Biaya Usahatani Paprika Hidroponik

78 paprika hidroponik di lokasi penelitian pada musim tanam terakhir adalah 6.769,47 kg per 1.000 m 2 untuk ketiga jenis paprika yang dihasilkan. Jenis paprika yang paling banyak dipanen adalah paprika hijau karena kebutuhan pasar akan paprika jenis ini sangat tinggi, khususnya untuk pasar dalam negeri. Jumlah produksi paprika hijau adalah sebesar 3.384.74 kg dengan harga jual rata-rata Rp 9.475,00. Sementara produksi paprika merah sebesar 2.030,84 dengan harga jual rata-rata Rp 13.500,00 dan produksi paprika kuning sebesar 1.353,89 dengan harga jual rata-rata Rp 16.000,00. Penerimaan tunai sekaligus penerimaan total yang diperoleh petani responden dari hasil penjualan semua jenis paprika hidroponik adalah sebesar Rp 81.148.991,50.

7.2. Biaya Usahatani Paprika Hidroponik

Biaya usahatani paprika hidroponik terdiri dari dua bagian, yaitu biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani responden meliputi biaya benih, arang sekam, biaya pemupukan, biaya pengendalian OPT, biaya sterilisasi lahan, biaya tenaga kerja luar keluarga TKLK, biaya air dan listrik, serta pajak lahan. Sementara itu biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan secara tidak langsung tapi harus diperhitungkan sebagai pengeluaran petani untuk kegiatan usahatani. Biaya yang diperhitungkan oleh petani responden meliputi biaya tenaga kerja dalam keluarga TKDK, biaya penyusutan, dan sewa lahan. Gambaran biaya usahatani paprika hidroponik disajikan pada Tabel 20. Biaya terbesar yang dikeluarkan oleh petani responden adalah biaya pemupukan yaitu sebesar 20,88 persen dari biaya total, yang terdiri atas biaya nutrisi 20,53 persen, pupuk cair 0,22 persen, dan pupuk daun 0,13 persen. Komponen biaya pemupukan yang terbesar berasal dari nutrisi yaitu sebesar Rp 11.124.000,44 atau 20,53 persen dari biaya total. Jumlah rata-rata penggunaan nutrisi yang sudah siap siram adalah 354.380 liter per 1.000 m 2 . Biaya untuk nutrisi menjadi biaya terbesar karena harga pupuk AB Mix yang merupakan bahan utama nutrisi cukup mahal jika dibandingkan input yang lain yaitu Rp 445.000,00 per paket. Selain itu nutrisi juga merupakan sumber makanan utama bagi tanaman paprika hidroponik karena dalam teknik hidroponik tanaman tidak memperoleh makanan dari media arang sekam. Oleh karena itu, para petani 79 responden harus memberikan nutrisi setiap hari pada tanaman paprika agar tanaman dapat tumbuh secara maksimal. Namun demikian, hasil analisis fungsi produksi menunjukkan bahwa penggunaan nutrisi tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas paprika, dengan demikian petani diharapkan dapat lebih menekan penggunaan nutrisi agar dapat menghemat pengeluaran. Tabel 20. Biaya Usahatani Paprika Hidroponik per 1.000 m 2 di Desa Pasirlangu Periode Tanam 2011-2012 Keterangan Jumlah fisik Harga satuan Rp Nilai Rp Persentase Biaya tunai Benih biji - Merah 2.902 1.600,00 4.643.200,00 8,57 - Kuning 967 1.700,00 1.643.900,00 3,03 Arang sekam karung 438 8.000,00 3.504.000,00 6,47 Nutrisi liter 354,380 31,39 11.124.000,44 20,53 Pupuk cair liter 2,82 42.000,00 118.315,23 0,22 Pupuk daun kg 1,81 40.000,00 72.487,65 0,13 Insektisida liter 9,44 547.500,00 5.167.965,76 9,54 Fungisida liter 0,91 534.000,00 485.590,84 0,90 Gramoxone liter 0,22 55.000,00 12.208,76 0,02 Lysol liter 1.04 11.000,00 11.477,92 0,02 TKLK - Tetap pohon8 bulan 3.482 1.600,00 5.571.200,00 10,28 - Tidak tetap HOK 38,98 35.000,00 1.364.300,00 2,52 Biaya air 133.407,52 133.407,52 0.25 Biaya listrik 398.999,95 398.999,95 0,74 Pajak lahan 1.000 m 2 8 bulan 66.666,67 66.666,67 0,12 Total biaya tunai 34.317.726,73 63,33 Biaya diperhitungkan TKDK HOK 245,12 35.000,00 8.579.200,00 15,83 Penyusutan GH dan alat 9.295.955,56 9.295.955,56 17,15 Sewa lahan 1.000 m 2 8 bulan 2.000.000,00 2.000.000,00 3,69 Total biaya diperhitungkan 19.875.155,56 36,67 Total biaya 54.192.882,29 100,00 80 Biaya terbesar kedua adalah biaya penyusutan yang termasuk dalam biaya yang diperhitungkan, yaitu sebesar Rp 9.295.955,56 atau 17,15 persen dari biaya total. Biaya penyusutan merupakan nilai dari penyusutan atas bangunan greenhouse dan peralatan investasi yang digunakan dengan mempertimbangkan umur teknis bangunan dan peralatan. Adapun peralatan investasi yang dibutuhkan dalam usahatani paprika hidroponik antara lain torn nutrisi, drum nutrisi, drum obat, selang, sprayer gendong, sprayer tangan tray, mulsa, polybag pembibitan, polybag penanaman, tali ajir, gelas ukur, tangga, dan perlengkapan lainnya. Tingginya modal pembuatan greenhouse dan mahalnya harga peralatan investasi yang dibutuhkan dalam usahatani paprika hidroponik menjadikan nilai penyusutan cukup besar. