Pembatasan Masalah Pembatasan dan Perumusan Masalah
post-positivis. Aliran ini menyatakan bahwa hubungan epistimologis antara pengamat dan objek merupakan satu kesatuan, subjektif, dan
merupakan hasil perpaduan interaksi antara keduanya. Secara metodologis, aliran ini menerapkan metode hermeneutika dan
dialektika dalam proses mencapai kebenaran. Metode pertama dilakukan melalui identifikasi kebenaran atau konstruksi pendapat orang per orang,
sedangkan metode kedua mencoba untuk membandingkan dan menyilangkan, untuk memperoleh suatu konsensus kebenaran yang
disepakati bersama. Dengan demikian, hasil akhir dari suatu kebenaran merupakan perpaduan pendapat yang bersifat relatif, subjektif, dan
spesifik mengenai hal-hal tertentu.
6
Manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak diluar batas kontrol struktur dan pranata sosialnya dimana individu berasal.
Manusia secara aktif dan kreatif mengambangkan dirinya melalui respon terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya. Karena itu, paradigma definisi
sosial lebih tertarik terhadap apa yang ada dalam pemikiran manusia tentang proses sosial, terutama para pengikut interaksi simbolis.
Dikutip dari buku Konstruksi Sosial Media Massa menurut Hidayat, dalam penjelasan ontologi paradigma konstruktivis, realitas merupakan
konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Namun, kebenaran suatu realitas sosial bersifat nisbi, yang berlaku sesuai konteks spesifik yang
dinilai relevan oleh pelaku sosial.
7
6
Agus Salim, Teori Paradigma Penelitian Sosial Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006, h. 71-72.
7
Burhan Bungin, Komunikasi Sosial Media Massa Jakarta: Prenada Media Group, 2008, h. 11.
Peneliti menggunakan paradigma konstruktivis karena peneliti ingin menggali bagaimana sikap toleransi terhadap umat yang berbeda
keyakinan dalam film Assalamualaikum Beijing.