80
Berdasarkan Tabel 25, skenario yang paling layak untuk diusahakan adalah skenario 6. Lebah madu digembalakan di Kabupaten Cianjur, dengan asumsi
sumber pakan lebah 6 jenis telah tersedia, dilakukan sewa lahan seperti halnya yang dilakukan kondisi saat ini penggembalaan di luar Kabupaten Cianjur. Nilai
NPV dan BCR pada skenario 1 hampir sama dengan skenario 6. Hal ini disebabkan
petani tidak
perlu mengeluarkan
biaya tranportasi
untuk penggembalaan dan pengangkutan hasil panen, walaupun dari segi produksi
skenario 1 lebih besar karena kondisi agroklimat yang mendukung produksi nektar dan pollen untuk setiap jenis pakan lebah. Keuntungan lain yang bisa
diperoleh ketika melakukan penggembalaan di Kabupaten Cianjur adalah petani dapat menjalankan aktivitas lain untuk menambah penghasilannya seperti
bercocok tanam atau beterrnak. Hal ini tidak dapat dilakukan ketika melaksanakan penggembalaan di luar Kabupaten Cianjur.
Skenario berikutnya yang layak adalah skenario 7, dimana dilakukan sewa lahan untuk penggembalaan di Kabupaten Cianjur tetapi hanya 5 jenis pakan yang
tersedia. Untuk pembangunan sumber pakan lebah madu, skenario 3 merupakan yang paling layak, yaitu dengan kombinasi 6 jenis pakan, tetapi biaya investasi
lahan tidak dimasukan sebagai komponen biaya dalam perhitungan nilai NPV dan BCR. Biaya investasi lahan diasumsikan tidak ada, sehingga usaha budidaya lebah
madu menjadi layak NPV 0 dan
BCR 1. Jika biaya investasi lahan
dimasukkan dalam perhitungan, nilai NPV yang diperoleh sampai tahun ke-8 masih negatif. Demikian halnya dengan skenario 5. Pembangunan sumber pakan
lebah dengan 6 jenis pakan lebih layak untuk diusahakan daripada dengan 5 jenis pakan. Tingkat suku bunga yang digunakan untuk perhitungan tersebut adalah
10 , dengan pertimbangan bahwa tingkat suku bunga saat ini adalah 7.25 dan suku bunga tertinggi adalah 12.75 , sehingga dipilih nilai diantara suku bunga
tersebut yaitu 10 .
Faktor yang paling berpengaruh terhadap usaha ini adalah kondisi cuaca yang tidak bisa diprediksi, terutama curah hujan. Jadi usaha ini sangat rentan
kondisi cuaca. Jika terjadi curah hujan sepanjang tahun, usaha ini akan mengalami kerugian seperti yang terjadi pada tahun 2010. Lebah harus diberi stimulan gula
sepanjang tahun, agar tetap bertahan hidup. Tabel 25 Perbandingan nilai NPV dan BCR pada berbagai skenario
Skenario NPV Rp.000
BCR Kelayakan
Urutan Kelayakan
1 2,257,303
1.74 Layak
Kedua
2 -58,875,982
0.10 TidakLayak
-
3 2,124,018
1,46 Layak
Keempat
a
4 -43,999,586
0.13 Tidak layak
-
5 2,000,414
1.44 Layak
Kelima
a
6 2,338,137
1.74 Layak
Pertama
7 1,954,816
1.64 Layak
Ketiga
a a
berdasarkan nilai BCR
81
5.6 Pendapat Masyarakat terhadap Budidaya Lebah Madu
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian budidaya lebah madu terpilih beberapa lokasi yang menjadi prioritas untuk dijadikan sebagai tempat budidaya
lebah madu,
diantaranya Kecamatan
Cikalongkulon, Sukaresmi,
Mande, Cikalongkulon, Ciranjang, Karangtengah, Bojongpicung, Haurwangi, Sukaluyu,
Cilaku, Cibeber, Campaka, Cibinong, Cikadu, Sindangbarang dan Kecamatan Naringgul. Dari sejumlah kecamatan tersebut dipilih beberapa kelompok tani
untuk untuk mengetahui pendapat mereka tentang budidaya lebah madu. Kecamatan yang terpilih adalah Kecamatan Bojongpicung, Mande, Cikalongkulon,
Sukaluyu,
Haurwangi, Sindangbarang dan
Kecamatan Sukaresmi.
Untuk mengetahui pendapat kelompok tani terhadap kegiatan pengembangan budidaya
lebah madu, maka dilakukan wawancara terhadap kelompok tani terpilih tersebut dengan pendekatan AHP. Struktur hierarki analisis pendapat terdiri atas 3 kriteria
yaitu keinginan kelompok tani, kesulitanhambatan dan ketersediaan sumberdaya. Hasil perhitungan AHP disajikan pada Tabel 26.
