14
2.3. Tinjauan Empiris Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani
Efisiensi teknis dan pendapatan usahatani dapat dijadikan sebagai indikator kinerja yang dilakukan oleh petani sehingga topik tersebut menarik
untuk dianalisis. Sejumlah penelitian empiris mengenai efisiensi teknis dan pendapatan usahatani beberapa komoditas pertanian telah dilakukan. Beberapa
komoditas pertanian yang telah diteliti terkait dengan efisiensi teknis dan pendapatan usahatani antara lain kentang, cabai merah, dan padi.
Tanjung 2003 melakukan penelitian mengenai efisiensi teknis dan pendapatan usahatani kentang di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Alat analisis
yang digunakan untuk menganalisis pendapatan usahatani yaitu analisis pendapatan dan analisis RC. Dalam penelitiannya, Tanjung membandingkan
tingkat pendapatan usahatani yang menggunakan benih unggul Granola F2 dan yang menggunakan benih lokal. Dari hasil penelitian diketahui bahwa RC
usahatani yang menggunakan benih Granola F2 lebih besar dari RC usahatani yang menggunakan benih lokal. RC atas biaya tunai dan biaya total dari
usahatani kentang yang menggunakan benih Granola F2 adalah 1,8 dan 1,4. Sementara RC atas biaya tunai dan biaya total usahatani yang menggunakan
benih lokal adalah 1,2 dan 0,7. Hal tersebut menunjukkan bahwa usahatani kentang dengan benih lokal tidak menguntungkan untuk dijalankan berdasarkan
analisis RC atas biaya total. Alat yang digunakan untuk menganalisis efisiensi teknis yaitu fungsi
produksi stochastic frontier, yang juga digunakan untuk menganalisis efisiensi alokatif dan ekonomis. Hasil analisis menunjukkan bahwa petani kentang telah
mencapai efisiensi teknis dengan nilai rata-rata sebesar 0,756. Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi tingkat efisiensi teknis petani adalah usia, pengalaman,
keikutsertaan petani dalam kelompok tani, dan jenis benih. Namun, keikutsertaan petani di dalam kelompok tani berhubungan negatif dengan efisiensi teknis petani.
Sementara hasil analisis efisiensi alokatif dan ekonomis petani responden menggambarkan bahwa petani responden belum efisien.
Penelitian mengenai efisiensi teknis usahatani kentang dan faktor-faktor yang mempengaruhinya juga dilakukan oleh Andarwati 2011. Penelitian yang
dilakukan di Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara ini berfokus untuk
15 meneliti tingkat efisiensi teknis dari usahatani kentang yang menggunakan benih
varietas Granola dari beberapa generasi. Berdasarkan analisis fungsi produksi stochastic frontier menunjukkan bahwa variabel yang bernilai positif dan
berpengaruh signifikan terhadap produksi kentang per hektar yaitu benih dan pupuk organik, sedangkan unsur S dalam pupuk anorganik berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap produksi kentang. Usahatani kentang di lokasi penelitian secara keseluruhan telah mencapai
efisiensi secara teknis dengan nilai rata-rata 0,75. Usahatani kentang benih G3-G6 telah mencapai efisiensi secara teknis karena rata-rata efisiensinya telah mencapai
lebih dari 70 persen, sedangkan usahatani kentang benih G7 belum mencapai efisiensi secara teknis. Faktor-faktor yang memberikan pengaruh negatif dan
signifikan terhadap inefisiensi teknis usahatani kentang antara lain pengalaman usahatani, pendidikan formal, dan luas lahan yang dikuasai. Sementara faktor
