Tahap Pertukaran Eksploratif Tahapan Penetrasi Sosial antara Pengasuh dan Anak Yatim dalam

Pemaparan Dwi di atas menjelaskan bahwa ia menjadikan sosok Umi Melda sebagai orang tua perempuan atau pengganti ibunya, dikarenakan ibunya telah meninggal dunia. Dilihat dari sikap Dwi yang suka bercerita tentang keluarganya itu menunjukan bahwa Dwi merupakan pribadi yang melankolis dan perasa terhadap sesuatu. Dikatakan sebagai tahapan pertukaran eksploratif karena Dwi juga sudah mulai berani terbuka terhadap Umi Melda dengan bisa bercerita mengenai keluarganya. Selain itu Dwi juga sudah bisa menganggap Umi Melda sebagai pengganti ibunya yang telah meninggal dunia. Sikap terbuka Dwi terhadap Umi Melda muncul ketika Dwi tinggal di asrama selama satu bulan. Selain itu, Ressa Nurafifah juga mengatakan kalau ia pernah bercerita ke Umi Melda tentang masalah ekonomi keluarganya. Ia mengatakan bahwa: “Perrnah, masalah ekonomi keluarga. Saat belum lama aku tinggal di sini, Umi pernah nanya kenapa orang tua aku menitipkan aku di sini. Terus aku bilang kalau orang tua aku tidak punya uang untuk membiayaiku sekolah. Karena orang tuaku punya anak banyak. Dan penghasilan bapakku tidak cukup untuk membiayai sekolah anak- anaknya. Waktu itu aku ngomong ke Umi pas Umi nanya, kira-kira setelah tiga hari aku dititipkan. Karena aku tau aku akan tinggal lama di sini jadi aku berusa ha untuk bisa terbuka sama Umi.” 6 Ressa mengungkapkan kalau ia pernah bercerita tentang masalah ekonomi keluarganya kepada Umi Melda, yakni sebab ia dititipkan di asrama. Dikarenakan orang tua Ressa yang tidak mampu untuk membiayainya sekolah. 6 Wawancara pribadi dengan Ressa Nurafifah, Anak Yatim Asrama Griya Yatim dan Dhuafa cabang Bintaro Tangerang Selatan, Tangerang Selatan 7 Februari 2016. Ini bisa dikatakan sebagai tahapan eksploratif karena Ressa sudah bisa menunjukkan sikap terbuka kepada Umi Melda dengan berani menceritakan masalah ekonomi keluarganya. Sikap terbukanya itu muncul saat Umi Melda bertanya apa yang menyebabkan Ressa dititipkan di asrama dan Ressa berani bercerita kepada Umi Melda setelah tiga hari ia tinggal di asrama. Hal yang mendorong Ressa untuk berani terbuka kepada Umi Melda karena Ressa merasa bahwa dia akan tinggal lama di asrama tersebut jadi Ressa harus bisa membiasakan untuk bersikap terbuka terhadap Umi Melda yang kelak akan menjadi pengganti orang tuanya.

