63 tanaman tetapi hanya diberikan pada tanaman yang kurang sehat dan jumlah
pemberiannya tidak pasti karena disesuaiakan dengan kondisi tanaman yang membutuhkan. Peningkatkan dosis penggunaan dilakukan jika penyakit yang
menyerang tanaman
sudah membahayakan.
Petani cenderung
hanya memperkirakan takaran yang digunakan dan tidak ada jumlah yang pasti sehingga
diduga melebihi dosis yang dianjurkan. Akan tetapi, penggunaan pupuk daun dan pupuk cair yang berlebihan justru dapat mengakibatkan tanaman menjadi busuk
sehingga dapat mengurangi produksi yang dihasilkan. Keberadaan koefisien yang bernilai negatif sebaiknya dihindari agar
relevan dengan asumsi fungsi Cobb-Douglas yaitu dalam keadaan law of diminishing returns untuk setiap input sehingga informasi yang diperoleh dapat
digunakan untuk melakukan upaya agar setiap penambahan input dapat menghasilkan tambahan output yang lebih besar Coelli et al 2005. Oleh karena
itu, dalam penentuan fungsi produksi dipilih fungsi produksi yang memiliki nilai koefisien keseluruhan yang positif. Variabel pupuk daun dan pupuk cair
dihilangkan dari model karena memiliki nilai koefisien yang negatif. Pertimbangan lainnya adalah bahwa kedua variabel tersebut tidak termasuk
variabel utama dalam usahatani paprika dan tidak semua petani menggunakannya. Adapun variabel independen yang tetap digunakan dalam model yaitu benih,
nutrisi, insektisida, fungisida, dan tenaga kerja yang seluruhnya dibuat per satuan lahan.
6.1. Pendugaan Fungsi Produksi Stochastic Frontier
Pendugaan parameter fungsi produksi Cobb-Douglas dengan metode OLS menunjukkan gambaran kinerja rata-rata best fit dari proses produksi petani pada
tingkat teknologi yang ada. Hasil estimasi model fungsi produksi Cobb-Douglas per satuan lahan dengan metode OLS beserta nilai signifikansinya ditunjukkan
pada Tabel 15. Hasil pendugaan metode OLS dengan memasukkan lima variabel tidak
menunjukkan adanya masalah multikolinearitas dan autokorelasi pada model yang terbentuk, masing-masing dapat dilihat dari nilai VIF dan Durbin-Watson. Nilai
VIF untuk masing-masing variabel independen di dalam model tidak ada yang lebih dari 10 dan nilai Durbin-Watson masih berada pada kisaran 2 Lampiran 2.
64
Tabel 15. Pendugaan Model Fungsi Produksi dengan Menggunakan Metode
OLS Per Satuan Lahan Variabel Input
Parameter Dugaan t-rasio
Intersep 1,1486
1,59 Benih X
1
0,7802 3,35
Nutrisi X
2
0,0505 0,45
Insektisida X
3
0,0959 1,26
Fungisida X
4
0,0148 1,57
Tenaga Kerja X
5
0,0402 0,40
R-Sq 0,50
F-hitung 10,61
Log-likelihood OLS 4,8662
Keterangan: nyata pada α = 20
Nilai koefisien determinasi dan F-hitung dari model fungsi produksi rata- rata per luas lahan yang terbentuk adalah sebesar 50 persen dan 10,61. Koefisien
determinasi sebesar 50 persen menunjukkan bahwa 50 persen keragaman produksi paprika hidroponik di lokasi penelitian dapat dijelaskan oleh model dugaan yang
diperoleh, sedangkan sisanya sebesar 50 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak terdapat dalam model. Berdasarkan nilai F-hit sebesar 10,61,
secara statistik model fungsi produksi rata-rata yang terbentuk layak digunakan untuk memprediksi produksi paprika per satuan lahan dan signifikan pada taraf
nyata 20 persen. Dari lima variabel yang ada pada model, terdapat tiga variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi paprika hidroponik rata-rata per satuan
lahan, yaitu variabel benih X
1
, insektisida X
3
, dan fungisida X
4
. Hasil pendugaan tahap kedua yaitu pendugaan model fungsi produksi
dengan menggunakan metode MLE dijelaskan oleh Tabel 16. Hasil pendugaan tersebut menggambarkan kinerja terbaik dari petani responden pada tingkat
teknologi yang ada. Variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi frontier per satuan lahan petani responden ditemukan berbeda dari yang
diperoleh pada fungsi produksi rata-rata per satuan lahan. Pada tabel disajikan parameter dugaan fungsi produksi stochastic frontier dengan metode MLE dan
nilai signifikansinya.
