Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Lebah Madu dengan Pertimbangan Penggunaan Lahan dan Aspek Legal

73 Sebaran lokasi yang sesuai untuk budidaya lebah madu dengan mempertimbangkan jenis penggunaan lahan, pola ruang RTRW dan status HGU Perkebunan disajikan pada Gambar 40-41 dengan luasan masing-masing kelas kesesuaian disajikan pada Tabel 21. Lokasi terpilih yang menjadi alternatif untuk dijadikan sebagai tempat yang sesuai untuk budidaya lebah madu adalah lokasi yang termasuk kategori kawasan budidaya pertanian dan kawasan budidaya non pertanian, baik yang berada di lokasi HGU maupun tidak Non HGU. Jenis penggunaan lahan menjadi pertimbangan apakah kegiatan budidaya lebah madu tersebut layak untuk dilaksanakan pada lokasi tersebut atau tidak. Jenis penggunaan lahan yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk dijadikan sebagi tempat budidaya adalah kebun, sawah irigasi, sawah tadah hujan, ladangtegalan, semakbelukar atau kawasan pemukiman. Simbol yang digunakan sebagai atribut dalam peta disajikan dalam Tabel 20. Lokasi yang sesuai untuk budidaya lebah madu tetapi berada pada kawasan budidaya kehutanan dan kawasan lindung, diasumsikan tidak sesuai untuk tempat budidaya. Pada dasarnya kegiatan budidaya lebah madu dapat dilakukan di dalam maupun sekitar hutan, namun jenis komoditas kehutanan yang sebagian besar ditanam oleh rakyat atau Perum Perhutani dan menjadi komoditas andalan di Kabupaten Cianjur berbeda dengan sumber pakan lebah yang dianalisis, yaitu jenis jati, mahoni dan sengon. Pemilihan lokasi budidaya dapat dilakukan pada areal sekitar hutan, sehingga lebah dapat memperoleh sumber pakan yang berasal dari tanaman kehutanan seperti mahoni dan akasia. Kaliandra yang sebagain besar berada di kawasan lindung dan kawasan budidaya kehutanan dapat dimanfaatkan Tabel 20 Simbol kelas kesesuaian lahan untuk budidaya lebah madu Kesesuaian Budidaya Pola Ruang Status HGU Penggunaan Lahan Simbol Kelas Kesesuaian Budidaya Sesuai Budidaya Pertanian HGU Kebun S_BDP_HGU_Kebun Sesuai Budidaya Pertanian HGU Ladang Tegalan S_BDP_HGU_LadangTegalan Sesuai Budidaya Pertanian HGU Sawah irigasi S_BDP_HGU_Sawah Ir Sesuai Budidaya Pertanian HGU Sawah tadah hujan S_BDP_HGU_Sawah Th Sesuai Budidaya Pertanian HGU Semak Belukar S_BDP_HGU_SemakBelukar Sesuai Budidaya Non Pertanian HGU Kawasan pemukiman S_BNP_HGU_Pemukiman Sesuai Budidaya Pertanian Non HGU Kebun S_BDP_N HGU_Kebun Sesuai Budidaya Pertanian Non HGU Ladang Tegalan S_BDP_N HGU_LadangTegalan Sesuai Budidaya Pertanian Non HGU Sawah irigasi S_BDP_N HGU_Sawah Ir Sesuai Budidaya Pertanian Non HGU Sawah tadah hujan S_BDP_N HGU_Sawah Th Sesuai Budidaya Pertanian Non HGU Semak Belukar S_BDP_N HGU_SemakBelukar Sesuai Budidaya Non Pertanian Non HGU Kawasan pemukiman S_BNP_N HGU_Pemukiman Tidak sesuai - - - N 74 sebagai sumber pakan lebah. Adanya budidaya lebah madu yang dilaksankan di sekitar hutan merupakan salah satu bentuk dukungan terhadap kebijakan strategis pembangunan kehutanan yang dilaksanakan melalui program social forestry. Kegiatan ini diharapkan dapat