6
1.2. Perumusan Masalah
Kabupaten Bandung Barat merupakan kawasan pengembangan komoditi paprika di Provinsi Jawa Barat. Program pengembangan kawasan ini diarahkan
pada pemilihan komoditi prioritas atau komoditi unggulan daerah sesuai potensi dan kekhasan wilayah. Sentra produksi paprika Kabupaten Bandung Barat berada
di Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua. Topografi Desa Pasirlangu yang berada pada ketinggian 900-2.050 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 20-
25 C sangat mendukung untuk budidaya tanaman paprika.
Peluang pasar paprika yang dihasilkan petani Desa Pasirlangu sangat besar. Selain banyak diserap oleh pasar dalam negeri, paprika yang dihasilkan
petani juga dibutuhkan untuk ekspor. Di dalam negeri, paprika banyak diminati khususnya di daerah perkotaan, seperti restauran, hotel, dan supermarket.
Sementara untuk ekspor, pasar utama paprika adalah ke Singapura. Permintaan paprika untuk ekspor bisa mencapai 10 ton per minggu, sementara petani di Desa
Pasirlangu baru mampu memenuhi pasokan paprika sebanyak 4-6 ton karena keterbatasan produksi
3
. Dengan demikian, petani Desa Pasirlangu masih belum mampu memenuhi kebutuhan pasar ekspor sehingga potensi pasar paprika belum
sepenuhnya tergarap dengan baik. Teknik budidaya paprika yang sebagian besar digunakan oleh para petani
Desa Pasirlangu yaitu sistem hidroponik dalam rumah plastik dengan menggunakan media tanam berupa arang sekam. Dalam teknik hidroponik
dibutuhkan nutrisi sebagai sumber makanan bagi tanaman. Penggunaan sistem hidroponik bertujuan agar pertumbuhan tanaman lebih terkontrol, tanaman dapat
berproduksi dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi, dan tanaman bebas dari gulma Prihmantoro dan Indriani 1998. Akan tetapi sampai saat ini petani paprika
di Desa Pasirlangu masih mengalami keterbatasan produksi yang salah satunya disebabkan oleh produktivitas paprika yang belum optimal.
Luas lahan dan produktivitas paprika hidroponik di Desa Pasirlangu tahun 2008-2011 terus mengalami peningkatan yang berimplikasi terhadap peningkatan
produksi setiap tahunnya. Walaupun jumlah produksinya meningkat, tetapi
3
Hasil wawancara dengan ketua Kelompok Tani Dewa Family dan Koperasi Mitra Sukamaju
7 produksi paprika hidroponik di Desa Pasirlangu masih belum sesuai harapan.
Menurut Gunadi 2006, berdasarkan penelitian dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang, tanaman paprika hidroponik yang dibudidayakan sesuai
dengan kondisi di Indonesia dapat memiliki produktivitas yang optimal hingga mencapai 8-9 kilogram per meter persegi. Namun pada kenyataannya
produktivitas rata-rata paprika hidroponik yang mampu dicapai oleh petani di Desa Pasirlangu hanya sebesar 5,7 kilogram per meter persegi atau 57 ton per
hektar.
Tabel 5 . Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Paprika di Desa Pasirlangu
Tahun 2008-2011 Tahun
Luas Lahan Ha Produksi Ton
Produktivitas TonHa 2008
15 750
50 2009
25 1.375
55 2010
26 1.482
57 2011
26 1.482
57
Sumber: Laporan Profil Desa Pasirlangu Diolah
Kesenjangan antara produktivitas riil dan produktivitas potensial yang diharapkan diduga karena para petani paprika hidroponik di Desa Pasirlangu
masih menghadapi kendala di lapang khususnya terkait dengan penggunaan input produksi. Kondisi di lapang menunjukkan bahwa masih ada beberapa petani yang
kesulitan mencukupi kebutuhan input-input usahatani karena kurangnya modal sehingga efisiensi dan produktivitasnya menjadi kurang optimal. Sebaliknya, ada
pula petani yang memberikan input seperti insektisida yang berlebih dengan asumsi pemberian insektisida yang banyak akan semakin cepat membasmi hama
tanaman. Namun pada kenyataannya, pemberian input berlebih justru akan menurunkan kualitas tanaman dan hanya akan menambah beban biaya.
Penggunaan insektisida yang berlebih juga sempat mengakibatkan penolakan ekspor paprika ke Singapura karena kandungan residu melebihi batas minimum
yang ditetapkan importir. Faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap produksi yaitu kapabilitas
manajerial sumberdaya manusia yang ada. Keterampilan manajerial petani akan menentukan rasionalitas petani dalam mengambil keputusan yang berkaitan
8 dengan pengalokasian faktor-faktor produksi. Tenaga kerja yang terampil
merupakan faktor yang penting karena pengusahaan paprika hidroponik dalam greenhouse berbeda dengan pembudidayaan paprika konvensional di lahan
terbuka, terutama berkaitan dengan pengelolaan atau penanganan yang lebih detail.
Teknik budidaya paprika hidroponik yang diterapkan oleh petani akan mempengaruhi tingkat efisiensi teknis usahatani. Petani yang mampu mengelola
penggunaan sumberdaya input yang ada untuk mencapai produksi output maksimum atau meminimumkan penggunaan input untuk mencapai output dalam
jumlah yang sama, maka dapat dikatakan petani tersebut telah efisien. Informasi mengenai tingkat efisiensi teknis dan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi
teknis diperlukan untuk mengevaluasi kinerja para petani paprika hidroponik serta dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Keberhasilan pengembangan usahatani paprika hidroponik baik dari segi kualitas maupun kuantitas produksi sangat ditentukan oleh penguasaan teknologi
dan keterampilan petani dalam pemeliharaannya yang pada akhirnya akan berpengaruh kepada pendapatan yang diperoleh. Tingkat efisiensi teknis yang
dicapai akan mempengaruhi besar kecilnya pendapatan yang diterima petani. Mengacu pada permasalahan yang telah diuraikan, perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik di Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua?
2. Bagaimana efisiensi teknis serta faktor apa saja yang mempengaruhi
inefisiensi teknis usahatani paprika hidroponik di Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua?
3. Bagaimana tingkat pendapatan usahatani paprika hidroponik di Desa
Pasirlangu Kecamatan Cisarua?
1.3. Tujuan Penelitian