Tahap Orientasi Tahapan Penetrasi Sosial antara Pengasuh dan Anak Yatim dalam

dewasa, bisa dilakukan dengan berbagai bahasa baik bahasa sehari-hari maupun bahasa yang jarang mereka dengar, karena anak-anak yang lebih dewasa lebih banyak mempunyai pengalaman daripada anak-anak yang masih kecil, namun dengan anak yang lebih kecil harus dijelaskan dengan menggunakan kata-kata yang lebih ringan agar mudah dipahami, seperti menggunakan bahasa sehari- hari. Jangan menggunakan bahasa yang sulit untuk mereka pahami atau tidak pernah mereka dengar, sehingga dapat membuat anak-anak yang masih berusia kecil bingung atau sulit memahaminya. Cara yang dilakukan Abi Maman dalam mengatasi anak-anak yang sulit untuk beradaptasi adalah melakukan pendekatan, dengan cara bertegur sapa, bertanya tentang identitas diri dan keluarga, dan lain sebagainya. Ini bisa dikatakan sebagai tahapan orientasi karena ini merupakan tahapan awal di mana Abi Maman melakukan perkenalan atau pendekatan dengan anak-anak dengan cara bertegur sapa terlebih dahulu, dan pada awalnya ada anak-anak yang masih merasa malu-malu. Tahapan perkenalan dilakukan Abi Maman mulai dari satu minggu sampai satu bulan. Tergantung sifat atau karakter anak, ada yang mudah ada juga yang sulit.

