Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

belum mengerti baik dan buruk suatu perbuatan, tapi ditinggal pergi oleh ayah atau ibunya untuk selama-lamanya. Oleh karena itu sekarang sudah banyak berdiri asrama yatim yang bertujuan untuk menampung anak yatim agar tidak menjadi anak yang terlantar, sehingga kehidupan anak-anak yatim bisa terselamatkan, mulai dari kesehatan hingga pendidikannya dapat terjamin. Sehingga bisa menjadi anak yang berguna bagi nusa, bangsa, dan agama ketika mereka beranjak dewasa. Relasi atau hubungan sangat penting dalam sebuah asrama yatim. Karena asrama yatim merupakan rumah kedua para anak yatim dan dhuafa yang tinggal dan pengasuh merupakan orang kedua bagi anak yatim dan dhuafa yang tinggal di asrama tersebut. Terutama relasi antara pengasuh dan anak yatim. Karena selain bertugas mengasuh, para pengasuh juga berperan sebagai orang tua bagi anak-anak yatim yang tinggal di asrama tersebut. Para pengasuh harus bisa membentuk relasi yang baik dengan anak-anak yatim, agar para anak yatim merasa nyaman tinggal di sana. Salah satu relasi yang cukup besar pengaruhnya dalam sebuah asrama yatim adalah relasi antarpribadi. Relasi antarpribadi adalah hubungan antara dua orang atau lebih yang dapat terjadi dalam waktu singkat maupun waktu lama dan terus-menerus hingga langgeng. Di Indonesia sudah banyak berdiri asrama yatim yang berbasis Islam, karena dalam agama Islam kita diperintahkan untuk menyayangi anak yatim dan fakir miskin. Salah satu asrama yatim yang berbasis Islam dan perkembangannya sudah cukup besar di Indonesia adalah Griya Yatim Dhuafa GYD. Pada awal berdirinya, GYD dengan 6 orang karyawan menampung 9 orang anak yang tinggal di asrama dan membina sekitar 15-an anak yang semua berasal dari kampong Dadap, pemukiman kumuh persis di tengah-tengah megahnya perumahan Bumi Serpong Damai. Karena dukungan masyarakat yang terus meluas mendorong dilakukannya pengelolaan organisasi ini lebih baik dirintislah program beasiswa pendidikan yatim dan dhuafa, santunan kesehatan, layanan donasi barang layak pakai dan lain-lain. Pertumbuhan asrama meningkat. Kantor pelayanan dibuka di daerah Bintaro. Ekspansi mulai melebar ke Jakarta dan Bekasi dengan dibukanya asrama ketiga di Cibubur – Jakarta Timur dan asrama keempat di Kranggan – Bekasi. Pada akhir tahun 2010 GYD membina lebih dari 800 binaan yang terdiri dari anak yatim dan dhuafa, janda dan lansia serta mengasuh 50an anak yang tinggal di seluruh asrama yatim dan dhuafanya. Hingga sekarang sudah banyak cabang asrama yatim GYD yang dibangun. Hingga sampai ke Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, hingga ke pulau Sumatera dan Kalimantan. Untuk itu penulis mengangkat dalam bentuk penelitian yang berjudul KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM MEMBANGUN RELASI ANTARA PENGASUH DENGAN ANAK YATIM DAN DHUAFA STUDI KASUS ASRAMA GRIYA YATIM DAN DHUAFA CABANG BINTARO TANGERANG SELATAN.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan masalah hanya pada komunikasi antarpribadi yang dilakukan dua orang pengasuh serta kepada satu anak yatim dan dua anak dhuafa yang berusia empat belas tahun sampai tujuh belas tahun dalam membangun relasi di asrama Griya Yatim dan Dhuafa cabang Bintaro Tangerang Selatan. Pembatasan ini dilakukan agar penelitian ini menjadi lebih fokus, terarah, dan mempermudah dalam proses pencarian data, selain itu pembatasan masalah ini berguna untuk menghindari perluasan pembahasan yang tidak ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti. 2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan menjadi acuan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana proses komunikasi antarpribadi pengasuh dengan anak yatim dan dhuafa dalam membangun relasi di asrama Griya Yatim dan Dhuafa cabang Bintaro Tangerang Selatan? 2. Apa saja hambatan yang terjadi dalam komunikasi antarpribadi pengasuh dengan anak yatim dan dhuafa dalam membangun relasi di asrama Griya Yatim dan Dhuafa cabang Bintaro Tangerang Selatan? C. Tujuan Penelitian Berkenaan dengan pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi antarpribadi pengasuh dengan anak yatim dan dhuafa dalam membangun relasi di asrama Griya Yatim dan Dhuafa cabang Bintaro Tangerang Selatan. 2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang terjadi dalam komunikasi antarpribadi pengasuh dengan anak yatim dan dhuafa dalam membangun relasi di asrama Griya Yatim dan Dhuafa cabang Bintaro Tangerang Selatan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu dalam bidang komunikasi antarpribadi bagi mahasiswa khususnya jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi para pengasuh serta anak-anak yatim dan dhuafa dalam membangun relasi di asrama tempat mereka tinggal dan dididik.

