29 sesuai dengan persamaan WLC, serta menambahkan konstrain sebagai faktor
kendala dalam persamaan tersebut. Derajat kesesuaian yang digunakan untuk klasifikasi tingkat kesesuaian habitat terdiri atas 3 kelas yaitu sangat sesuai S1,
sesuai S2 dan tidak sesuai N. Pembagian tersebut dilakukan dengan memperhatikan pola sebarandistribusi nilai hasil proses WLC dan produktivitas
lebah madu di Kabupaten Cianjur. Tahapan proses pembuatan peta kesesuaian habitat lebah madu dapat dilihat pada Gambar 5.
3.3.3 Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Lebah Madu
Analisis kesesuaian lahan untuk budidaya lebah madu bertujuan untuk menentukan lokasi yang sesuai dan optimal untuk budidaya lebah madu. Hasil
analisis ini ditampilkan dalam peta kesesuaian lahan untuk budidaya lebah madu. Peta kesesuaian lahan budidaya lebah madu adalah peta yang menunjukan lokasi-
lokasi yang sesuai untuk kegiatan pemeliharaan lebah madu, dimana lebah madu beserta pakannya berada dalam suatu lokasilahan sehingga dapat berproduksi
secara optimal. Kegiatan budidaya tersebut meliputi kegiatan penanaman pakan lebah, pemeliharaan stup lebah dan produksi madu. Lokasi yang terpilih sebagai
tempat budidaya, dapat direncanakan menjadi Taman Wisata Lebah sesuai Partisipatory Business Plan
yang telah disusun. Analisis ini dilakukan dengan menggabungkan peta kesesuaian jenis pakan lebah dan peta kesesuaian habitat
lebah melaui proses overlay.
3.3.4 Analisis Finansial Budidaya Lebah Madu
Analisis finansial budidaya lebah madu digunakan sebagai pendekatan untuk menghitung kelayakan usaha budidaya lebah madu jika dilakukan secara
terintegrasi pada lokasi terpilih hasil analisis kesesuaian budidaya lebah madu. Pada lokasi terpilih tersebut dilakukan pembangunan sumber-sumber pakan lebah
yang sesuai dalam suatu luasan tertentu, termasuk pengadaan prasarana untuk pengolahan, pemasaran, dan
promosi produk. Untuk mengetahui kelayakan tersebut
dibuat beberapa
skenario dengan
mempertimbangkan kegiatan
penggembalaan, jumlah jenis pakan dan status lahan sebagai tempat budidaya. Gambar 5 Bagan alir tahapan proses pembuatan peta kesesuaian habitat lebah
madu
30 Setiap skenario dihitung nilai kelayakan usahanya dengan pendekatan yang
digunakan adalah Net Present Value NPV dan Benefit Cost Ratio BCR. NPV merupakan selisih antara benefit penerimaan dengan cost pengeluaran yang
telah di-present-value-kan. Kriteria ini mengatakan bahwa suatu usaha akan dipilih apabila NPV 0. Apabila NPV nol, maka usaha tersebut merugikan
sehingga lebih baik tidak dilaksanakan. Secara umum rumus matematisnya dituliskan sebagai berikut Rustiadi et al. 2009:
軽鶏撃 = 府 磐 稽
痛
伐 系
痛
1 + 件
痛
卑
津 痛退怠
dimana :
B
t
: manfaat yang diperoleh sehubungan dengan suatu usaha atau proyek pada time series
tahun, bulan, dan sebagainya ke-t Rp. C
t
: biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan proyek pada time series ke-t tidak dilihat
apakah biaya tersebut bersifat modal pembelian peralatan rumah, konstruksi dan sebagaianya Rp.
i :
tingkat suku bunga yang relevan t
: Periode 1, 2, 3,...n
Benefit Cost Ratio BCR merupakan cara evaluasi usaha dengan
membandingkan nilai sekarang seluruh hasil yang diperoleh suatu usaha dengan nilai sekarang seluruh biaya usaha atau kegiatan. BCR akan mengggambarkan
keuntungan dan layak untuk dilaksanakan jika mempunyai nilai lebih besar dari satu. Jika BCR kurang dari satu, maka usaha tersebut merugikan maka tidak layak
untuk dilaksanakan. Nilai BCR sama dengan satu maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi marjinal, sehingga terserah pada pengambil keputusan.
BCR secara matematis dituliskan sebagai berikut:
稽系迎 = 府 稽
痛
1 + 件
痛 津
痛退怠
府 磐 系
痛
1 + 件
痛
卑
津 痛退怠
Dari hasil analisis NPV dan BCR diharapkan dapat diketahui keuntungan benefit yang akan diperoleh jika budidaya lebah madu dilaksanakan dengan
melakukan penggembalaan, sewa lahan atau dengan membangun sumber pakan lebah di wilayah Kabupaten Cianjur, sekaligus dijadikan sebagai Taman Wisata
Lebah.
Kombinasi penanaman
sumber pakan
lebah dibangun
dengan memperhatikan luasan penanaman dan musim pembungaan yang dilaksanakan.
Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan NPV dan BCR antara lain : a. Jumlah awal stup yang dibudidayakan berjumlah 50 stup
b. Jumlah stup setiap tahun bertambah 0.25 dari jumlah semula c. Kondisi cuaca dianggap normal curah hujan normal
d. Kondisi lebah dalam setiap stup dianggap baik jumlah koloni lebah normal,
tidak terkena penyakit e. Pembelian stup diawal musim penggembalaan musim kemarau
f. Tidak dilakukan tumpangsari diantara tanaman pokok sumber pakan lebah g. Perhitungan NPV dan BCR dilakukan sampai tahun ke-8
h. Suku bunga yang dipakai dalam perhitungan 10 .