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja, baik tenaga kerja dalam keluaraga TKDK maupun tenaga kerja luar keluaraga TKLK, menjadi komponen biaya terbesar selanjutnya. Biaya TKDK yang dikeluarkan oleh petani responden adalah sebesar Rp 8.579.200,00 atau 15,83 persen dari biaya total. Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh TKDK dapat mencakup seluruh kegiatan budidaya paprika hidroponik mulai dari persiapan lahan, penyemaian dan pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan pembongkaran tanaman. Sementara itu, biaya TKLK dalam usahatani paprika hidroponik lebih kecil dibandingkan dengan biaya TKDK, yaitu sebesar Rp 6.935.500,00 atau 12,80 persen dari biaya total. Tenaga kerja luar keluarga terbagi menjadi dua, yaitu TKLK tetap dan TKLK tidak tetap. Dari total 12,80 persen biaya yang dikeluarkan untuk TKLK, sebanyak 10,28 persen berasal dari biaya TKLK tetap dan hanya 2,52 persen yang berasal dari biaya TKLK tidak tetap. Biaya yang dikeluarkan untuk TKLK tetap ditentukan berdasarkan jumlah pohon yang dirawat. Upah per pohon per bulan yaitu sebesar Rp 200,00, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk TKLK tetap selama satu periode tanam delapan bulan untuk 3.482 pohon adalah sebesar Rp 5.571.200,00. Sementara itu, upah untuk TKLK tidak tetap dihitung per hari yaitu sebesar Rp 35.000,00 per HOK. Tenaga kerja luar keluarga tidak tetap ini biasanya digunakan untuk kegiatan budidaya selain pemeliharaan. Komponen biaya terbesar lainnya adalah biaya yang dikeluarkan untuk benih, yang terdiri dari biaya benih paprika merah sebesar 8,57 persen dari biaya 81 total dan biaya benih paprika kuning sebesar 3,03 persen dari biaya total. Rata- rata benih yang disemai oleh petani responden adalah sebanyak 3.869 biji per 1.000 m 2 , dengan proporsi benih paprika merah sebanyak 75 persen dan benih paprika kuning sebesar 25 persen dari total benih paprika keseluruhan. Tanaman paprika di Desa Pasirlangu dibudidayakan dalam media arang sekam. Rata-rata arang sekam yang digunakan, dalam satu periode tanam adalah sebanyak 438 karung. Biaya yang dikeluarkan untuk arang sekam adalah Rp 3.504.000,00 atau 6,47 persen dari biaya total. Biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian OPT dibagi menjadi dua yaitu biaya untuk pembelian insektisida dan fungisida. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian insektisida jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian fungisida karena tanaman paprika yang lebih rentan terhadap serangan hama thrips sehingga pemberian insektisida menjadi kegiatan wajib yang harus dilakukan secara rutin, sedangkan pemberian fungisida bersifat kondisional. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian insektisida adalah sebesar Rp 5.167.965,76 atau 9,54 persen atas biaya total. Sementara biaya yang dikeluarkan untuk pembelian fungisida adalah sebesar Rp 485.590,84 atau 0,90 persen atas biaya total. Komponen biaya lainnya yang memiliki proporsi yang kecil atas biaya total adalah biaya sterilisasi lahan, biaya air, dan biaya listrik. Biaya sterilisasi lahan meliputi biaya bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses sterilisasi lahan seperti gramoxone dan lysol, masing-masing sebesar 0,02 persen dari biaya total. Sementara biaya air yang dikeluarkan selama satu periode tanam adalah sebesar 0,25 dari biaya total dan biaya listrik sebesar 0,74 dari biaya total. Biaya pajak lahan dan biaya sewa lahan dihitung dalam jangka waktu satu periode tanam paprika hidroponik, yaitu delapan bulan. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk pajak lahan adalah sebesar Rp 1.400,00 per tumbak per tahun 1 tumbak=14 m 2 . Untuk lahan greenhouse seluas 1.000 m 2 pajak lahan yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 100.000,00 per tahun. Dalam satu periode tanam delapan bulan, pajak lahan yang dikeluarkan petani yaitu sebesar Rp 66.666,67 atau 0,12 persen dari biaya total. Sementara itu, biaya sewa lahan rata-rata adalah sebesar Rp 42.000 per tumbak per tahun sehingga biaya sewa lahan per tahun per 82 m 2 yaitu sebesar Rp 3.000,00. Untuk lahan greenhouse seluas 1.000 m 2 biaya sewa lahan yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 3.000.000,00 per tahun. Dalam satu periode tanam delapan bulan, pajak lahan yang dikeluarkan petani yaitu sebesar Rp 2.000.000,00 atau 3,69 persen dari biaya total. Total biaya yang dibutuhkan untuk usahatani paprika hidroponik selama satu periode tanam adalah sebesar Rp 54.192.882,29. Proporsi biaya tunai terhadap biaya total usahatani paprika hidroponik yaitu sebesar 63,33 persen, sedangkan proporsi biaya diperhitungkan terhadap biaya total adalah sebesar 36,67 persen. Proporsi biaya diperhitungkan relatif lebih kecil dibandingkan dengan biaya tunai. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar input yang digunakan dalam usahatani paprika hidroponik sebagian besar dibayar tunai.