65
Tabel 16. Pendugaan Model Fungsi Produksi dengan Menggunakan Metode
MLE Per Satuan Lahan Variabel Input
Parameter Dugaan t-rasio
Intersep β 1,0455
1,6873 Benih β
1
0,9007 4,6538
Nutrisi β
2
0,0196 0,2244
Insektisida β
3
0,0483 0,7246
Fungisida β
4
0,0070 0,8479
Tenaga Kerja β
5
0,1230 1,3168
Sigma-squared σ
2
0,0680 Gamma
0,5851 Log-likelihood MLE
14,4523
Keterangan: nyata pada α = 20
Pada Tabel 16 disajikan nilai log-likelihood dengan metode MLE 14,4523 adalah lebih besar dari nilai log-likelihood dengan metode OLS
4,8662 yang berarti fungsi produksi dengan metode MLE ini adalah baik. Nilai sigma-squared
σ
2
menunjukkan distribusi dari error term inefisiensi u
i
dan nilai 0,0680 adalah cukup kecil sehingga terdistribusi secara normal. Nilai gamma
sebesar 0,5851 mengindikasikan bahwa 58,51 persen dari error term yang berada dalam fungsi produksi disebabkan oleh keberadaan inefisiensi teknis,
sedangkan 41,49 persen disebabkan oleh variabel kesalahan acak seperti cuaca, hama, dan sebagainya. Ini berarti model fungsi produksi stochastic frontier yang
diperoleh dapat menunjukkan adanya keberadaan inefisiensi teknis pada model. Adapun model yang terbentuk diperlihatkan pada persamaan di bawah ini.
Ln Y = 1,0455 + 0,9007 ln B + 0,0196 ln Nut + 0,0483 ln Ins + 0,0070 ln Fu + 0,1230 ln TK + V
i
- U
i
Interpretasi Parameter Dugaan Fungsi Produksi Stochastic Frontier
Berdasarkan hasil perhitungan fungsi produksi stochastic frontier Cobb- Douglas dengan metode MLE, diperoleh hasil bahwa faktor produksi benih dan
tenaga kerja berkorelasi positif dan berpengaruh nyata terhadap produksi paprika hidroponik per satuan lahan. Sementara, faktor produksi lainnya seperti nutrisi,
insektisida, dan fungisida meskipun bernilai positif tetapi tidak berpengaruh
66 nyata. Berikut adalah interpretasi dari model fungsi produksi stochastic frontier
yang terbentuk.
1. Benih
Penggunaan benih pada usahatani paprika hidroponik bernilai positif dan berpengaruh nyata pada taraf
α = 20 persen terhadap produksi paprika hidroponik per satuan lahan. Nilai elastisitas benih terhadap produktivitas sebesar 0,9007
menunjukkan bahwa penambahan benih sebesar satu persen akan akan meningkatkan produktivitas paprika hidroponik sebesar 0,9007 persen, cateris
paribus. Ini menunjukkan bahwa jumlah benih yang digunakan petani selama ini masih memungkinkan untuk ditambah sehingga dapat menghasilkan produksi
yang lebih besar. Benih memegang peranan utama dalam menentukan produktivitas.
Varietas benih yang berkualitas tinggi akan berpotensi menghasilkan produktivitas yang tinggi pula. Dengan demikian, meskipun jumlah benih per
satuan lahan ditingkatkan dalam jumlah yang kecil, maka akan memiliki pengaruh yang responsif terhadap peningkatan produksi paprika per satuan lahan.
