Tahap Pertukaran Afektif Tahapan Penetrasi Sosial antara Pengasuh dan Anak Yatim dalam

mungkin juga perilaku pihak lain. Dalam tahap ini, masing-masing individu dimungkinkan untuk memperkirakan masing-masing tindakan mereka dan memberikan tanggapan dengan sangat baik, perilaku-perilaku di antara keduanya kadang kala terjadi kembali, dan pasangan mampu untuk menilai dan menduga perilaku pasangannya dengan cukup akurat. Imelda Iskandar menceritakan tentang kedekatannya dengan anak-anak yatim ketika peneliti bertanya tentang anak-anak yang suka bercerita soal masalah pribadi dengannya, ia mengatakan. “Ada yang pernah ada juga yang tidak. Kan ada beberapa di antara mereka yang lebih baik diam, tetapi Umi wajib tau walaupun dia gak pernah curhat ke Umi, dan Umi bisa tau dari mimik wajahnya, dari BTnya dia. Terkadang Umi suka nanya, kamu kenapa?, apa yang sedang kamu rasakan?. Kalau Umi sih mereka gak curhat juga gak terlalu jadi masalah tetapi Umi harus paham ini anak kenapa. Dan biasanya curhatnya masalah sekolahan, masalah teman-teman, kalau masalah lawan jenis Umi selalu memberi pemahaman ke mereka kalau dalam Islam itu tidak ada y ang namanya pacaran.” 9 Umi Melda berkata kalau ia wajib tahu dan ia bisa memahami apa yang sedang anak-anak rasakan hanya dari mimik wajahnya saja. Tidak menjadi masalah untuknya soal anak tersebut mau cerita atau tidak. Menurutnya yang penting ia selalu memberi pemahaman yang baik untuk anak-anak. Dikatakan sebagai tahap pertukaran stabil karena Umi Melda sudah mampu untuk menilai dan menduga perilaku anak-anak dengan cukup akurat. 9 Wawancara pribadi dengan ibu Imelda Iskandar, Wakil Kepala Asrama Griya Yatim dan Dhuafa cabang Bintaro Tangerang Selatan, Tangerang Selatan 17 Januari 2016. Di sini Umi Melda sudah bisa menilai apa yang sedang dirasakan anak-anak hanya dari mimik wajahnya saja. Saat peneliti mewawancara Dwi Anis Fitria ia mengatakan bahwa ia cenderung lebih sering bercerita dengan Umi Melda mengenai seputar keluarganya. Ia mengatakan, “Aku cerita ke Umi seputar keluarga terus sih kebanyakan. Aku kangen sosok ibu, penggantinya kalau disini Umi. Aku juga suka bilang Umi mau pulang kampung aja rasanya. Tapi Umi tidak selalu mengizinkan, karena aku adalah tanggung jawab Umi di sini. Umi sudah dipercayakan untuk mengasuh anak- anak di sini.” 10 Dwi mengatakan menurut pendapat di atas, ia cenderung lebih sering bercerita tentang masalah keluarganya. Ia kerap kali merasa ingin pulang ke kampung halamannya, namun Umi Melda adalah orang yang dipercaya yayasan sebagai pengasuh dan orang yang diberikan tanggung jawab bagi seluruh anak-anak di asrama. Jadi menjaga anak-anak adalah tugas utama yang harus dilaksanakan dengan baik oleh Umi Melda.

B. Upaya yang dilakukan Pengasuh kepada Anak Yatim dalam Membangun

Relasi Seorang pengasuh harus bisa memberikan kasih sayang dan pengajaran kepada anak yatim agar para anak yatim tersebut kelak bisa jadi anak yang 10 Wawancara pribadi dengan Dwi Anis Fitria, Anak Yatim Asrama Griya Yatim dan Dhuafa cabang Bintaro Tangerang Selatan, Tangerang Selatan 7 Februari 2016. sholehah. Di sini para pengasuh berperan ganda, selain sebagai orang tua mereka juga berperan sebagai motivator bagi anak-anak yatim tersebut. Upaya yang dilakukan Umi Melda dalam membangun relasi dan melakukan pendekatan terhadap anak-anak yatim adalah dengan cara berperan melayani sebagaimana seorang ibu memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya. “Kalau yang kecil saya sebagai ibu, pendekatannya harus melayani, misalnya keperluan makan mereka, biasanya kalau yang kecil itu suka manja, seperti minta disendokkin. Tapi kita didik mereka untuk belajar mandiri. Tapi kalau waktunya mepet kayak mau berangkat sekolah, ya terpaksa kita sendokkin sarapannya. Tapi kalau yang besar palingan kayak komunikasi di dapur, kita buat mereka nyaman seperti dengan ibu sendiri.” 11 Ungkapan di atas menyebutkan bahwa tugas seorang ibu adalah memberikan kasih sayang dan rasa nyaman kepada anak-anaknya. Demikian pula yang dilakukan Umi Melda kepada anak-anak asuhnya, ia menempatkan diri sebagai pengganti ibu bagi mereka. Umi Melda berusaha memberikan rasa nyaman kepada anak-anak yang tinggal di asrama tersebut. Sehingga anak-anak merasa nyaman dan tidak merasa kaku, jenuh, atau malu-malu. Sehingga anak- anak bisa merasa seperti tinggal di rumah sendiri. Tidak jauh berbeda dengan cara yang dilakukan Umi Melda, Abi Maman pun melakukan upaya dalam membangun relasi dengan anak-anak yatim agar mereka merasa nyaman tinggal di asrama tersebut. “Itu yang saya ciptakan memang, ada beberapa anak yang sudah keluarpun kalau ke sini biasa aja. Di sini saya ciptakan “ini rumah 11 Wawancara pribadi dengan ibu Imelda Iskandar, Wakil Kepala Asrama Griya Yatim dan Dhuafa cabang Bintaro Tangerang Selatan, Tangerang Selatan 17 Januari 2016.