Konsep Usahatani Kerangka Pemikiran Teoritis

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Konsep Usahatani

Definisi usahatani telah banyak diuraikan oleh beberapa pakar. Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di suatu tempat atau permukaan bumi yang diperlukan untuk produksi pertanian Mosher 1968, diacu dalam Mubyarto 1989. Sementara Rifai 1980, diacu dalam Hernanto 1996 mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Usahatani sebagai organisasi dimaksudkan bahwa usahatani harus ada yang mengorganisir dan ada yang diorganisir, yang mengorganisir usahatani adalah petani dibantu oleh keluarga dan yang diorganisir adalah faktor-faktor produksi yang dikuasai. Soekartawi 2006 menjelaskan bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan usahatani adalah memperoleh hasil produksi yang optimal agar menghasilkan pendapatan yang maksimal. Suratiyah 2008 mengklasifikasikan usahatani menurut corak dan sifat, organisasi, pola, dan tipe usahataninya. Penjelasan mengenai klasifikasi usahatani tersebut adalah sebagai berikut: 1 Corak dan Sifat Berdasarkan corak dan sifat, usahatani dibagi menjadi usahatani subsisten dan usahatani komersil. Usahatani subsisten adalah usahatani yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, sedangkan usahatani komersil adalah usahatani yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan dan telah memperhatikan kualitas dan kuantitas produk. 2 Organisasi Berdasarkan organisasi, usahatani dibagi menjadi 3, yakni usahatani individual, kolektif, dan kooperatif. Usahatani individual adalah usahatani yang seluruh proses dikerjakan oleh sendiri beserta keluarga. Usahatani kolektif adalah usahatani yang seluruh proses produksinya dikerjakan bersama oleh suatu 20 kelompok kemudian hasilnya dibagi dalam bentuk natura maupun keuntungan. Usahatani kooperatif adalah usahatani yang tiap prosesnya dikerjakan secara individual hanya pada beberapa kegiatan yang dianggap penting dikerjakan oleh kelompok. 3 Pola Berdasarkan polanya, usahatani dibagi menjadi usahatani khusus, tidak khusus dan campuran. Usahatani khusus merupakan usahatani yang hanya mengusahakan satu cabang usahatani saja. Usahatani tidak khusus merupakan usahatani yang mengusahakan beberapa cabang usaha bersama-sama namun terdapat batas yang tegas. Usahatani campuran merupakan usahatani yang mengusahakan beberapa cabang secara bersama-sama dalam sebidang lahan tanpa batas yang tegas, contohnya tumpang sari dan mina padi. 4 Tipe Berdasarkan tipenya, usahatani dibagi menjadi beberapa jenis usahatani berdasarkan komoditas yang diusahakan, seperti: usahatani ayam, usahatani kambing, dan usahatani jagung. Dalam usahatani, proses produksi dapat berjalan dengan baik apabila semua faktor-faktor produksi yang mendukung kegiatan produksi tersebut sudah terpenuhi. Terdapat empat faktor produksi yang selalu ada dalam usahatani, yaitu tanah lahan, modal, tenaga kerja, dan manajemen. Keempat faktor produksi tersebut mempunyai fungsi yang berbeda namun saling terkait satu sama lain. 1 Tanah atau Lahan Pada umumnya di Indonesia tanah merupakan faktor produksi yang relatif langka dibanding dengan faktor produksi lainnya dan distribusi penguasaannya di masyarakat tidak merata Hernanto 1996. Tanah memiliki sifat di antaranya: luas relatif tetap atau dianggap tetap, tidak dapat dipindah-pindahkan, dan dapat dipindahtangankan dan atau diperjualbelikan. Menurut Soekartawi 2002, luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha yang pada akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Akan tetapi pentingnya faktor produksi tanah, bukan saja dilihat dari segi luas atau sempitnya lahan, tetapi juga segi lain, misalnya aspek kesuburan tanah, macam penggunaan lahan, dan topografi. 21 2 Modal Modal adalah barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor produksi lain dan tenaga kerja serta pengelolaan menghasilkan produk pertanian. Hernanto 1996 membedakan modal berdasarkan sifatnya yaitu modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap adalah modal yang tidak habis pakai pada satu periode produksi, seperti tanah dan bangunan. Modal bergerak adalah jenis modal yang habis atau dianggap habis dalam satu periode proses produksi. Berdasarkan sumbernya modal dapat dibedakan menjadi modal milik sendiri, pinjaman atau kredit kredit bank, pelepas uang, famili, dan lain-lain, hadiah warisan, usaha lain, dan kontrak sewa. 3 Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan pelaku dalam usahatani yang bertugas menyelesaikan berbagai macam kegiatan produksi. Tiga jenis tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani yaitu tenaga kerja manusia, tenaga kerja ternak, dan tenaga kerja mekanik Hernanto 1996. Tenaga kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan usahatani berdasarkan tingkat kemampuannya yang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat kecukupan, tingkat kesehatan, dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan usahatani. Tenaga kerja usahatani dapat diperoleh dari dalam maupun luar keluarga. Dalam analisa ketenagakerjaan di bidang pertanian, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja Soekartawi 2002. Skala usaha akan mempengaruhi besar-kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan dan juga menentukan jenis tenaga kerja yang diperlukan. 4 Manajemen Hernanto 1996 menggambarkan manajemen usahatani sebagai kemampuan petani dalam menentukan, mengorganisir, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya dengan sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian seperti yang diharapkan. Ukuran dari keberhasilan pengelolaan itu adalah produktivitas dari setiap faktor maupun produktivitas usahanya. 22 Keberhasilan usahatani dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Hernanto 1996. Faktor internal terdiri dari petani pengelola, tanah usahatani, tenaga kerja, modal, tingkat teknologi, kemampuan petani mengalokasikan penerimaan keluarga, dan jumlah keluarga. Faktor internal ini dapat dikendalikan oleh petani itu sendiri. Sementara faktor eksternal terdiri dari sarana transportasi dan komunikasi, aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani, fasilitas kredit, dan sarana penyuluhan bagi petani.

3.1.2. Konsep Fungsi Produksi

Dokumen yang terkait

Analisis Usahatani dan Keunggulan Komparatif-Kompetitif Pengusahaan Paprika Hidroponik di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

0 8 148

Analisis Saluran Pemasaran Paprika Hidroponik di Desa Cigugur Girang, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

2 18 134

Analisis Usahatani dan Analisis Kelayakan Usahatani pada Budidaya Paprika (Capsicum annum var. grosumm) dengan Sistem Hidroponik (Studi Kasus di PT Cipta Citra Persada, Desa Naringgul Bawah, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

2 15 106

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani paprika hidroponik di Kecamatan Parangpong Kabupaten Bandung

3 19 95

Analisis gender dalam pengembangan agribisnis paprika (Kasus komunitas petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat)

0 16 113

Analisis risiko produksi cabai paprika di kelompok tani dewa family Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat

2 26 88

Analisis risiko produksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik (Studi kasus kelompok tani paprika “Dewa Family” Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat)

7 59 145

Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran di Desa Panundaan, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

10 42 80

Analisis pendapatan dan efisiensi teknis usahatani ubi kayu desa galuga kecamatan cibungbulang kabupaten Bogor

2 11 70

ANALISIS PENGETAHUAN GIZI IBU BALITA DI DESA PASIRLANGU CISARUA BANDUNG BARAT.

0 3 24