E. Metodologi Penelitian

Metodologi adalah ilmu tentang kerangka kerja untuk melaksanakan penelitian yang bersistem; sekumpulan peraturan, kegiatan dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu; studi atau analisis teoretis mengenai suatu cara atau metode; atau cabang ilmu logika yang berkaitan dengan prinsip umum pembentukan pengetahuan atau ilmu yang membicarakan cara, jalan, atau petunjuk praktis dalam penelitian atau membahas konsep teoritis berbagai metode atau dapat dikatakan sebagai cara untuk membahas tentang dasar-dasar filsafat ilmu dari metode penelitian. 8 1. Paradigma Penelitian Paradigma merupakan perspektif penelitian yang digunakan peneliti, yang berisi bagaimana peneliti melihat realita, bagaimana mempelajari fenomena, cara- cara yang digunakan dalam penelitian, dan cara-cara yang digunakan dalam menginterpretasikan temuan. 9 Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis meneguhkan asumsi bahwa individu- individu selalu berusaha memahami dunia di mana mereka hidup dan bekerja. Mereka mengembangkan makna-makna subjektif atas pengalaman-pengalaman mereka – makna-makna yang diarahkan pada objek-objek atau benda-benda tertentu. Makna-makna ini pun cukup banyak dan beragam sehingga peneliti dituntut untuk lebih mencari kompleksitas pandangan-pandangan ketimbang mempersempit makna-makna menjadi sejumlah kategori dan gagasan. Peneliti berusaha mengandalkan sebanyak mungkin pandangan partisipan tentang situasi yang tengah diteliti. 10 Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis karena penulis akan melakukan penelitian dengan komunikasi antarpribadi antara Pengasuh dengan Anak Yatim dan Dhuafa dalam membangun relasi. 8 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, Dan Karya Ilmiah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014, h. 23. 9 Imam Gunawan, Metodologi Penelitian Kualitatif Teori Praktik, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013, h. 25. 10 John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h. 11. 2. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan bersifat penelitian deskriptif. Pendekatan kualitatif adalah keterkaitan spesifik pada studi hubungan sosial yang berhubungan dengan fakta dari pluralisasi dunia kehidupan. 11 Data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar daripada angka-angka. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan sudah bisa menjelaskan apa yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Hasil penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi. Maka pada penelitian ini penulis akan melakukan pengamatan yang berhubungan dengan komunikasi antarpribadi dalam membangun relasi antara pengasuh dengan anak yatim dan dhuafa melalui teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian semua hasil tersebut penulis menginterpretasikan dengan teori-teori yang relevan. 3. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode penelitian studi kasus, yakni suatu metode penelitian kualitatif yang berusaha menemukan makna, menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian dan pemahaman yang mendalam dari individu, kelompok, atau situasi. 12 Studi kasus meliputi analisis mendalam dan kontekstual terhadap situasi yang mirip dalam organisasi lain, di mana sifat dan definisi masalah yang terjadi 11 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori Praktik, h. 81. 12 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, h. 20.