dan raga serta harta dan bendanya untuk mempertahankan Islam. Dalam Islam, Al-
Qur‟an telah memberi petunjuk bagaimana berdialog yang baik, sehingga bisa menghasilkan sikap saling pengertian, bukan saling berselisih
dan kemudian terlibat konflik. Dalam hidup beragama dan bermasyarakat, umat manusia harus
bersifat lapang dada, berjiwa besar dan tidak melakukan perbuatan tercela, tidak mengucapkan kata-kata yang menyinggung perasaan orang lain dan
tidak melakukan tindakan yang dapat menimbulkan keresahan hati orang lain serta tidak mengganggu ketenangan beribadat.
Menerima adanya perbedaan agama yang ada merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap manusia dalam hidup beragama dan
bermasyarakat. Kesediaan menerima kenyataan kemajemukan dalam pendapat dan agama, bersedia menerima kemajemukan masyarakat dengan
tindakan tidak bersikap reaksi dan menentang, dihargai dan dihormati. Setiap ajaran agama mengandung ajaran keimanan atau kaidah-kaidah asasi
yang dipercayai kebenarannya secara mutlak, yang bersumber kepada wahyu Ilahi yang diturunkan untuk umat manusia, dijadikan nilai dan norma
hidup kemasyarakatan dan Negara.
36
Adapun kaitannya dengan agama, toleransi beragama adalah toleransi yang mencakup masalah-masalah keyakinan pada diri manusia yang
berhubungan dengan akidah atau yang berhubungan dengan ke-Tuhanan yang diyakininya. Seseorang harus diberikan kebebasan untuk menyakini
dan memeluk agama mempunyai akidah masing-masing yang dipilih serta
36
Thoyib I.M dan Sugiyanto, Islam dan Pranata Sosial Kemasyarakatan Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002, h. 180-181.
memberikan penghormatan atas pelaksanaan ajaran-ajaran yang dianut atau yang diyakininya.
Toleransi mengandung maksud supaya membolehkan terbentuknya sistem yang menjamin terjaminnya pribadi, harta benda dan unsur-unsur
minoritas yang terdapat pada masyarakat dengan menghormati agama, moralitas dan lembaga-lembaga mereka serta menghargai pendapat orang
lain serta perbedaan-perbedaan yang ada di lingkungannya tanpa harus berselisih dengan sesamanya karena hanya berbeda keyakinan atau agama.
Toleransi beragama mempunyai arti sikap lapang dada seseorang untuk menghormati dan membiarkan pemeluk agama untuk melaksanakan ibadah
mereka menurut ajaran dan ketentuan agama masing-masing yang diyakini tanpa ada yang mengganggu atau memaksakan baik dari orang lain maupun
dari keluarganya sekalipun.
37
Toleransi tidak hanya dilakukan antar kesesama pemeluk agama, tapi dengan yang tidak memiliki agama
sekalipun. Toleransi dibedakan menjadi dua, yaitu toleransi pasif dan toleransi
aktif. Toleransi pasif adalah sikap menerima perbedaan sebagai sesuatu yang nyata dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, tidak ada cara lain
kecuali menerima perbedaan itu sebagai suatu fakta. Sedangkan toleransi aktif adalah toleransi yang tidak hanya sekadar berhenti pada sikap
penerimaan terhadap kenyataan dari keragaman yang ada, akan tetapi toleransi yang diwujudkan dalam sikap membangun ko-eksistensi aktif
dengan terlibat aktif dalam keragaman tersebut. Toleransi semacam ini
37
H.M. Ali dkk, Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum Sosial dan Politik Jakarta: Bulan Bintang, 1989, h. 83.
memungkinkan penganut agama yang berbeda untuk berdialog secara aktif dan bekerja sama dalam berbagai bidang.
38
Dari apa yang telah dipaparkan diatas dapat diartikan bahwa toleransi merupakan sikap menenggang, membiarkan, membolehkan, baik berupa
pendirian, kepercayaan, dan kelakuan yang dimiliki seseorang atas yang lainnya. Dengan kata lain toleransi adalah sikap lapang dada terhadap
prinsip orang lain. Toleransi bukan berarti seseorang harus mengorbankan kepercayaan atau prinsip yang dianutnya. Dalam toleransi sebaliknya
tercermin sikap yang kuat atau istiqamah untuk memegangi keyakinan atau pendapatnya sendiri.
2. Makna Agama
Kata “Agama” dalam bahasa Indonesia sama artinya dengan kata “religien” dalam bahasa Inggris, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut
dengan “Religie”, yang kemudian diambil katanya dalam bahasa Indonesia menjadi Religi. Kata religi berasal dari bahasa Latin “Religere” yang
berart i “to gather to gether” berkumpul bersama-sama atau “Religare”
yang berarti “faster” mengikat, ikatan atau pengikatan diri.
39
Agama sebagai suatu keyakinan yang dianut oleh suatu kelompok atau masyarakat menjadi norma dan nilai yang diyakini, dipercayai, diimani
sebagai suatu referensi, karena norma dan nilai mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Fungsi-fungsi tersebut yang dirumuskan dalam tugas dan fungsi
38
“Toleransi Pasif dan Toleransi Aktif” artikel diakses pada 14 September 2015 dari http:www.uin-alauddin.ac.iddownload-0120Sabara.pdf
39
Thoyib I.M dan Sugiyanto, Islam dan Pranata Sosial Kemasyarakatan Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002, h. 2.
agama. Fungsi agama dan lembaga keagamaan berfungsi sebagai lembaga pendidikan, pengawasan, pemupukan persaudaraan, dan lain-lain.