memberdayakan masyarakat sekitar hutan dalam memanfaatkan hutan secara bijaksana dan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan. Gambar 40 Sebaran lokasi budidaya lebah madu 6 jenis sumber pakan berdasarkan jenis penggunaan lahan, pola ruang dan status HGU Perkebunan 75 Persentase luasan lahan untuk budidaya yang sesuai untuk 6 jenis pakan lebah dengan mempertimbangkan jenis penggunaan lahan dan aspek legal yaitu hanya sebesar 1.42 atau 5,144 ha Tabel 21. Jenis penggunaan lahan yang sesuai untuk budidaya dengan luasan terbesar adalah kebun yang berada di kawasan non HGU dan termasuk kawasan budidaya pertanian 0.44 . Tabel 21 menyajikan informasi tentang luasan budidaya yang sesuai untuk 5 jenis pakan lebah di Kabupaten Cianjur yaitu sebesar 30.93 atau 111,937 ha. Jenis penggunaan lahan yang paling besar luasnya adalah kebun 8.88 dan ladang tegalan 7.10 . Jenis-jenis tanaman sumber pakan lebah yang mungkin untuk ditanam berdasarkan kelas kesesuaian yang telah ada disajikan dalam Tabel 22 dan dipetakan dalam Gambar 42. Gambar 41 Sebaran lokasi budidaya lebah madu untuk 6 dan 5 jenis pakan berdasarkan pola ruang, status HGU dan jenis penggunaan lahan 76 Tabel 22 Jenis tanaman pakan lebah yang mungkin ditanam berdasarkan kelas kesesuaian budidaya lebah madu Kelas Kesesuaian Jenis sumber pakan lebah Keterangan S_BDP_HGU_Kebun S_BDP_HGU_LadangTegalan S_BDP_HGU_SemakBelukar S_BNP_HGU_Pemukiman S_BDP_N HGU_Kebun S_BDP_N HGU_LadangTegalan S_BDP_N HGU_SemakBelukar S_BNP_N HGU_Pemukiman kapuk randu, karet, rambutan, jagung, kelengkeng, kaliandra S_BDP_HGU_Sawah Ir S_BDP_N HGU_Sawah Ir jagung Pada masa bera S_BDP_HGU_Sawah Th S_BDP_N HGU_Sawah Th jagung Pada musim kemarau Tabel 21 Luas kelas kesesuaian budidaya lebah madu Kelas Kesesuaian Budidaya Luas ha Persentase 6 Jenis Sumber Pakan 5,144 1.421 S_BDP_HGU_Kebun 10 0.003 S_BDP_HGU_LadangTegalan 135 0.037 S_BDP_HGU_Sawah Th 52 0.014 S_BDP_HGU_SemakBelukar 3 0.001 S_BNP_HGU_Pemukiman 18 0.005 S_BDP_N HGU_Kebun 1,579 0.436 S_BDP_N HGU_LadangTegalan 549 0.152 S_BDP_N HGU_Sawah Ir 1,122 0.310 S_BDP_N HGU_Sawah Th 368 0.102 S_BDP_N HGU_SemakBelukar 891 0.246 S_BNP_N HGU_Pemukiman 417 0.115 5 Jenis Sumber Pakan 111,937 30.927 S_BDP_HGU_LadangTegalan 659 0.182 S_BDP_HGU_Sawah Ir 14 0.004 S_BDP_HGU_Sawah Th 109 0.030 S_BDP_HGU_SemakBelukar 814 0.225 S_BNP_HGU_Pemukiman 136 0.038 S_BDP_N HGU_Kebun 32,141 8.880 S_BDP_N HGU_LadangTegalan 25,703 7.101 S_BDP_N HGU_Sawah Ir 16,155 4.463 S_BDP_N HGU_Sawah Th 15,881 4.388 S_BDP_N HGU_Semak 11,614 3.209 S_BNP_N HGU_Pemukiman 8711 2.407 N 244,863 67.652 Jumlah 361,944 100.00 77 Pada lokasi-lokasi yang sesuai untuk 6 jenis tanaman sumber pakan lebah selain sawah dapat dijadikan sebagai pusat kapuk randu, mengingat luasan yang sesuai untuk kapuk randu sangat terbatas. Sawah irigasi dapat dijadikan sebagai alternatif untuk lokasi budidaya dengan sumber pakan berupa jagung yang ditanam pada masa bera, sedangkan untuk sawah tadah hujan dapat ditanami jagung pada musim kemarau. Jenis pakan yang dapat ditanam pada lokasi yang sesuai untuk budidaya dengan 5 jenis sumber pakan selain sawah adalah karet, rambutan, jagung, kelengkeng atau kaliandra. Sebaran lokasi budidaya berdasarkan jenis sumber pakan lebah disajikan pada Gambar 43. Gambar 42 Sebaran lokasi budidaya lebah madu dengan kombinasi jenis tanaman sumber pakan yang bisa ditanam dilahan yang sesuai Ket: 1Jns: Jagung 6Jns: kapuk randu, karet, rambutan, kelengkeng, jagung, kaliandra 5Jns: karet, rambutan, kelengkeng, jagung, kaliandra 78

