Karakteristik Faktor Infrastruktur dan Penggunaan Lahan yang Mempengaruhi Habitat Lebah

61 Kabupaten Cianjur dipilih untuk diberi buffer. Asumsinya adalah untuk menghindari terganggunya aktivitas lebah dan masyarakat sekitarnya pada kawasan padat pemukiman. Kawasan padat pemukiman diberi buffer Gambar 28 sekaligus dijadikan sebagai konstrain pada peta penggunaan lahan. Buffer dibuat dengan kelas 0-200 m, 200-400 m, 400-600 m dan 600 m. 2. Jarak dari jalan Jarak dari jalan yang sesuai untuk lebah madu adalah lebih dari 800 m. Kendaraan di jalan raya mengeluarkan emisi yang biasanya mengandung logam berat. Lokasi pemeliharaan lebah harus aman dari racunbahan-bahan kimia FAO 1990. Madu yang bersifat higroskofis akan meyerap polutan tersebut. Banyaknya kendaraan di jalan akan menyababkan lebah terganggu karena suara bising yang dikeluarkan kendaraan bermotor. Jalan yang diberi buffer adalah jalan lokal primer termasuk didalamnya jalan arteri dan jalan kolektor Gambar 29. Hal ini bertujuan untuk kenyamanan lebah, menghindari kebisingan suara kendaraan dan pencemaran udara kendaraan bermotor yang berbahaya bagi lebah dan madu yang dihasilkan. Kelas buffer jalan yang digunakan adalah 0-200 m, 200-400 m, 400-800 m dan 800 m. Gambar 27 Sebaran kawasan pemukiman di Kabupaten Cianjur 62 Faktor infrastruktur jarak dari kawasan pemukiman dan jarak dari jalan bobotnya tidak jauh berbeda yaitu masing-masing 0.31 dan 0.33. Keduaya memiliki pengaruh yang hampir sama dalam menentukan lokasi yang sesuai untuk habitat lebah madu. 3. Penggunaan lahan Penggunaan lahan memberikan pengaruh yang cukup tinggi dalam menentukan kesesuaiaan untuk habitat lebah madu. Penggunaan lahan erat kaitannya dengan aktivitas manusia dalam menggunakan lahannya untuk mendukung ketersediaan sumber pakan lebah. Pada dasarnya kriteria fisik lahan dan penggunaan lahan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Keduanya saling mempengaruhi. Sumber pakan lebah tergantung pada keadaan fisik lahan. Demikian halnya dengan lebah madu sangat tergantung pada ketersediaan sumber pakan. Jenis penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Cianjur Gambar 27 beserta persentase luasannya dapat dilihat pada Tabel 16. Gambar 28 Buffer kawasan pemukiman Gambar 29 Buffer jalan 63 Berdasarkan Tabel 16 dan Gambar 30 dapat diketahui bahwa jenis penggunaan lahan yang paling dominan adalah kebun, ladangtegalan, sawah, semakbelukar dan hutan. Jenis penggunaan lahan yang dijadikan konstrain Gambar 30 Jenis penggunaan lahan di Kabupaten Cianjur Tabel 16 Persentase luas jenis penggunaan lahan di Kabupaten Cianjur No. Jenis penggunaan lahan Persentase luas 1 Air laut 0.0186 2 Air tawar 1.2121 3 Belukarsemak 16.0084 4 Empang 0.0003 5 Gedung 0.0239 6 Hutan 13.6738 7 Kebun 24.7058 8 Pasir darat 0.0383 9 Pasir pantai 0.0048 10 Pemukiman 5.8199 11 Rawa 0.0106 12 Rumput 0.4469 13 Sawah irigasi 8.4379 14 Sawah tadah hujan 10.5326 15 Tanah berbatu 0.0045 16 Tanah ladangtegalan 19.0618 Sumber: Peta penggunaan lahan Bappeda 2011 64 adalah air tawar, air laut, empang, rawa, gedung, beberapa kawasan pemukiman yang terluas di wilayah Kabupaten Cianjur, pasir darat, pasir pantai, dan tanah berbatu. Jenis penggunaan lahan tersebut dijadikan konstrain karena tidak mungkin untuk menempatkan lebah madu di lokasi tersebut, karena akan menghambat aktivitas lebah madu dalam mencari pakan dan untuk kemudahan pemelihara lebah madu. Diantara jenis penggunaan lahan yang ada, lahan pertanian merupakan jenis penggunaan lahan yang sesuai untuk habitat lebah madu. Lahan pertanian bisa berupa sawah, ladang atau perkebunan. Tanaman pertanian yang menggunakan pestisida berbahaya sebagai sumber pakan lebah karena dapat menyebabkan matinya lebah madu. Ketiga peta tersebut Gambar 28, 29 dan Gambar 30 disatukan melalui proses overlay dan field calculator berdasarkan bobot hasil analisis AHP, yang menghasilkan output berupa peta kesesuaian yang didasarkan atas aspek infrastruktur dan penggunaan lahan Gambar 31. Nilai terendah hasil perhitungan tersebut adalah 0.12 warna merah dan tertinggi 0.26 warna hijau. Semakin tinggi nilainya maka semakin sesuai untuk habitat lebah madu ditinjau dari aspek infrastruktur dan penggunaan lahan.