Rata-rata penggunaan benih paprika di lokasi penelitian yaitu sebesar 3.869 biji per 1.000 m
2
. Dengan asumsi rata-rata benih yang berkecambah sebesar 90 persen maka tanaman paprika yang dihasilkan adalah sebanyak 3.482 pohon
per 1.000 m
2
atau 3,48 pohon per m
2
. Peningkatan penggunaan benih per satuan lahan di lokasi penelitian akan meningkatkan peluang dalam menghasilkan bibit
paprika. Hal ini pada akhirnya akan berimplikasi pada peningkatan populasi tanaman per satuan lahan sehingga produksi paprika hidroponik yang dihasilkan
per satuan lahan juga akan semakin meningkat. Peningkatan populasi tanaman per satuan lahan dapat dilakukan dengan mengatur jarak tanam.
2. Nutrisi
Faktor produksi nutrisi bernilai positif namun tidak berpengaruh nyata terhadap produksi paprika hidroponik per luas lahan. Nilai elastisitas nutrisi
terhadap produktivitas sebesar 0,0196 menunjukkan bahwa penambahan nutrisi sebesar satu persen akan akan meningkatkan produktivitas paprika hidroponik
sebesar 0,0196 persen, cateris paribus. Dalam usahatani paprika hidroponik, nutrisi merupakan sumber makanan utama bagi tanaman. Ini disebabkan dalam
67 media tanam arang sekam tidak terdapat unsur hara seperti yang terkandung pada
tanah sehingga nutrisi sangat dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Secara teoritis, tanaman paprika yang mendapatkan nutrisi yang cukup akan
meningkat produktivitasnya sehingga akan menghasilkan buah berkualitas dan bobot buah yang besar.
Analisis fungsi produksi menunjukkan hasil yang tidak sesuai harapan dimana penambahan jumlah nutrisi tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan
produktivitas. Hal ini diduga karena kadar kepekatan hara yang terdapat pada larutan nutrisi yang digunakan belum sesuai. Peningkatan volume nutrisi yang
tidak diimbangi oleh kepekatan hara yang ada dalam nutrisi akan menyebabkan larutan nutrisi tidak dapat bekerja optimal sehingga tidak berpengaruh terhadap
peningkatan produktivitas tanaman. Kepekatan hara yang dibutuhkan berbeda- beda tergantung pada tingkat pertumbuhan tanaman dimana semakin tua umur
tanaman paprika, maka tanaman tersebut akan semakin membutuhkan unsur hara. Kepekatan hara diukur dengan EC Electro Conductivity meter. Akan tetapi
sebagian besar petani responden tidak mengukur nilai EC dan cenderung menduga-duga saja karena mereka tidak memiliki alat pengukurnya sehingga
kepekatan hara dalam larutan nutrisi tidak bisa dipastikan. Faktor teknis lain yang diduga berpengaruh terhadap efektivitas pemberian
nutrisi adalah sistem fertigasi yang masih bersifat manual. Kegiatan fertigasi yang masih menggunakan selang mengakibatkan volume nutrisi yang diterima oleh
setiap tanaman berbeda-beda. Kondisi ini dapat berakibat pada pertumbuhan tanaman dalam satu lahan yang tidak merata sehingga akan mempengaruhi
produktivitas tanaman itu sendiri.
3. Insektisida
Faktor produksi insektisida bernilai positif namun tidak berpengaruh nyata terhadap produksi paprika hidroponik per satuan lahan. Nilai elastisitas insektisida
terhadap produktivitas sebesar 0,0483 menunjukkan bahwa penambahan insektisida sebesar satu persen akan akan meningkatkan produktivitas paprika
hidroponik sebesar 0,0483 persen, cateris paribus. Jenis insektisida yang digunakan oleh petani terdiri dari berbagai merek dengan dosis yang digunakan
68 rata-rata 0,5-1 mlliter air. Rata-rata penggunaan insektisida oleh petani responden
yaitu sebanyak 9.439,21 ml per 1.000 m
2
. Peningkatan jumlah penggunaan insektisida bertujuan untuk mengurangi
serangan hama, terutama hama thrips. Akan tetapi, hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan insektisida tidak berpengaruh terhadap peningkatan
produktivitas paprika. Berdasarkan pengamatan, upaya yang dilakukan oleh sebagian responden untuk mengatasi serangan hama thrips yang sangat tinggi di
lokasi penelitian adalah dengan meningkatkan intensitas penyemprotan insektisida ataupun meningkatkan dosis penggunaan insektisida. Akan tetapi, pemberian
insektisida berlebih tidak efektif dalam memberantas hama. Meskipun petani responden telah menggunakan jenis insektisida secara bergantian, tetapi
pemberian insektisida dalam jumlah yang banyak secara terus menerus justru membuat hama thrips menjadi resisten atau kebal terhadap insektisida tersebut.