5.5 Finansial Budidaya Lebah Madu

Analisis finansial dilakukan dengan beberapa skenario. Saat ini petani lebah madu di Kecamatan Sukaresmi melakukan budidaya lebah madu Apis mellifera dengan menggembalakan ke luar Kabupaten Cianjur. Skenario dibuat untuk melihat seberapa menguntungkan antara kegiatan penggembalaan dengan melakukan pembangunan sumber pakan lebah di wilayah Kabupaten Cianjur. Beberapa skenario yang digunakan disajikan dalam Tabel 23. Gambar 43 Sebaran lokasi budidaya lebah madu berdasarkan jenis tanaman sumber pakan lebah Legenda Batas Kecamatan Lokasi Budidaya Berdasarkan Sumber Pakan kapuk randu karet, rambutan, jagung, kelengkeng, kaliandra jagung N 79 Pemilihan lokasi yang sesuai untuk budidaya lebah madu selain mempertimbangkan kesesuaian fisik lahan juga mempertimbangkan jumlah koloni lebah yang akan dibudidayakan. Hal tersebut berkaitan dengan luasan pakan yang harus tersedia. Manurut FAO 1990, untuk pemeliharaan lebah madu secara komersil jumlah koloni lebah yang bisa dibudidayakan adalah 30-80 koloni. Faktor yang menentukan jumlah optimum adalah kondisi lebah dan ketersediaan sumber pakan. Jika sumber nektar dan pollen berlimpah, apiari dapat memelihara lebih dari 50 stup. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani dan praktisi, jumlah stup minimal yang akan menguntungkan kegiatan budidaya lebah madu adalah 50 stup. Luasan minimal yang harus tersedia untuk memelihara sebanyak 50 stup adalah 20 ha dengan rincian sebagai berikut: Setiap musim panen, koloni lebah akan bertambah minimal 25 dari jumlah semula, walaupun kondisi cuaca kurang baik. Dengan alasan tersebut, luasan ideal sumber pakan untuk budidaya lebah madu adalah lebih dari 20 ha. Untuk skenario diatas dilakukan pembangunan sumber pakan lebah seluas 60 ha untuk 6 jenis pakan dan 46 ha untuk 5 jenis pakan, dengan jumlah stup maksimum yang akan dibudidayakan sebanyak 150 stup. Kombinasi luasan setiap jenis pakan mengikuti kelipatan data yang ditampilkan pada Tabel 24. Contoh perhitungan nilai NPV dan BCR disajikan pada Lampiran 15-17. Hasil perhitungan NPV dan BCR pada berbagai skenario disajikan dalam Tabel 25. Tabel 24 Luas minimal sumber pakan lebah untuk 50 stup No. Jenis pakan Luas minimal yang harus tersedia ha 1 Kaliandra 2 2 Kapuk randu 5 3 Karet 5 4 Rambutan 3 5 Jagung 2 6 Kelengkeng 3 Jumlah 20 Tabel 23 Skenario untuk perhitungan NPV dan BCR budidaya lebah madu Skenario Digembalakan ke Luar Daerah Jumlah Jenis Pakan Lahan Keterangan 1 Ya - Sewa - 2 Tiga tahun pertama digembalakan untuk menunggu masa pembungaan sumber pakan 6 Jadi Komponen Biaya Dibangun sumber pakan lebah 3 Tiga