Pengajiran Pemilihan dan Pembentukan Batang Produksi Pewiwilan

56 Pemberian nutrisi pada tanaman paprika dilakukan setiap hari dengan frekuensi pemberian nutrisi yang dianjurkan sebanyak dua kali per hari pada saat cuaca normal. Dari 59 orang responden, terdapat 12 orang atau 20,34 persen responden yang memberikan nutrisi hanya satu kali per hari ditambah satu kali penyiraman dengan air biasa. Volume pemberian nutrisi diberikan secara berpola sesuai dengan umur tanaman. Tanaman muda diberi nutrisi sebanyak 400 ml per tanaman per hari, tanaman yang sudah mulai berbunga diberi nutrisi sebanyak 600 ml per tanaman per hari, dan tanaman yang sudah memasuki usia produktif atau berbuah diberi nutrisi sebanyak 1.000 ml per tanaman per hari. Untuk tanaman yang menjelang dibongkar maka pemberian nutrisi diturunkan kembali menjadi 400 ml per tanaman per hari. Akan tetapi, para petani responden sebenarnya tidak dapat memastikan secara tepat jumlah nutrisi yang diberikan untuk setiap tanaman karena terkendala oleh sistem fertigasi manual yang mereka gunakan. Rata-rata pupuk AB Mix yang dihabiskan responden untuk satu musim tanam pada greenhouse 1.000 m 2 atau 3.482 pohon adalah sekitar 25 paket atau jika dikonversi yaitu sekitar 354.380 liter larutan nutrisi siap pakai. Selain nutrisi, beberapa petani paprika di Desa Pasirlangu juga memberikan pupuk daun dan pupuk pelengkap cair untuk tanaman paprika. Pupuk daun yang digunakan antara lain Growmore yang berbentuk padat, dosis pemakaiannya yaitu 1 gram per liter air. Sementara pupuk pelengkap cair yang digunakan antara lain Trubus dan Atonic dengan dosis pemakaian 1 ml per liter air. Pupuk daun biasanya dicampurkan bersama dengan larutan pekat pupuk B, sedangkan pupuk pelengkap cair digunakan secara terpisah. Akan tetapi pemberian kedua jenis pupuk ini bersifat kondisional, dapat disesuaikan dengan kondisi tanaman paprika di lahan. Dalam satu musim tanam, rata-rata pupuk daun yang dibutuhkan per 1.000 m 2 adalah sebanyak 1,81 kg dan pupuk pelengkap cair sebanyak 2,82 liter.

5.3.4.2. Pengajiran

Pengajiran tanaman paprika dilakukan saat usia 14 hari setelah tanam. Tali yang akan digunakan untuk pengajiran telah diikatkan pada kawat yang melintang. Ujung atas tali ajir diikatkan pada kawat yang melintang di bagian langit-langit greenhouse, sedangkan bagian bawah tali diikatkan pada kawat yang 57 melintang di dekat perakaran tanaman. Pengajiran dilakukan dengan melilitkan tali penyangga tersebut pada batang tanaman paprika. Gambar 8. Tanaman Paprika yang Dililitkan Tali Pelilitan harus dilakukan secara rutin karena batang tanaman akan terus tumbuh tinggi. Selain itu lilitan juga harus sesuai, tidak terlalu kencang agar tidak merusak tanaman dan tidak terlalu longgar agar tanaman tidak roboh. Pengajiran bertujuan agar tanaman dapat tumbuh tegak lurus dan kokoh seperti yang terlihat pada Gambar 8.

5.3.4.3. Pemilihan dan Pembentukan Batang Produksi

Pemilihan dan pembentukan batang produksi dilakukan pada saat tanaman paprika berumur 21-30 hari. Dari tiga atau empat cabang yang tumbuh pada ujung batang utama, maka hanya dipilih dua cabang saja yang akan tetap dipelihara. Cabang yang dipilih adalah cabang yang kokoh dan membentuk sudut paling lebar. Cabang yang dibuang dipatahkan secara manual dengan tangan tanpa menggunakan alat bantu. Pemilihan cabang dimaksudkan agar pertumbuhan tanaman optimal sehingga dapat menghasilkan produk yang memiliki kuantitas dan kualitas yang baik.