40
Menurut Harun Nasution agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi oleh manusia. Ikatan yang dimaksud berasal dari
suatu kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap dengan pancaindera, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan
manusia sehari-hari.
41
Agama merupakan suatu hal yang dapat dijadikan sandaran bagi penganutnya jika terjadi hal-hal yang berada diluar jangkauan dan
kemampuannya karena sifatnya yang supra-natural sehingga diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang non-empiris.
42
Adapun fungsi agama yaitu peran agama dalam mengatasi persoalan- persoalan yang timbul dimasyarakat yang tidak dapat dipecahkan secara
empiris, oleh karena itu diharapkan agama menjalankan fungsinya sehingga masyarakat merasa sejahtera, aman, stabil, dan sebagainya.
43
Selain agama seperti Islam, Kristen, Budha, Hindu, dan lainnya ada pula sebuah keyakinan yang dianut oleh manusia misalnya paham Ateis
dan Agnostik. Seperti dalam film Assalamualaikum Beijing seperti yang telah di paparkan oleh asisten sutradara bahwa tokoh Zhong Wen tidak
memiliki agama dan bisa dibilang Ateis
44
, namun dalam salah satu adegan diperlihatkan bahwa tokoh Zhong Wen bukanlah menganut keyakinan
40
Dr. Aloliliweri, M.S., Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2011, h. 254.
41
Dr. Jalaluddin, Psikologi Agama Jakarta: PT RajaGrafindo, 1997, h. 12.
42
Dr. H. Dadang Kahmad, M. Si., Sosiologi Agama Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002, h. 129-130.
43
Dr. H. Dadang Kahmad, M. Si., Sosiologi Agama Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002, h. 130.
44
Wawancara Pribadi dengan Tebe Reviadi, 6 Agustus 2015.
Ateis akan tetapi Agnostik. Dalam salah satu adegan diperlihatkan ketika Zhong Wen ditanya agamanya oleh Dewa mantan Asma, Zhong Wen
menjawab bahwa ia percaya adanya Tuhan namun hanya ragu dengan agamanya. Sesungguhnya Ateis dan Agnostik memiliki definisi yang
berbeda. Ateis merupakan keyakinan seseorang mengenai tidak mempercayai
adanya keberadaan Tuhan dan dewa-dewi atau penolakan terhadap teisme. Mereka inilah para dewa atau Tuhan yang tidak diyakini atau
ditolak oleh seorang Ateis.
45
Sedangkan definisi Agnostik secara luas adalah keraguan kepada eksistensi Tuhan dan keraguan akan kebenaran agama, dan tak berhenti
mencari kebenaran, tanpa langsung menerima pendapat seseorang, dan apabila ada bukti yang kuat, maka individu itu akan percaya dengan
sendirinya.
46
Berkenaan dengan pandangannya tentang Tuhan, Bertrand Russell menyatakan bahwa dia adalah seorang Agnostik. Baginya,
Agnostik adalah orang yang berfikir bahwa tidak mungkin mengetahui kebenaran dalam masalah-masalah seperti tentang Tuhan dan kehidupan
akhirat. Jika hal ini tidak mungkin untuk selamanya, setidaknya untuk masa sekarang. Agnostik berbeda dengan Ateis. Seorang beragama
meyakini bahwa Tuhan itu ada, sebaliknya Ateis meyakini secara pasti bahwa Tuhan itu tidak ada. Sementara Agnostik menunda pengambilan
keputusan, dengan menyatakan bahwa tidak cukup bukti untuk
45
“Pengertian Atheis” artikel diakses pada 12 Agustus 2015 dari http:www.e- jurnal.com201311pengertian-atheisme.html
46
“Definisi Agnostik” artikel diakses pada 14 September 2015 dari https:agnostikindonesia.wordpress.com20130223apa-itu-agnostik
menegaskan atau menolak adanya Tuhan. Berbeda dengan seorang Ateis yang meyakini secara pasti ketiadaan eksistensi Tuhan, bagi seorang
agnostik sekalipun menganggap bahwa eksistensi Tuhan sangat kecil kemungkinan adanya, namun ia tetap dalam posisi, sekecil apapun, bahwa
eksistensi Tuhan tidaklah mustahil. Dalam pandangan Russel, eksistensi Tuhan sama tidak pastinya dengan eksistensi dewa-dewa Olimpia, seperti
Zeus, Poseidon, maupun Hera. Demikian juga dengan eksistensi Odin maupun Brahma.
47
Jadi jelas bahwa terdapat perbedaan antara Ateis dan Agnostik. Kalau Ateis adalah seseorang yang tidak mempercayai adanya keberadaan Tuhan
dan dewa-dewi. Sedangkan Agnostik adalah seseorang yang masih memiliki kepercayaan adanya Tuhan, namun memiliki keraguan terhadap
agama-agama yang ada.
3. Pengertian Toleransi Beragama
Toleransi beragama dapat dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat hidup bersama masyarakat yang menganut agama lain dengan memiliki kebebasan
untuk menjalankan prinsip-prinsip keagamaan ibadah masing-masing, tanpa adanya paksaan dan tekanan baik untuk beribadah maupun untuk tidak
beribadah dari satu pihak ke pihak lain. Sebagai implementasinya dalam praktik kehidupan sosial dapat dimulai dari sikap kebersamaan antara penganut
keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.
48
47
“Agnostik menurut Bertrand Russell” artikel diakses pada 14 September 2015 dari http:www.academia.edu3418084Tuhan_dalam_Perspektif_Bertrand_Russell
48
“Toleransi beragama” artikel diakses pada 1 September 2015 dari https:www.academia.edu7522137Makalah_toleransi_beragama