tahun pertama digembalakan untuk menunggu masa pembungaan sumber pakan 6 Tidak menjadi komponen biaya Dibangun sumber pakan lebah 4 Tiga tahun pertama digembalakan untuk menunggu masa pembungaan sumber pakan 5 Menjadi Komponen Biaya Dibangun sumber pakan lebah 5 Tiga tahun pertama digembalakan untuk menunggu masa pembungaan sumber pakan 5 Tidak menjadi komponen biaya Dibangun sumber pakan lebah 6 Tidak 6 Sewa - 7 Tidak 5 Sewa - 80 Berdasarkan Tabel 25, skenario yang paling layak untuk diusahakan adalah skenario 6. Lebah madu digembalakan di Kabupaten Cianjur, dengan asumsi sumber pakan lebah 6 jenis telah tersedia, dilakukan sewa lahan seperti halnya yang dilakukan kondisi saat ini penggembalaan di luar Kabupaten Cianjur. Nilai NPV dan BCR pada skenario 1 hampir sama dengan skenario 6. Hal ini disebabkan petani tidak perlu mengeluarkan biaya tranportasi untuk penggembalaan dan pengangkutan hasil panen, walaupun dari segi produksi skenario 1 lebih besar karena kondisi agroklimat yang mendukung produksi nektar dan pollen untuk setiap jenis pakan lebah. Keuntungan lain yang bisa diperoleh ketika melakukan penggembalaan di Kabupaten Cianjur adalah petani dapat menjalankan aktivitas lain untuk menambah penghasilannya seperti bercocok tanam atau beterrnak. Hal ini tidak dapat dilakukan ketika melaksanakan penggembalaan di luar Kabupaten Cianjur. Skenario berikutnya yang layak adalah skenario 7, dimana dilakukan sewa lahan untuk penggembalaan di Kabupaten Cianjur tetapi hanya 5 jenis pakan yang tersedia. Untuk pembangunan sumber pakan lebah madu, skenario 3 merupakan yang paling layak, yaitu dengan kombinasi 6 jenis pakan, tetapi biaya investasi lahan tidak dimasukan sebagai komponen biaya dalam perhitungan nilai NPV dan BCR. Biaya investasi lahan diasumsikan tidak ada, sehingga usaha budidaya lebah madu menjadi layak NPV 0 dan BCR 1. Jika biaya investasi lahan dimasukkan dalam perhitungan, nilai NPV yang diperoleh sampai tahun ke-8 masih negatif. Demikian halnya dengan skenario 5. Pembangunan sumber pakan lebah dengan 6 jenis pakan lebih layak untuk diusahakan daripada dengan 5 jenis pakan. Tingkat suku bunga yang digunakan untuk perhitungan tersebut adalah 10 , dengan pertimbangan bahwa tingkat suku bunga saat ini adalah 7.25 dan suku bunga tertinggi adalah 12.75 , sehingga dipilih nilai diantara suku bunga tersebut yaitu 10 . Faktor yang paling berpengaruh terhadap usaha ini adalah kondisi cuaca yang tidak bisa diprediksi, terutama curah hujan. Jadi usaha ini sangat rentan kondisi cuaca. Jika terjadi curah hujan sepanjang tahun, usaha ini akan mengalami kerugian seperti yang terjadi pada tahun 2010. Lebah harus diberi stimulan gula sepanjang tahun, agar tetap bertahan hidup. Tabel 25 Perbandingan nilai NPV dan BCR pada berbagai skenario Skenario NPV Rp.000 BCR Kelayakan Urutan Kelayakan 1 2,257,303 1.74 Layak Kedua 2 -58,875,982 0.10 TidakLayak - 3 2,124,018 1,46 Layak Keempat a 4 -43,999,586 0.13 Tidak layak - 5 2,000,414 1.44 Layak Kelima a 6 2,338,137 1.74 Layak Pertama 7 1,954,816 1.64 Layak Ketiga a a berdasarkan nilai BCR