umur berpengaruh positif dan signifikan terhadap inefisiensi teknis usahatani kentang. Berdasarkan hasil kedua penelitian mengenai efisiensi teknis kentang,
dapat disimpulkan bahwa benih berpengaruh terhadap efisiensi teknis usahatani kentang. Dengan demikian penggunaan benih berkualitas tinggi harus diupayakan
agar usahatani berjalan efisien dan pendapatan usahatani lebih maksimal. Selain kentang, kajian efisiensi teknis dengan pendekatan stochastic
frontier juga pernah dilakukan terhadap komoditi cabai merah. Sukiyono 2004 melakukan penelitian mengenai faktor penentu tingkat efisiensi teknis usahatani
cabai merah di Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong. Faktor- faktor yang dimasukkan dalam model fungsi produksi frontier antara lain benih,
luas area, tenaga kerja, urea, TSP, KCL, pupuk kandang, dan pestisida. Sementara faktor-faktor yang dimasukkan dalam model inefisiensi teknis adalah atribut
petani, yakni umur, pengalaman berusahatani cabai, tingkat pendidikan, dan luas lahan. Hasil analisis fungsi produksi frontier dengan metode MLE menunjukkan
bahwa variabel yang berpengaruh nyata adalah jumlah pupuk TSP, KCL, pupuk kandang, tenaga kerja, luas area, dan pestisida, namun untuk variabel TSP dan
tenaga kerja memiliki tanda negatif. Variabel benih dan urea tidak berpengaruh nyata terhadap produksi meskipun memiliki tanda positif. Tingkat efisiensi teknis
usahatani cabai merah bervariasi, dengan nilai terendah 7,73 persen dan tertinggi
16 99,48 persen. Lebih jauh, secara keseluruhan rata-rata efisiensi teknis yang
dicapai oleh petani yaitu sebesar 64,86 persen. Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya pendidikan formal yang berpengaruh nyata terhadap tingkat efisiensi teknis.
Maryono 2008 meneliti tentang efisiensi teknis dan pendapatan usahatani padi program benih bersertifikat di Desa Pasirtalaga, Kecamatan Telagasari,
Kabupaten Karawang. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk melihat pengaruh dari adanya program benih bersertifikat terhadap efisiensi teknis dan pendapatan
usahatani. Peneliti menggunakan fungsi produksi stochastic frontier untuk menganalisis efisiensi teknis, sedangkan untuk menganalisis pendapatan usahatani
digunakan analisis pendapatan serta analisis RC. Enam variabel yang dimasukkan dalam fungsi produksi frontier yaitu luas lahan, jumlah benih, urea, TSP, obat,
dan tenaga kerja. Akan tetapi, variabel luas lahan menimbulkan multikolinearitas pada model sehingga variabel tersebut dijadikan pembobot bagi variabel
dependen dan independen. Sementara variabel yang diperkirakan mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis adalah pengalaman, pendidikan formal, umur bibit, rasio
urea-TSP, dummy bahan organik, dan dummy legowo. Penelitian dilakukan dengan membandingkan hasil pada musim tanam I
dan musim tanam II. Berdasarkan hasil perhitungan produksi stochastic frontier dengan metode MLE, pada masa tanam I bahwa faktor-faktor yang berpengaruh
nyata terhadap produksi yaitu jumlah pupuk urea, tenaga kerja, dan benih. Faktor produksi seperti urea dan tenaga kerja memiliki nilai yang positif, sebaliknya
koefisien jumlah benih bernilai negatif. Pada masa tanam II diperoleh hasil bahwa selain urea dan tenaga kerja, faktor produksi obat-obatan juga memiliki nilai
positif dan berpengaruh nyata terhadap produksi. Sementara faktor produksi selain benih yang bernilai negatif serta berpengaruh nyata terhadap produksi yaitu TSP.