Tabel 26 menyajikan bobot relatif setiap faktor terhadap kriteria diatasnya. Untuk mengetahui bobot masing-masing faktor, maka perlu dikalikan dengan
kriterianya. Hasil perkalian tersebut disajikan dalam Tabel 27. Berdasarkan Tabel 27, kelompok tani di Kecamatan Bojongpicung memiliki
keinginan untuk melakukan budidaya lebah madu jika mendapat pembinaan dari instansi pemerintah ataupun swasta. Hambatan utama yang akan dihadapi dalam
proses budidaya tersebut adalah belum tersediaanya tenaga ahli dan sumber dana. Sumberdaya yang tersedia yang dapat mendukung berupa ketersediaan sumber
Tabel 26 Bobot hasil analisis AHP setiap kriteria dan faktor
No. KriteriaFaktor
Nilai Bobot di Kecamatan
B o
jo n
g p
ic u
n g
C ik
al o
n g
k u
lo n
M an
d e
S u
k al
u y
u H
au rw
an g
i
S in
d an
g b
ar an
g
S u
k ar
es m
i
1 Keinginan kelompok tani
0.32 0.29
0.43 0.43
0.32 0.2
0.32
Ingin, jika ada pembinaan dari instansi pemerintah atau
swasta 0.47
0.5 0.44
0.42 0.47
0.35 0.44
Ingin, walaupun tidak ada pembinaan dari intsansi
pemerintah maupun swasta 0.41
0.38 0.5
0.47 0.35
0.47 0.5
Tidak ingin 0.12
0.13 0.06
0.11 0.18
0.18 0.06
2 Kesulitanhambatan
0.27 0.33
0.33 0.33
0.27 0.35
0.27
Ketersediaan tenaga ahlitenaga kerja
0.32 0.26
0.26 0.28
0.27 0.22
0.19 Pembiayaan
0.29 0.35
0.33 0.36
0.31 0.26
0.23 Kondisi cuaca
0.18 0.17
0.22 0.16
0.19 0.19
0.31 Ketersedian sumber pakan
0.21 0.22
0.19 0.20
0.23 0.33
0.27
3 Ketersediaan sumberdaya
0.41 0.38
0.24 0.24
0.41 0.45
0.41
Lahan 0.31
0.30 0.38
0.30 0.35
0.33 0.36
Tenaga kerja 0.27
0.26 0.23
0.26 0.25
0.25 0.32
Sumber pakan 0.35
0.35 0.31
0.35 0.30
0.33 0.23
Lembaga keuangan 0.08
0.09 0.08
0.09 0.10
0.08 0.09
82 pakan lebah. Saat ini, di Kecamatan Bojongpicung melaksanakan budidaya lebah
madu jenis Apis cerana. Jumlah stup yang dibudidayakan sebanyak 30 stup yang berasal dari bantuan Kementerian Kehutanan Tahun 2013. Kini jumlahnya telah
bertambah sebanyak 17 stup. Stup yang ada disimpan di tanah milik pribadi. Sumber pakan untuk mendukung aktivitas lebah cukup tersedia, diantaranya
terdapat berbagai jenis tanaman kayu-kayuan buah-buahan dan tanaman pertanian musiman.
Kelompok tani
di Kecamatan
Cikalongkulon berkeinginan
untuk melaksanakan budidaya lebah madu jika mendapat pembinaan dari instansi
pemerintah ataupun swasta. Hambatan utama yang akan dihadapi dalam proses budidaya tersebut adalah keterbatasan dana pembiayaan dan tenaga ahli
budidaya. Sumberdaya yang tersedia yang dapat mendukung berupa ketersediaan lahan dan sumber pakan lebah. Pada tahun 2007 di Kecamatan Cikalongkulon
pernah dilakukan budidaya lebah madu jenis Apis mellifera yang merupakan bantuan dari PPK IPM Jawa Barat. Kegiatan ini tidak berlangsung lama karena
adanya konflik internal kelompok tani. Stup yang telah ada dipelihara oleh kelompok tani di Kecamatan Sukaresmi. Sumber pakan untuk mendukung
aktivitas lebah cukup tersedia, diantaranya perkebunan duren milik pribadi, perkebunan karet, kakao dan kopi yang dikelola oleh perkebunan swasta PBS.