Sebaliknya, penggunaan insektisida yang berlebih dapat meningkatkan residu pada tanaman paprika. Oleh karena itu, pengendalian hama yang tidak diterapkan
secara terpadu tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas tanaman.
4. Fungisida
Penggunaan fungisida pada usahatani paprika hidroponik bernilai positif dan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi paprika hidroponik per satuan
lahan. Nilai elastisitas fungisida terhadap produktivitas sebesar 0,0070 menunjukkan bahwa penambahan fungisida sebesar satu persen akan akan
meningkatkan produktivitas paprika hidroponik sebesar 0,0070 persen, cateris paribus. Seperti halnya, insektisida, fungisida yang digunakan petani responden
juga bermacam-macam mereknya dengan dosis penggunaan rata-rata 0,25-0,5 ml per liter air. Rata-rata jumlah fungisida yang digunakan petani responden
sebanyak 909,32 ml per 1.000 m
2
. Peningkatan jumlah penggunaan fungisida bertujuan untuk mengurangi
serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur. Akan tetapi, hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan fungisida tidak berpengaruh terhadap
peningkatan produktivitas paprika. Hal ini diduga karena variabel fungisida yang bersifat kondisional yaitu penggunaannya hanya sewaktu-waktu jika dibutuhkan.
69 Dibandingkan dengan serangan hama thrips, serangan jamur pada tanaman
paprika jauh lebih rendah sehingga fungisida jarang digunakan dan penggunaannya dalam satu kali musim tanam pun dapat dikatakan sedikit.
Dengan demikian meskipun fungisida dapat berperan dalam mengurangi serangan jamur tetapi karena penggunaannya yang sedikit dan bersifat kondisional maka
variabel fungisida ini tidak berpengaruh terhadap produktivitas tanaman paprika hidroponik.
5. Tenaga Kerja
Penggunaan tenaga kerja pada usahatani paprika hidroponik bernilai positif dan berpengaruh nyata pada taraf
α = 20 persen terhadap produksi paprika hidroponik per satuan lahan. Nilai elastisitas tenaga kerja terhadap produktivitas
sebesar 0,1230 menunjukkan bahwa penambahan tenaga kerja sebesar satu persen akan akan meningkatkan produktivitas paprika hidroponik sebesar 0,1230 persen,
cateris paribus. Ini menujukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang digunakan petani selama ini masih memungkinkan untuk ditambah sehingga dapat
menghasilkan produksi yang lebih besar. Rata-rata tenaga kerja yang digunakan mulai dari penyemaian hingga
panen yaitu sebanyak 511,39 HOK per 1.000 m
2
yang merupakan tenaga kerja total, baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga.
Penambahan tenaga kerja sangat diperlukan untuk intensifikasi pemeliharaan, seperti pewiwilan, pemberian nutrisi, dan pengendalian hama dan penyakit karena
usahatani paprika hidroponik merupakan jenis usahatani yang membutuhkan penanganan yang detail. Upaya penambahan yang dilakukan dapat berupa
penambahan jam kerja maupun penambahan jumlah pekerja. Hal yang perlu diperhatikan yaitu dalam upaya penambahan tenaga kerja tidak hanya dilihat dari
segi kuantitas saja, tetapi juga harus diimbangi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia agar lebih berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas
paprika hidroponik.
6.2. Sebaran Efisiensi Teknis