5.2.3 Pembuatan Peta Kesesuaian Habitat Lebah madu

Pembuatan peta kesesuaian habitat lebah madu didasarkan atas dua kriteria, yaitu kriteria fisik lahan serta infrastruktur dan penggunaan lahan. Masing-masing kriteria menghasilkan peta kesesuaian yang dijadikan sebagai pertimbangan untuk Gambar 31 Hasil kesesuaian atas dasar aspek infrastruktur dan penggunaan lahan 65 menentukan kesesuaian habitat lebah madu. Penggabungan hasil kesesuaian tersebut menghasilkan peta kesesuaian yang didasarkan atas aspek fisik lahan- infrastruktur dan penggunaan lahan Gambar 32. Nilai terendah hasil perhitungan tersebut adalah 0.13 warna merah dan tertinggi 0.31 warna hijau. Semakin tinggi nilainya maka semakin sesuai untuk habitat lebah madu ditinjau dari aspek fisik lahan dan infrastruktur serta penggunaan lahan. Sejumlah konstrain yang berasal dari kriteria fisik lahan dan penggunaan lahan menjadi pertimbangan dalam menentukan peta kesesuaian habitat lebah madu Gambar 33. Peta kesesuaian habitat lebah madu direklasifikasi untuk menentukan kelas kesesuaiannya. Kelas kesesuaian didasarkan atas sebaran nilai yang diperoleh dari hasil pengolahan dengan field calculator Gambar 34. Selang nilai yang diperoleh adalah 0–0.31. Nilai nol merupakan hasil konstrain. Berdasarkan Gambar 34 dapat diketahui bahwa distribusi nilai berada pada selang 0.19-0.31. Kelas kesesuaian dibagi menjadi tiga kelas secara meratasama besar. Gambar 32 Hasil kesesuaian berdasarkan aspek fisik lahan-infrastruktur dan penggunaan lahan 66 Klasifikasi didasarkan juga pada kondisi budidaya lebah madu saat ini, yang berlokasi di Desa Cikanyere Kecamatan Sukaresmi. Pengambilan titik oleh GPS dilakukan untuk mengetahui lokasi penempatan lebah madu. Hasil pengukuran tersebut koordinat X dan Y dimasukan kedalam peta diatas Gambar 33 dan dilihat nilainya pada poligon field value sesuai koordinat X dan Y. Lokasi tersebut berada pada nilai 0.24. Pada nilai tersebut lebah madu dapat bertahan hidup dan berkembang biak dengan baik, walaupun dari segi curah hujan kurang sesuai untuk lebah madu. Desa Cikanyere memiliki curah hujan berkisar Gambar 34 Statistik penyebaran nilai hasil perhitungan dengan field calculator untuk penentuan kisaran nilai kesesuaian habitat lebah madu Gambar 33 Kesesuaian habitat lebah madu Field counts Field value