Latar Belakang Regional Development Plan Based on Beekeeping Activity in Cianjur Regency

3 strategis yang dapat mendatangkan keuntungan ekonomi wilayah strategic land- use development planning . Atas dasar hal tersebut maka diperlukan penelitian secara spasial untuk menentukan lokasi-lokasi mana saja yang potensial untuk dijadikan sebagai tempat budidaya lebah madu di Kabupaten Cianjur agar lebah tidak perlu digembalakan keluar daerah. Penentuan lokasi tersebut harus didasarkan pada berbagai pertimbangan baik dari aspek kesesuaian fisik lahan untuk keberlanjutan budidaya lebah madu, maupun aspek finansial dan aspek sosial. Salah satu pendekatan spasial yang bisa digunakan dalam penentukan lokasi budidaya lebah madu adalah menggunakan perangkat Sistem Informasi Geografis SIG. Menurut vanEngelsdorp 2009, selain aspek fisik lahan, faktor sosial- ekonomi merupakan faktor yang memberikan pengaruh terhadap profitabilitas budidaya lebah madu. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk melihat potensi pengembangan wilayah berbasis budidaya lebah madu dengan mempertimbangkan kesesuaian lahan, aspek ekonomi dan sosial. Penelitian terkait penentuan lokasi pengembangan kegiatan budidaya lebah madu diharapkan dapat menjadi arahan bagi pengembangan wilayah berbasis kegiatan budidaya lebah madu di Kabupaten Cianjur. Penetapan lokasi budidaya yang tepat, baik dari aspek fisik lahan, ekonomi maupun sosial, diperlukan agar budidaya lebah madu dapat berkembang secara optimal, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung pengembangan wilayah di Kabupaten Cianjur.

1.2 Perumusan Masalah

Pengembangan budidaya lebah madu selain berdampak positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat juga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang cukup besar dalam mendorong peningkatan ekonomi wilayah di Kabupaten Cianjur. Salah satu kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan budidaya lebah madu di Kabupaten Cianjur adalah masalah produksi yaitu adanya keterbatasan sumber pakan lebah. Pada masa pembungaan sumber pakan lebah, lebah harus digembalakan ke wilayah-wilayah yang memiliki sumber pakan lebah melimpah seperti kapuk randu, kelengkeng, rambutan atau sumber pakan lebah lainnya agar produksi madu meningkat secara optimal. Keterbatasan sumber pakan lebah yang ada di Kabupaten Cianjur menyebabkan lebah harus digembalakan hingga ke luar daerah. Hal ini disebabkan jenis dan luasan sumber pakan lebah yang ada di Cianjur masih terbatas dan belum mampu mencukupi jumlah populasi lebah yang ada saat ini. Kegiatan penggembalaan tersebut menyebabkan biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh peternak menjadi lebih tinggi. Menurut Corbet et al. 1993 produktivitas koloni lebah madu dipengaruhi oleh ketersediaan pollen dan nektar sebagai sumber pakan lebah. Semakin banyak jumlah koloni lebah madu yang dibudidayakan maka semakin banyak pula sumber pakan lebah yang harus tersedia. Budidaya lebah madu sangat tergantung pada ketersediaan pakan lebah, keadaan sosial dan fisik lingkungan. Setiap jenis pakan lebah membutuhkan persyaratan tumbuh tertentu agar tanaman dapat tumbuh dengan optimal. Berdasarkan hal tersebut, informasi kesesuaian lahan perlu diketahui untuk mengintegrasikan beberapa jenis sumber pakan lebah dalam suatu lokasi. Tujuannya agar terpilih lokasi yang paling sesuai untuk kegiatan 4 budidaya lebah madu. Beberapa jenis pakan lebah yang dapat dikembangkan menjadi sumber pakan antara lain kapuk randu, kaliandra, jagung, rambutan, karet, kopi, kelengkeng dan nira Sihombing 2005. Dengan memperhatikan karakteristik setiap sumber pakan lebah tersebut, jenis tanaman yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Cianjur adalah kapuk randu, karet, rambutan, kelengkeng, jagung dan kaliandra. Produktivitas lebah madu juga sangat dipengaruhi oleh keadaan fisik lingkungan. Keadaan fisik lingkungan seperti suhu, ketinggian tempat, curah hujan, jarak dari sumber air bersih, sangat menentukan keberlanjutan hidup lebah madu. Tidak semua lokasi bisa dijadikan tempat hiduphabitat lebah madu. Terdapat beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan kesesuaian habitatnya. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis untuk mengetahui lokasi yang paling sesuai dan optimal untuk dijadikan sebagai lokasi budidaya yang memenuhi semua kriteria baik dari sisi kesesuaian sumber pakan maupun kesesuaian bagi bagi perkembangan lebah madu itu sendiri. Keberhasilan pengembangan budidaya lebah madu tidak hanya didasarkan pada aspek fisik lahan tetapi perlu mempertimbangkan aspek ekonomi dan sosial. Dari sisi ekonomi, perlu dipertimbangkan kelayakan finansial. Aspek kelayakan finansial menjadi bahan pertimbangan dalam pengembangan kegiatan budidaya lebah madu untuk melihat sejauhmana usaha budidaya dapat memberikan keuntungan secara signifikan pada peternak. Selanjutnya, perlu dipertimbangkan aspek sosial dengan melihat pendapat masyarakat terhadap budidaya lebah madu. Untuk memadukan semua aspek tersebut, diperlukan suatu rumusan arahan pengembangan budidaya lebah madu dalam rangka meningkatkan produktifitas dan keberlanjutan produksinya untuk mendukung pengembangan ekonomi wilayah. Beberapa pertanyaan penelitian yang perlu dikaji dalam penentuan lokasi pengembangan budidaya lebah madu yaitu: 1 Dimana lokasi yang sesuai dan optimal untuk budidaya lebah madu Apis mellifera ditinjau dari aspek kesesuaian jenis pakan dan habitat lebah madu? 2 Bagaimana kelayakan finansial usaha budidaya lebah madu yang dilakukan secara terintegrasi? 3 Bagaiman pendapat masyarakat tentang budidaya lebah madu? 4 Bagaimana arahan pengembangan wilayah berbasis budidaya lebah madu untuk mendukung peningkatan ekonomi masyarakat?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis kesesuaian lahan untuk budidaya lebah madu dengan mempertimbangkan kesesuaian lahan untuk tanaman sumber pakan lebah dan kesesuaian habitat untuk lebah madu 2. Menganalisis kelayakan finansial budidaya lebah madu. 3. Menganalisis pendapat masyarakat terhadap budidaya lebah madu 4. Merumuskan arahan pengembangan wilayah berbasis budidaya lebah madu 5

