60 Selain
insektisida, petani
juga menggunakan
fungisida untuk
mengendalikan penyakit pada tanaman paprika yang disebabkan oleh jamur. Jenis fungsisida yang umumnya digunakan petani adalah Score dan Amistartop dengan
dosis pemakaian 0,25-0,5 ml per liter air. Sama seperti pupuk daun, penggunaan fungisida juga bersifat kondisional yaitu dapat disesuaikan dengan kondisi
tanaman di lapang. Dalam satu musim tanam, rata-rata kebutuhan fungisida untuk lahan seluas 1.000 m
2
adalah sebanyak 909,32 ml. Penyemprotan fungsida dapat dilakukan bersamaan dengan penyemprotan insektisida maupun secara terpisah.
5.3.5. Panen dan Pasca Panen
Tanaman paprika dapat berproduksi rata-rata hingga 8 bulan dalam satu kali periode tanam dan dapat dipanen secara kontinu selama tanaman masih
produktif. Beberapa jenis paprika yang dihasilkan oleh petani Desa Pasirlangu diantaranya paprika hijau, paprika merah, dan paprika kuning. Paprika hijau
merupakan jenis paprika merah atau kuning yang belum berubah warna buah muda. Paprika dapat dipanen hijau setelah berusia 70 hari setelah tanam dan baru
dapat dipanen warna 100 hari setelah tanam. Pemanenan dilakukan dengan memotong bagian tangkai buah dengan hati-hati tanpa menggunakan peralatan
khusus.
Gambar 10. Paprika Hidroponik yang Dihasilkan di Desa Pasirlangu
Jumlah paprika yang akan dipanen hijau atau warna biasanya disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Buah yang siap panen ditandai dengan daging buah yang
sudah keras, persentase warna buah yang sudah mencapai 90 persen untuk panen warna merah dan kuning, serta ukuran dan bobot yang sudah mencapai ideal.
Ukuran ideal untuk paprika yang akan dipanen yaitu yang memiliki diameter 75-
61 110 mm, sedangkan bobot ideal untuk paprika yang akan dipanen adalah sekitar
160-250 gram. Bentuk yang dihasilkan adalah blocky, yaitu buah paprika yang agak bulat dan melebar ke samping tidak terlalu lonjong seperti yang terlihat
pada Gambar 10. Hasil panen kemudian dimasukkan ke dalam plastik bening besar. Para
petani biasanya hanya meletakkan hasil panen paprikanya di luar greenhouse untuk kemudian diambil oleh para pekerja dari koperasi, kelompok tani, atau
bandar lokal untuk dibawa ke gudang. Di gudang-gudang tersebutlah baru akan dilakukan proses sortasi, grading, penimbangan, pencatatan, dan pengemasan.
Melalui koperasi, kelompok tani, dan bandar lokal itulah proses pemasaran paprika dilakukan.
VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS
Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani paprika hidroponik di lokasi penelitian adalah model fungsi Cobb-Douglas
dengan pendekatan Stochastic Production Frontier. Metode penduga yang digunakan pada model fungsi produksi Stochastic Frontier Cobb-Douglas adalah
Maximum Likelihood Estimated MLE. Hasil dari pendugaan fungsi produksi tersebut akan digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi usahatani paprika hidroponik di Desa Pasirlangu, serta menganalisis tingkat efisiensi teknis dan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis
paprika hidroponik di lokasi penelitian. Metode MLE digunakan untuk menggambarkan hubungan antara produksi
maksimum yang dapat dicapai pada tingkat penggunaan faktor-faktor produksi yang ada. Metode MLE dilakukan melalui proses dua tahap. Tahap pertama
menggunakan metode Ordinary Least Square OLS untuk menduga parameter teknologi dan input-input produksi. Pengujian dengan metode OLS juga dapat
mendeteksi autokorelasi, multikolinearitas, dan heterokedastisitas dalam fungsi produksi. Tahap kedua menggunakan metode MLE untuk menduga keseluruhan
parameter faktor produksi, intersep, dan varians kedua komponen error. Fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas yang dibahas pada
penelitian ini dibuat dalam bentuk per satuan lahan. Cara ini dilakukan untuk menghindari terjadinya multikolinearitas. Dengan demikian, di dalam model
fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas, hasil produksi dan semua input yang digunakan dalam usahatani paprika hidroponik dibuat dalam per satuan
lahan m
2
. Variabel independen awal yang diduga akan mempengaruhi produksi
paprika hidroponik per satuan lahan terdiri dari tujuh variabel, yaitu jumlah benih B, nutrisi Nut, insektisida Ins, fungisida Fu, pupuk daun Pd, pupuk
pelengkap cair Pc, dan tenaga kerja TK. Dari hasil analisis OLS ditemukan dua variabel yang memiliki nilai koefisien yang negatif, yaitu pada variabel jumlah
pupuk daun dan pupuk cair Lampiran 1. Tanda negatif yang dihasilkan diduga karena penggunaan pupuk daun dan pupuk cair di lapang yang sudah berlebihan.
Berdasarkan pengamatan, pupuk daun dan pupuk cair tidak diberikan pada semua
63 tanaman tetapi hanya diberikan pada tanaman yang kurang sehat dan jumlah
pemberiannya tidak pasti karena disesuaiakan dengan kondisi tanaman yang membutuhkan. Peningkatkan dosis penggunaan dilakukan jika penyakit yang
menyerang tanaman
sudah membahayakan.
Petani cenderung
hanya memperkirakan takaran yang digunakan dan tidak ada jumlah yang pasti sehingga
diduga melebihi dosis yang dianjurkan. Akan tetapi, penggunaan pupuk daun dan pupuk cair yang berlebihan justru dapat mengakibatkan tanaman menjadi busuk
sehingga dapat mengurangi produksi yang dihasilkan. Keberadaan koefisien yang bernilai negatif sebaiknya dihindari agar
relevan dengan asumsi fungsi Cobb-Douglas yaitu dalam keadaan law of diminishing returns untuk setiap input sehingga informasi yang diperoleh dapat
digunakan untuk melakukan upaya agar setiap penambahan input dapat menghasilkan tambahan output yang lebih besar Coelli et al 2005. Oleh karena
itu, dalam penentuan fungsi produksi dipilih fungsi produksi yang memiliki nilai koefisien keseluruhan yang positif. Variabel pupuk daun dan pupuk cair
dihilangkan dari model karena memiliki nilai koefisien yang negatif. Pertimbangan lainnya adalah bahwa kedua variabel tersebut tidak termasuk
variabel utama dalam usahatani paprika dan tidak semua petani menggunakannya. Adapun variabel independen yang tetap digunakan dalam model yaitu benih,
nutrisi, insektisida, fungisida, dan tenaga kerja yang seluruhnya dibuat per satuan lahan.
6.1. Pendugaan Fungsi Produksi Stochastic Frontier
Pendugaan parameter fungsi produksi Cobb-Douglas dengan metode OLS menunjukkan gambaran kinerja rata-rata best fit dari proses produksi petani pada
tingkat teknologi yang ada. Hasil estimasi model fungsi produksi Cobb-Douglas per satuan lahan dengan metode OLS beserta nilai signifikansinya ditunjukkan
pada Tabel 15. Hasil pendugaan metode OLS dengan memasukkan lima variabel tidak
menunjukkan adanya masalah multikolinearitas dan autokorelasi pada model yang terbentuk, masing-masing dapat dilihat dari nilai VIF dan Durbin-Watson. Nilai
VIF untuk masing-masing variabel independen di dalam model tidak ada yang lebih dari 10 dan nilai Durbin-Watson masih berada pada kisaran 2 Lampiran 2.