2. Tahap Pertukaran Afektif

Tahap munculnya perasaan kritis dan evaluative pada level yang lebih dalam. Tahap ketiga ini tidak akan dimasuki kecuali para pihak pada tahap sebelumnya telah menerima imbalan yang cukup berarti dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Ketika imbalan yang diterima lambat laun semakin besar sedangkan biaya semakin berkurang, maka hubungan di antara pasangan individu akan semakin dekat dan intim, dan mereka masing-masing akan lebih banyak memberikan informasi mengenai diri mereka masing-masing. Artinya, ketika seseorang telah merasa nyaman dan mendapatkan timbal balik yang cukup baik dari lawan bicara mereka, maka seseorang tersebut akan menjadi lebih terbuka terhadap lawan bicara mereka dan akan bercerita lebih banyak tentang apa yang dialaminya. Tahap ini ditandai oleh persahabatan yang dekat dan pasangan yang intim. Tahap ini termasuk interaksi yang lebih “tanpa beban dan santai” dimana komunikasi sering kali berjalan spontan dan individu membuat keputusan yang cepat, sering kali dengan sedkit memberikan perhatian untuk hubungan secara keseluruhan. Hal ini dapat dilihat dari ungkapan Umi Melda sebagai berikut: “Kalau untuk sehari-hari sih kita ngobrol-ngobrol biasa aja, hal-hal yang berkaitan dengan masalah sehari-hari. Kayak masalah sekolah, atau temannya. Kayak ngobrol saat lagi masak, jemur pakaian, atau sambil ngaji .” 7 Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa upaya pendekatan dalam membangun relasi juga dilakukan dalam komunikasi antarpribadi secara verbal pada kegiatan sehari-hari. Seperti saat sedang melakukan berbagai pekerjaan rumah, seperti saat memasak, menjemur pakaian, saat mengaji, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan ketika sedang melakukan berbagai pekerjaan rumah seseorang akan terbawa suasana yang santai seperti berada di lingkungan keluarga sendiri dan di rumah sendiri. Begitu pula yang dirasakan oleh anak- anak di asrama, jadi perasaan kaku dan tegang akan hilang. Khuluqil Hasanah memaparkan mengenai kedekatannya dengan Umi Melda, ia paling sering bercerita tentang masalah-masalah yang terjadi disekolahnya. Ia mengatakan. “Aku paling sering cerita pokoknya masalah nilai yang ga memuaskan, kadang kalau aku lagi marahan sama temen juga aku suka cerita. Umi suka ngasih solusi sebaiknya aku belajar lebih giat lagi dan percaya akan kemampuan diri sendiri. Umi juga berpesan kalau aku lagi marahan, aku 7 Wawancara pribadi dengan ibu Imelda Iskandar, Wakil Kepala Asrama Griya Yatim dan Dhuafa cabang Bintaro Tangerang Selatan, Tangerang Selatan 17 Januari 2016. disuruh selalu membalas dengan perlakuan baik, bukan dibalas dengan sikap marah juga .” 8 Khuluqil menjelaskan tentang kedekatannya dengan Umi. Ketika Khuluqil bercerita lagi tentang masalah disekolahnya, Umi Melda selalu memberikan solusi dan memberitahu bagaimana cara mengatasi nilai-nilai yang kurang memuaskan dengan cara menasehatinya agar Khuluqil belajar lebih giat lagi dan ketika sedang ada masalah dengan teman sekolahnya Umi Melda memberikan solusi untuk tidak membalasnya dengan kemarahan juga. Dikatakan sebagai tahap pertukaran afektif karena dalam tahap ini kedua belah pihak sudah bisa memberikan perhatian untuk hubungan secara keseluruhan. Baik dari dalam diri Khuluqil maupun dalam diri Umi Melda. Hal ini bisa dilihat ketika Khuluqil sudah mulai terbiasa bersikap terbuka terhadap Umi Melda dengan menceritakan apa yang sedang dialami atau dirasakannya begitu juga dengan Umi Melda yang sudah bisa memberikan solusi atau cara kepada Khuluqil dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

3. Tahap Pertukaran Stabil

Mengenai pengembangan dalam hubungan yang tumbuh dicirikan oleh keterbukaan yang berkesinambungan juga adanya kesempurnaan kepribadian pada semua lapisan. Baik komunikasi yang bersifat publik maupun pribadi menjadi efisien – kedua pihak saling mengetahui satu sama lain dengan baik dan dapat dipercaya dalam menafsirkan dan memprediksi perasaan dan 8 Wawancara pribadi dengan Khuluqil Hasanah, Anak Yatim Asrama Griya Yatim dan Dhuafa cabang Bintaro Tangerang Selatan, Tangerang Selatan 7 Februari 2016. mungkin juga perilaku pihak lain. Dalam tahap ini, masing-masing individu dimungkinkan untuk memperkirakan masing-masing tindakan mereka dan memberikan tanggapan dengan sangat baik, perilaku-perilaku di antara keduanya kadang kala terjadi kembali, dan pasangan mampu untuk menilai dan menduga perilaku pasangannya dengan cukup akurat. Imelda Iskandar menceritakan tentang kedekatannya dengan anak-anak yatim ketika peneliti bertanya tentang anak-anak yang suka bercerita soal masalah pribadi dengannya, ia mengatakan. “Ada yang pernah ada juga yang tidak. Kan ada beberapa di antara mereka yang lebih baik diam, tetapi Umi wajib tau walaupun dia gak pernah curhat ke Umi, dan Umi bisa tau dari mimik wajahnya, dari BTnya dia. Terkadang Umi suka nanya, kamu kenapa?, apa yang sedang kamu rasakan?. Kalau Umi sih mereka gak curhat juga gak terlalu jadi masalah tetapi Umi harus paham ini anak kenapa. Dan biasanya curhatnya masalah sekolahan, masalah teman-teman, kalau masalah lawan jenis Umi selalu memberi pemahaman ke mereka kalau dalam Islam itu tidak ada y ang namanya pacaran.” 9 Umi Melda berkata kalau ia wajib tahu dan ia bisa memahami apa yang sedang anak-anak rasakan hanya dari mimik wajahnya saja. Tidak menjadi masalah untuknya soal anak tersebut mau cerita atau tidak. Menurutnya yang penting ia selalu memberi pemahaman yang baik untuk anak-anak. Dikatakan sebagai tahap pertukaran stabil karena Umi Melda sudah mampu untuk menilai dan menduga perilaku anak-anak dengan cukup akurat. 9 Wawancara pribadi dengan ibu Imelda Iskandar, Wakil Kepala Asrama Griya Yatim dan Dhuafa cabang Bintaro Tangerang Selatan, Tangerang Selatan 17 Januari 2016.