Penelitian menunjukkan bahwa pada masa tanam II terjadi penurunan tingkat efisiensi teknis petani responden. Nilai rata-rata efisiensi teknis pada masa
tanam I sebesar 0,966 sedangkan pada masa tanam II nilai rata-rata efisiensi teknis hanya sebesar 0,899. Hal tersebut menunjukkan bahwa program benih
bersertifikat justru menurunkan efisiensi teknis rata-rata sebesar 6,935 persen. Hasil pendugaan efek inefisiensi teknis menunjukkan bahwa pada masa tanam I
variabel yang berpengaruh terhadap efisiensi teknis adalah dummy bahan organik
17 dan dummy legowo. Sementara pada masa tanam II faktor-faktor yang nyata
berpengaruh dalam menjelaskan inefisiensi teknis di dalam proses produksi adalah pengalaman, pendidikan, dan rasio urea-TSP. Hasil analisis pendapatan
menunjukkan bahwa RC atas biaya total setelah program secara nominal mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelum program, namun secara riil
mengalami penurunan. RC atas biaya total sebelum program sebesar 1,64 sedangkan setelah program nilai nominalnya sebesar 1,91 dan nilai riilnya sebesar
1,62. Penelitian mengenai efisiensi usahatani padi di Kecamatan Telagasari
Kabupaten Karawang juga dilakukan oleh Hutauruk 2008. Serupa dengan penelitian Maryono, penelitian Hutauruk ini juga mengkaji tentang pengaruh
program pemerintah dengan membandingkan efisiensi dan pendapatan usahatani padi benih bersubsidi sebelum dan setelah program. Akan tetapi, penelitian
Hutauruk tidak hanya menganalisis efisiensi teknis tetapi juga menganalisis efisiensi alokatif dan ekonomis. Variabel yang digunakan dalam fungsi produksi
frontier sama dengan penelitian sebelumnya hanya menambahkan variabel lain seperti pupuk KCL dan NPK serta memecah variabel tenaga kerja menjadi dua
yaitu tenaga kerja luar keluarga dan dalam keluarga. Di dalam model inefisiensi, Hutauruk tidak menggunakan variabel rasio urea-TSP dan dummy bahan organik
seperti penelitian sebelumnya, melainkan menggunakan variabel besar pendapatan di luar usahatani dan dummy status kepemilikan lahan.
Berdasarkan hasil penelitian, faktor-faktor yang berpengaruh dalam musim tanam dengan menggunakan benih sendiri adalah lahan, jumlah benih, pupuk
KCL, pupuk NPK, tenaga kerja luar keluarga dan tenaga kerja dalam keluarga. Sementara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi musim tanam dengan benih
bantuan pemerintah adalah lahan, pupuk KCL, dan tenaga kerja luar keluarga. Penelitian juga menunjukkan bahwa terjadi penurunan efisiensi usahatani sesudah
penggunaan benih bersubsidi dibandingkan dengan sebelum penggunaan benih bersubsidi. Efek inefisiensi teknis dipengaruhi oleh umur bibit. Penggunaan bibit
muda akan menurunkan inefisiensi teknis sedangkan dalam pelaksanaannya petani responden jarang menggunakan bibit muda. Pada musim tanam kedua pendapatan
tunai maupun total justru mengalami penurunan karena pada saat itu produksi dan
18 harga gabah menurun. Ini ditunjukkan oleh RC atas biaya tunai dan total yang
menurun. Dilihat dari struktur biaya, bantuan benih bersubsidi kurang berperan dalam membantu petani karena biaya benih hanya menyumbang sebesar 1,21
persen. Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dan
penelitian yang dilakukan penulis, khususnya yang terkait dengan variabel- variabel produksi dan variabel-variabel inefisiensi teknis. Sama halnya dengan
penelitian terdahulu, penulis juga memasukkan variabel atau faktor produksi seperti lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja dalam penelitian ini. Akan
tetapi, dalam penelitian ini variabel luas lahan akan dijadikan pembobot pada variabel dependen maupun variabel independen. Sementara variabel inefisiensi
teknis yang digunakan dalam penelitian ini dan juga yang telah digunakan pada penelitian terdahulu antara lain variabel umur petani, pengalaman, pendidikan
formal, umur bibit, dummy keikutsertaan dalam kelompok tani, dan dummy status kepemilikan lahan. Variabel lainnya yang akan dianalisis yaitu variabel dummy
status usahatani dan dummy kredit bank karena perbedaan status usahatani dan sumber permodalan diduga akan berpengaruh terhadap tingkat efisiensi teknis.
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis