Konsep Fungsi Produksi Kerangka Pemikiran Teoritis

22 Keberhasilan usahatani dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Hernanto 1996. Faktor internal terdiri dari petani pengelola, tanah usahatani, tenaga kerja, modal, tingkat teknologi, kemampuan petani mengalokasikan penerimaan keluarga, dan jumlah keluarga. Faktor internal ini dapat dikendalikan oleh petani itu sendiri. Sementara faktor eksternal terdiri dari sarana transportasi dan komunikasi, aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani, fasilitas kredit, dan sarana penyuluhan bagi petani.

3.1.2. Konsep Fungsi Produksi

Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang atau jasa. Pada suatu proses produksi, fungsi produksi menunjukkan berapa output yang dapat diperoleh dengan menggunakan sejumlah variabel input yang berbeda. Soekartawi et al. 1986 mendefinisikan fungsi produksi sebagai hubungan fisik antara masukan input dan produksi. Beberapa input seperti tanah, pupuk, tenaga kerja, modal, iklim, dan sebagainya akan mempengaruhi jumlah output yang diperoleh. Dapat dimisalkan Y adalah produksi dan X i adalah input ke-i, maka besar kecilnya Y juga tergantung dari besar kecilnya X 1 , X 2 , X 3 , ..., X m yang dipakai. Hubungan Y dan X secara aljabar dapat ditulis sebagai berikut: Y = f X 1 , X 2 , X 3 , ..., X m Fungsi produksi yang telah diketahui dapat digunakan untuk menduga hasil produksi dan dapat pula dimanfaatkan untuk menentukan kombinasi input yang terbaik. Soekartawi et al. 1986 menjelaskan bahwa terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam memilih bentuk aljabar fungsi produksi, yaitu: 1 Bentuk fungsi produksi harus dapat menggambarkan dan mendekat keadaan usahatani sebenarnya. 2 Bentuk fungsi produksi yang digunakan mudah diukur atau dihitung secara statistik. 3 Fungsi produksi mudah diartikan secara ekonomi dari parameter yang menyusun fungsi produksi tersebut. Hernanto 1996 mengungkapkan bahwa melalui fungsi produksi dapat dilihat secara nyata bentuk hubungan dari faktor produksi yang digunakan untuk memperoleh sejumlah produksi, dan sekaligus menunjukkan produktivitas dari 23 hasil itu sendiri. Hubungan input dan output tersebut dapat digambarkan dari produk marjinal PM dan produk rata-rata PR. PM menunjukkan banyaknya penambahan atau pengurangan output Y yang dihasilkan dari setiap penambahan satu-satuan input X, dengan kondisi input lainnya tetap. Hubungan Y dan X ini dapat terjadi dalam tiga situasi, yaitu bila PM konstan, bila PM menurun, dan bila PM meningkat Soekartawi 2002. PM konstan dapat diartikan bahwa setiap tambahan satu-satuan unit input X dapat menyebabkan tambahan satu-satuan unit output Y secara proporsional. Bila terjadi suatu peristiwa tambahan satu-satuan unit input X menyebabkan satu-satuan unit output Y yang menurun atau decreasing productivity, maka PM menurun. Sebaliknya, bila penambahan satu-satuan unit input X menyebabkan satu-satuan output Y yang semakin meningkat secara tidak proporsional, maka disebut dengan increasing productivity yang menyebabkan PM meningkat. Produk Marjinal PM = Perubahan Output Perubahan Input = y x i Produk rata-rata adalah perbandingan antara output total dengan input produksi. Dimana output total atau produk total PT=Y adalah jumlah output yang diperoleh dalam proses produksi. Produk Rata-rata PR = Ouput Total Input Total = Y x i Dengan mengaitkan PT, PM, dan PR maka hubungan input dan ouput akan lebih informatif. Artinya, dengan cara seperti itu akan dapat diketahui elastisitas produksi yang sekaligus juga akan diketahui apakah proses produksi yang sedang berjalan dalam keadaan elastisitas produksi yang rendah atau sebaliknya. Elastisitas produksi E p adalah presentase perubahan dari output akibat dari presentase perubahan dari input. E p = y y x x = y x x y = PM PR Gambar 1 menunjukkan bahwa kurva produksi terbagi menjadi tiga daerah stage, yaitu stage I dimana sepanjang tahap ini PR terus naik, stage II dimana terjadi penurunan PR saat PM positif, dan stage III dimana terjadi penurunan PR saat PM negatif dan PT mulai turun. 24 Gambar 1. Kurva Fungsi Produksi Sumber: Soekartawi 2002 Stage I dimulai dari penggunaan X sebesar 0 unit sampai PR mencapai maksimum dan berpotongan dengan PM. Daerah ini memiliki nilai elastisitas produksi lebih besar dari satu E p 1, dimana PT meningkat pada tahapan increasing rate dan PR juga meningkat. Kondisi tersebut terjadi saat nilai PM lebih besar dari nilai PR. Petani belum mencapai keuntungan maksimum karena masih mampu memperoleh sejumlah produksi jika menambah sejumlah input tertentu. Oleh karena itu, daerah ini disebut daerah irrasional atau inefisien. Stage II dimulai pada PR maksimum dan berakhir pada PM = 0, dengan nilai elastisitas produksi 0 E p 1. Dalam keadaan demikian, tambahan sejumlah input tidak diimbangi secara proporsional oleh tambahan output yang diperoleh atau mengalami penambahan hasil produksi yang semakin menurun Y Stage I Stage II Stage III TP E p 1 0E p 1 E p Y PR PM X 1 X 2 X 3 25 decreasing rate. Penggunaan input pada daerah ini telah optimal sehingga disebut daerah rasional atau efisien. Stage III merupakan daerah dimana PM pada posisi negatif dan turun secara tajam serta PR dan PT berada pada kondisi menurun, dengan nilai elastisitas lebih kecil dari nol E p 0. Pada daerah ini upaya penambahan sejumlah input akan merugikan bagi petani karena akan menurunkan produksi. Penggunaan input dalam jumlah berlebih menyebabkan daerah ini sudah tidak efisien sehingga disebut daerah irrasional.

3.1.3. Konsep Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Dokumen yang terkait

Analisis Usahatani dan Keunggulan Komparatif-Kompetitif Pengusahaan Paprika Hidroponik di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

0 8 148

Analisis Saluran Pemasaran Paprika Hidroponik di Desa Cigugur Girang, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

2 18 134

Analisis Usahatani dan Analisis Kelayakan Usahatani pada Budidaya Paprika (Capsicum annum var. grosumm) dengan Sistem Hidroponik (Studi Kasus di PT Cipta Citra Persada, Desa Naringgul Bawah, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

2 15 106

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani paprika hidroponik di Kecamatan Parangpong Kabupaten Bandung

3 19 95

Analisis gender dalam pengembangan agribisnis paprika (Kasus komunitas petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat)

0 16 113

Analisis risiko produksi cabai paprika di kelompok tani dewa family Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat

2 26 88

Analisis risiko produksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik (Studi kasus kelompok tani paprika “Dewa Family” Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat)

7 59 145

Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran di Desa Panundaan, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

10 42 80

Analisis pendapatan dan efisiensi teknis usahatani ubi kayu desa galuga kecamatan cibungbulang kabupaten Bogor

2 11 70

ANALISIS PENGETAHUAN GIZI IBU BALITA DI DESA PASIRLANGU CISARUA BANDUNG BARAT.

0 3 24