1. Tahap Pertukaran Eksploratif

Tahap di mana muncul gerakan menuju ke arah keterbukaan yang lebih dalam. Tahap ini menyajikan suatu perluasan mengenai banyaknya komunikasi dalam wilayah di luar publik; aspek-aspek kepribadian yang dijaga atau ditutupi sekarang mulai dibuka atau secara lebih perinci, rasa berhati-hati sudah mulai berkurang. Hubungan pada tahap ini umumnya lebih ramah dan santai, dan jalan menuju ke wilayah lanjutan yang bersifat akrab dimulai. Tahap ini merupakan perluasan area publik dari diri dan terjadi ketika aspek-aspek dari kepribadian seorang individu mulai muncul. Apa yang tadinya privat menjadi publik. Hal ini bisa terlihat dari pengakuan pengasuh yang mengatakan: “Bisa, dia berbohong aja kan bisa ketauan dari matanya. Orang kan kalau ngomong dari kepanikannya dia ngomong aja bisa terlihat .” 3 Pertukaran eksploratif merupakan perluasan area publik dari diri dan terjadi ketika aspek-aspek dari kepribadian seorang individu mulai muncul. Peneliti telah melakukan wawancara dengan beberapa anak yatim di asrama GYD cabang Bintaro. Khuluqil Hasanah, mengatakan bahwa: “Aku dengan Umi suka mengeluh mengenai pelajaran di sekolah, ketika nilaiku buruk maka aku cerita ke Umi. Padahal aku sudah belajar tiga hari sebelumnya, tapi tetap aja nilaiku jelek. Sedangkan teman-teman yang nyontek malah nilainya kadang suka bagus. Aku sudah mulai berani curhat atau mengeluh ke Umi sekitar seminggu lebih dari awal aku dititipkan. Aku suka cerita ke Umi karena Umi kan udah aku anggap kayak ibu aku sendiri dan Umi juga suka ngasih saran ke aku. Kalau aku cerita ke anak-anak yang lain kan aku malu kalau mereka tau nilai aku jelek. ” 4 Khuluqil Hasanah mengungkapkan bahwa ia termasuk orang yang suka mengeluh terhadap Umi Melda terutama masalah di sekolahnya, yakni ketika Khuluqil Hasanah mendapat nilai yang tidak memuaskan dibanding dengan temannya yang lain. 3 Wawancara pribadi dengan ibu Imelda Iskandar, Wakil Kepala Asrama Griya Yatim dan Dhuafa cabang Bintaro Tangerang Selatan, Tangerang Selatan 17 Januari 2016. 4 Wawancara pribadi dengan Khuluqil Hasanah, Anak Yatim Asrama Griya Yatim dan Dhuafa cabang Bintaro Tangerang Selatan, Tangerang Selatan 7 Februari 2016. Ini bisa dikatakan sebagai tahapan pertukaran eksploratif karena Khuluqil mulai menunjukkan sikap keterbukaan dengan Umi Melda. Khuluqil mulai bisa bercerita mengenai masalah pribadinya kepada Umi Melda. Sikap terbuka Khuluqil muncul ketika ia sudah tinggal di asrama selama satu minggu. Hal yang mendorong Khuluqil untuk berani bercerita ke Umi Melda karena Khuluqil sudah menganggap Umi Melda seperti ibunya sendiri selain itu karena Umi Melda juga bisa memberikan saran kepada Khuluqil. Khuluqil merupakan tipe pribadi yang sanguin karena ia memiliki sikap yang ceria dan penuh rasa ingin tahu, dan butuh pendapat atau bantuan orang lain dalam menyelesaikan masalahnya. Dari hasil wawancara peneliti menemukan bahwa Dwi Anis Fitria mengakui ia pernah becerita ke Umi Melda tentang keluarganya karena ia berpikir bahwa Umi Melda adalah sosok pengganti ibunya. Ini bisa dilihat dari kutipan berikut: “Aku suka cerita ke Umi masalah keluarga, karena aku pikir sosok Umi bisa dijadikan sebagai pengganti ibu aku, karena ibuku sudah meninggal. Biasanya aku cerita tentang pengalamanku ketika pulang kampung, ketika aku lagi kangen rumah juga suka cerita. Aku baru berani ngomong masalah keluarga ke Umi sekitar satu bulanan deh dari awal aku dititipkan. Karena masalah keluarga kan termasuk masalah pribadi juga, jadi kalo awal-awal aku masih malu ngomongnya ke Umi. ” 5 5 Wawancara pribadi dengan Dwi Anis Fitria, Anak Yatim Asrama Griya Yatim dan Dhuafa cabang Bintaro Tangerang Selatan, Tangerang Selatan 7 Februari 2016. Pemaparan Dwi di atas menjelaskan bahwa ia menjadikan sosok Umi Melda sebagai orang tua perempuan atau pengganti ibunya, dikarenakan ibunya telah meninggal dunia. Dilihat dari sikap Dwi yang suka bercerita tentang keluarganya itu menunjukan bahwa Dwi merupakan pribadi yang melankolis dan perasa terhadap sesuatu. Dikatakan sebagai tahapan pertukaran eksploratif karena Dwi juga sudah mulai berani terbuka terhadap Umi Melda dengan bisa bercerita mengenai keluarganya. Selain itu Dwi juga sudah bisa menganggap Umi Melda sebagai pengganti ibunya yang telah meninggal dunia. Sikap terbuka Dwi terhadap Umi Melda muncul ketika Dwi tinggal di asrama selama satu bulan. Selain itu, Ressa Nurafifah juga mengatakan kalau ia pernah bercerita ke Umi Melda tentang masalah ekonomi keluarganya. Ia mengatakan bahwa: “Perrnah, masalah ekonomi keluarga. Saat belum lama aku tinggal di sini, Umi pernah nanya kenapa orang tua aku menitipkan aku di sini. Terus aku bilang kalau orang tua aku tidak punya uang untuk membiayaiku sekolah. Karena orang tuaku punya anak banyak. Dan penghasilan bapakku tidak cukup untuk membiayai sekolah anak- anaknya. Waktu itu aku ngomong ke Umi pas Umi nanya, kira-kira setelah tiga hari aku dititipkan. Karena aku tau aku akan tinggal lama di sini jadi aku berusa ha untuk bisa terbuka sama Umi.” 6 Ressa mengungkapkan kalau ia pernah bercerita tentang masalah ekonomi keluarganya kepada Umi Melda, yakni sebab ia dititipkan di asrama. Dikarenakan orang tua Ressa yang tidak mampu untuk membiayainya sekolah. 6 Wawancara pribadi dengan Ressa Nurafifah, Anak Yatim Asrama Griya Yatim dan Dhuafa cabang Bintaro Tangerang Selatan, Tangerang Selatan 7 Februari 2016.