7.3. Pendapatan Usahatani Paprika Hidroponik

Dokumen yang terkait

Analisis Usahatani dan Keunggulan Komparatif-Kompetitif Pengusahaan Paprika Hidroponik di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

0 8 148

Analisis Saluran Pemasaran Paprika Hidroponik di Desa Cigugur Girang, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

2 18 134

Analisis Usahatani dan Analisis Kelayakan Usahatani pada Budidaya Paprika (Capsicum annum var. grosumm) dengan Sistem Hidroponik (Studi Kasus di PT Cipta Citra Persada, Desa Naringgul Bawah, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

2 15 106

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani paprika hidroponik di Kecamatan Parangpong Kabupaten Bandung

3 19 95

Analisis gender dalam pengembangan agribisnis paprika (Kasus komunitas petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat)

0 16 113

Analisis risiko produksi cabai paprika di kelompok tani dewa family Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat

2 26 88

Analisis risiko produksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik (Studi kasus kelompok tani paprika “Dewa Family” Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat)

7 59 145

Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran di Desa Panundaan, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

10 42 80

Analisis pendapatan dan efisiensi teknis usahatani ubi kayu desa galuga kecamatan cibungbulang kabupaten Bogor

2 11 70

ANALISIS PENGETAHUAN GIZI IBU BALITA DI DESA PASIRLANGU CISARUA BANDUNG BARAT.

0 3 24