaha Perlebahan. Jakarta ID. Departemen Kehutanan. Djakapermana RD. 2010. Pengembangan Wilayah Melalui Pendekatan Kesisteman . Cetakan Pertama. Bogor ID: IPB Press. Drobne S, Lisec A. 2009. Multi-attribute Decision Analysis in GIS: Weighted Linear Combination and Ordered Weighted Averaging. Informatica. 33:459- 474. Dudal R, Soepraptohardjo M. 1957. Soil Classification in Indonesia. Bogor ID: Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimatologi. Eastman JR. 2012. IDRISI Selva Tutorial Manual Version 17. Massachusetts US: Clark University.