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk : 1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengambil kebijakan terkait pengembangan kegiatan budidaya lebah madu di Kabupaten Cianjur. 2. Menambah khazanah keilmuan bagi para peneliti yang berminat untuk melakukan kajian lebih mendalam.

1.5 Kerangka Pemikiran

Kabupaten Cianjur merupakan salah satu wilayah yang cukup potensial bagi pengembangan budidaya lebah madu. Potensi tersebut antara lain berupa kelompok tani yang telah melakukan budidaya lebah madu dan produksi madu yang terus meningkat dengan pasar penjualan madu yang cukup menjanjikan. Salah satu kendala yang dihadapi dalam pengembangan budidaya lebah madu di Kabupaten Cianjur adalah tingkat produksinya yang masih terbatas. Produksi madu di Kabupaten Cianjur sampai saat ini masih belum mampu memenuhi permintaan baik untuk pemenuhan konsumsi masyarakat Cianjur sendiri maupun untuk ekspor ke luar daerah. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan upaya dalam rangka pengembangan kegiatan budidaya lebah madu melalui penentuan lokasi-lokasi yang sesuai untuk pengembangan. Penentuan lokasi untuk kegiatan ini dapat ditinjau dari aspek fisik lahan yaitu dengan memperhatikan kesesuaian lahan bagi jenis-jenis pakan lebah dan kesesuaian habitat lebah madu dengan menggunakan perangkat Sistem Informasi Geografis SIG. Menurut Elsheikh et al. 2013 Sistem Informasi Geografis SIG mempunyai kemampuan untuk membuat kerangka model dengan beberapa modifikasi penting untuk melakukan evaluasi kesesuaian lahan. Selain itu, menurut Store dan Jokimaki 2003 SIG dapat digunakan untuk membangun model kesesuaian habitat dengan pendekatan evaluasi multi-kriteria Multi- Criteria Evaluation dan mengintegrasikannya dengan pengetahuan para ahli. Pada penelitian ini, pendekatan SIG digunakan untuk menentukan kesesuaian lahan sumber pakan lebah. Teknik yang digunakan untuk menentukan kesesuaian tersebut adalah matching pencocokan dengan kriteria kesesuaian lahan dari Puslittanak Djaenudin et al. 2000. Penentuan lokasi yang sesuai untuk dijadikan tempat hiduphabitat lebah madu dilakukan melalui pemodelan SIG dengan pendekatan Multi-Criteria Evaluation MCE dan Analytical Hierarchy Process AHP. Selain aspek fisik lahan dan aspek finansial, aspek sosial serta potensi wilayah perlu dijadikan sebagai pertimbangan dalam penentuan lokasi yang sesuai untuk budidaya lebah madu agar tercapai produksi yang optimal dengan keuntungan yang maksimal. Analisis tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan penyerapan informasi dari berbagai stakeholder dan aspek formal teoritis berupa Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Cianjur. Dari analisis tersebut diharapkan diperoleh arahan pengembangan wilayah berbasis budidaya lebah madu di Kabupaten Cianjur. Bagan alir kerangka pemikiran penelitian disajikan pada Gambar 1.