5.3.4.4. Pewiwilan

Pewiwilan dilakukan dengan melakukan pemangkasan terhadap tunas air dan cabang yang tidak dipelihara, pemangkasan daun dan mahkota bunga, serta penjarangan buah. Pewiwilan atau pemangkasan perlu dilakukan agar nutrisi yang tali penyangga 58 diberikan tidak terbagi kepada bagian tanaman yang memang tidak memerlukannya. Dengan kata lain, dengan adanya kegiatan pewiwilan maka nutrisi yang diberikan dapat dimanfaatkan dengan tepat sehingga produksi lebih optimal. Kegiatan pewiwilan ini harus dilakukan secara rutin dan kontinyu. Proses pemangkasan terhadap tunas air dan cabang yang tidak dipelihara serupa dengan proses pemilihan cabang produksi utama yaitu memilih dua dari tiga atau empat cabang yang tumbuh di bagian ketiak daun, sedangkan pemangkasan daun dilakukan dengan membuang daun yang sudah tua atau terkena penyakit seperti embun tepung yang menyebabkan daun menjadi putih dan busuk. Sementara pemangkasan mahkota bunga dilakukan dengan membuang mahkota bunga yang menjadi tempat persembunyian bagi hama thrips. Pemangkasan tunas air yang tidak dipelihara dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Proses Pemangkasan Tunas Air yang Tidak Dipelihara Kegiatan pewiwilan selanjutnya adalah penjarangan buah. Kegiatan penjarangan buah akan menghasilkan buah yang terseleksi dengan baik. Buah yang sebaiknya tidak dipelihara adalah buah yang tumbuh di dekat cabang utama karena jika buah tersebut dibiarkan maka sebagian besar nutrisi akan terserap oleh buah tersebut sehingga dapat menghambat pertumbuhan batang dan mengganggu pertumbuhan buah lainnya. Selain itu jika ada dua buah yang tumbuh secara berdempetan maka harus dipilih salah satu saja, yaitu yang memiliki pertumbuhan lebih baik. Adapun buah yang sudah terserang hama juga sebaiknya tidak perlu dipelihara karena hanya akan menghasilkan buah yang berkualitas rendah. satu dari tiga tunas air pemangkasan tunas air 59

5.3.4.5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Dokumen yang terkait

Analisis Usahatani dan Keunggulan Komparatif-Kompetitif Pengusahaan Paprika Hidroponik di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

0 8 148

Analisis Saluran Pemasaran Paprika Hidroponik di Desa Cigugur Girang, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

2 18 134

Analisis Usahatani dan Analisis Kelayakan Usahatani pada Budidaya Paprika (Capsicum annum var. grosumm) dengan Sistem Hidroponik (Studi Kasus di PT Cipta Citra Persada, Desa Naringgul Bawah, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

2 15 106

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani paprika hidroponik di Kecamatan Parangpong Kabupaten Bandung

3 19 95

Analisis gender dalam pengembangan agribisnis paprika (Kasus komunitas petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat)

0 16 113

Analisis risiko produksi cabai paprika di kelompok tani dewa family Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat

2 26 88

Analisis risiko produksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik (Studi kasus kelompok tani paprika “Dewa Family” Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat)

7 59 145

Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran di Desa Panundaan, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

10 42 80

Analisis pendapatan dan efisiensi teknis usahatani ubi kayu desa galuga kecamatan cibungbulang kabupaten Bogor

2 11 70

ANALISIS PENGETAHUAN GIZI IBU BALITA DI DESA PASIRLANGU CISARUA BANDUNG BARAT.

0 3 24