Di kecamatan Mande, Sukaluyu dan Sindangbarang, kelompok taninya memiliki keinginan untuk melakukan budidaya lebah madu walaupun tidak
mendapat pembinaan dari instansi pemerintah ataupun swasta. Hambatan utama yang akan dihadapi dalam proses budidaya tersebut adalah adalah keterbatasan
Tabel 27 Bobot akhir setiap faktor hasil analisis AHP
No KriteriaFaktor
Nilai Bobot di Kecamatan
B o
jo n
g p
ic u
n g
C ik
al o
n g
k u
lo n
M an
d e
S u
k al
u y
u H
au rw
an g
i
S in
d an
g b
ar an
g
S u
k ar
es m
i
1 Keinginan kelompok tani
Ingin, jika ada pembinaan dari instansi pemerintah atau
swasta 0.150
0.143 0.190
0.180 0.150
0.071 0.139
Ingin, walaupun tidak ada pembinaan dari intsansi
pemerintah maupun swasta 0.131
0.107 0.214
0.203 0.112
0.094 0.159
Tidak ingin 0.037
0.036 0.024
0.045 0.056
0.035 0.020
2 Kesulitanhambatan
Ketersediaan tenaga ahlitenaga kerja
0.088 0.087
0.086 0.093
0.073 0.078
0.052 Pembiayaan
0.078 0.116
0.111 0.120
0.084 0.091
0.063 Kondisi cuaca
0.049 0.058
0.074 0.053
0.052 0.065
0.084 Ketersedian sumber pakan
0.058 0.072
0.062 0.067
0.063 0.117
0.073
3 Ketersediaan sumberdaya
Lahan 0.126
0.116 0.092
0.072 0.143
0.150 0.149
Tenaga kerja 0.110
0.099 0.055
0.062 0.102
0.113 0.130
Sumber pakan 0.142
0.133 0.073
0.083 0.123
0.150 0.093
Lembaga keuangan 0.031
0.033 0.018
0.021 0.041
0.038 0.037
Ket: Cerak miring = bobot tertinggi
83 dana pembiayaan dan tenaga ahli budidaya. Sumberdaya yang tersedia yang
dapat mendukung berupa ketersediaan lahan dan sumber pakan lebah. Di kecamatan ini belum pernah dilakukan kegiatan budidaya lebah madu, walaupun
dari segi agroklimat sangat mendukung untuk budidaya lebah madu. Di Kecamatan Sindangbarang terdapat perkebunan Karet yang dikola Perkebunan
Swasta PBS yang dapat mendukung ketersediaan sumber pakan lebah.
Kelompok tani di kecamatan Haurwangi memiliki keinginan untuk melakukan budidaya lebah madu jika mendapat pembinaan dari instansi
pemerintah ataupun swasta. Hambatan utamanya berupa keterbatasan dana pembiayaan dan tenaga ahli budidaya. Sumberdaya yang tersedia yang dapat
mendukung berupa ketersediaan lahan dan sumber pakan lebah. Kecamatan Haurwangi dari segi agroklimat sangat mendukung untuk budidaya lebah madu.
walaupun belum pernah dilakukan kegiatan budidaya lebah madu di wilayah tersebut.
Kecamatan Sukaresmi merupakan kecamatan yang cukup berhasil dalam budidaya lebah madu. Kelompok taninya berkeinginan untuk budidaya lebah
madu walaupun tidak mendapat bantuan dari instansi pemerintah ataupun swasta karena cukup berhasil dalam budidaya. Hambatan utama dalam budidaya lebah
madu di Kecamatan Sukaresmi adalah faktor cuaca. Keadaan cuaca kurang mendukung karena tingkat curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan wilayah
lain yang terpilih untuk budidaya lebah madu. Dari segi ketersediaan tanaga ahli dan pembiayaan sangat mendukung untuk dikembangkan. Sumber pakan berupa
jagung dan kaliandra cukup tersedia karena berdekatan dengan kawasan Perum Perhutani. Selain itu, di Kecamatan Sukaresmi terdapat HGU terlantar yang bisa
dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk pengembangan sumber pakan lebah.
Dengan ketersediaan sumber daya yang dimiliki dan sejumlah hambatan yang dihadapi, pada dasarnya kelompok tani di lokasi terpilih berkeinginan untuk
melaksanakan budidaya lebah madu, baik dengan adanya pembinaan dari instansi pemerintahswasta maupun tidak adanya pembinaan. Lembaga keuangan seperti
koperasi atau sejenisnya belum ada di kecamatan terpilih, sehingga hal ini menjadi salah satu hambatan untuk pengembangan budidaya lebah madu oleh
kelompok tani yang ada.
5.7 Arahan Pengembangan Wilayah Berbasis Budidaya Lebah Madu
Pemilihan lokasi yang sesuai dari segi fisik lahan dan infrastruktur, menguntungkan secara ekonomis, yang didukung oleh masyarakat sekitar untuk
melakukan budidaya lebah madu dengan mempertimbangkan aspek regulasi yang berlaku, kemudahan aksesibilitas dan potensi wilayah yang dimiliki merupakan
tujuan utama dari semua analisis yang dilakukan dalam penelitian ini. Penyusunan prioritas dijadikan sebagai alternatif dalam perumusan arahan pengembangan
wilayah berbasis kegiatan budidaya lebah madu secara terintegrasi. Arahan dibuat dalam tujuh prioritas pengembangan, yang dirangkum pada Tabel 28.